Pendidikan kejuruan yang dikembangkan di Indonesia
diantaranya adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK dirancang untuk
menyiapkan peserta didik atau siswa yang siap memasuki dunia kerja dan mampu
mengembangkan sikap profesional di bidang kejuruan. Lulusan pendidikan
kejuruan, diharapkan menjadi individu yang produktif yang mampu bekerja menjadi
tenaga kerja tingkat menengah dan memiliki kesiapan untuk menghadapi persaingan
kerja.
Kehadiran SMK sekarang ini semakin didambakan
masyarakat, khususnya masyarakat yang berkecimpung langsung dalam dunia kerja.
Dengan catatan, bahwa lulusan pendidikan kejuruan mempunyai kualifikasi sebagai
(calon) tenaga kerja yang memiliki keterampilan vokasional tertentu sesuai
dengan bidang keahliannya. Namun hal itu masih sangat jauh dari harapan
dikarenakan menurut data badan pusat statistic bahwa pengangguran dari lulusan
SMK lebih banyak pertama daripada sekoolah menengah umum. Hal tersebut sangat
ironi sebab SMK sebagai pencetak tenaga siap pakai yang mudah terserap kerja,
belum terbukti. Jika hal tersebut dibiarkan dan tidak ditanggulangi maka justru
akan menghambat pembangunan serta stabilitas nasional.
Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan
salah satu program pendidikan nasional pada tingkat pendidikan menengah.
Sebagai sebuah program, pendidikan menengah kejuruan yang berorientasi kepada
peningkatan mutu dan relevansi. Program ini diharapkan menghasilkan sumberdaya
manusia yang terampil dan profesional dan atau dapat berwirausaha. Usaha-usaha
peningkatan mutu dan relevansi pendidikan SMK terus ditingkatkan agar jumlah
lulusan yang meningkat bukan merupakan beban dalam pembangunan.
Tanggung jawab pendidikan adalah sejauh mana pendidikan
itu berhasil menghasilkan manusia-manusia yang bertanggung jawab. Manusia yang
bertanggung jawab dalam mengolah sekaligus melestarikan lingkungannya, manusia
berdisiplin dan bekerja keras untuk memperbaiki taraf hidupnya dengan bantuan
sains dan teknologi tanpa mengarah kepada sikap keangkuhan atas kemampuan akal
manusia (Tilaar,2000).
Gambaran tentang kualitas lulusan pendidikan kejuruan
yang disarikan dari Finch dan Crunkilton (1984), bahwa : “
Kualitas pendidikan kejuruan menerapkan ukuran ganda,
yaitu kualitas menurut ukuran sekolah atau in-school
success standards dan kualitas menurut ukuran masyarakat atau out-of school success standards”.
Kriteria pertama meliputi aspek keberhasilan peserta
didik dalam memenuhi tuntutan kurikulum yang telah diorientasikan pada tuntutan
dunia kerja. Kriteria kedua, kemampuan lulusan untuk berhasil di luar sekolah
berkaitan dengan pekerjaan atau kemampuan kerja yang biasanya dilakukan oleh
dunia usaha atau dunia industri.
Sudah seharusnya lulusan SMK adalah sosok-sosok yang mempunyai kemampuan untuk mengimplementasi kemampuan
wirausaha yang dimiliki anak
didik, baik konsep maupun praktiknya. Jika anak didik mampu mengimplementasikan dalam hidupnya, maka hal
tersebut akan mampu mengurangi
jumlah pengangguran yang ada. Dengan kemampuan wirausaha yang dimiliki, maka anak didik tidak hanya
sebagai sosok-sosok secara umum,
melainkan sosok-sosok produktif untuk kehidupan yang bisa diandalkan.
Selain
itu sekolah memang sudah seharusnya melakukan proses pembekalan kemampuan,
ketrampilan kewirausahaan untuk anak didiknya dan memberikan bekal pengetahuan
dan sikap kepada anak didiknya melalui pembinaan jiwa Entrepreneurship sehingga
saat lulus mereka sudah mempunyai keinginan dan minat untuk berwirausaha bahkan
siap untuk bekerja.
Pendidikan
Sistem Ganda (PSG) atau mungkin lebih akrab dikenal dengan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian
profesional, yang memadukan secara sistematik dan singkron antara program
pendidikan di sekolah dan program pengusahaan yang diperoleh melalui kegiatan
bekerja langsung di dunia kerja untuk mencapai suatu tingkat keahlian
profesional.
Pelaksanaan
praktik kerja lapangan tersebut secara tidak langsung akan memberikan siswa
pengalaman serta bekal pengetahuan tentunya dalam bekerja karena selain
mempelajari cara mendapatkan pekerjaan, di sana juga diajarkan bagaimana
memiliki pekerjaan yang relevan dengan bakat dan kemampuannya, serta di sana
siswa diajarkan untuk bekerja dengan kemampuan sendiri sehingga mereka akan
mandiri. Sehingga mereka bisa mendapatkan hasil/prestasi yang sesuai dengan
kemampuannya.
Namun
terkadang hal tersebut sangat jauh dari harapan, sebab pemahaman siswa tentang
pelaksanaan praktek kerja lapangan berbeda-beda, ada yang berasumsi hanya
sebagai ajang pembolosan masal dari sekolah, bisa santai dirumah, bahkan hanya
sekedar jalan-jalan. Padahal apabila prestasi pengalaman yang didapat dan
dipahami dengan baik maka akan memungkinkan tumbuhnya jiwa serta keinginan
untuk berwirausaha. Tentu hal ini dibutuhkan evaluasi yang mendalam bagi pihak yang bertanggung jawab. Walaupun tak bisa dipungkiri bahwa siswa SMK telah menghasilkan beberapa produk bagi Indonesia, namun hal ini terjadi hanya dibeberapa daerah saja. Penulis sendiri berasal dari Daerah Gorontalo sampai sekarang belum mendengar bahwa SMK di Gorontalo telah berhasil menemukan Produk terbaru bagi Indonesia.
No comments:
Post a Comment