Oleh Drs. KH. A.N. Nuril Huda
اَلْحَمْدُ للهِ بِذِكْرِهِ  تَطْمِئِنُّ الْقُلُوْبَ وَبِفَضْلِهِ تَغْفِرُ الذُّنُوْبَ. أشْهَدُ أنْ  لا اِلهَ إلاّ اللهُ الْخاَلِقُ المَعْبُوْدُ وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمّدًا  رَسُوْلُ اللهِ الصَّارِفُ الْمَوْعُوْدُ فَصَلَوَاتُ اللهِ وَسَلامُهُ  عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أهْل التَّقْوَى  وَالْمَعْرِفَةِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإحْسَانٍ إلَى يَوْمِ الْمَبْعُوْثِ.  أمَّا بَعْدُ. فَيَا أيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ  وَلا تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Kaum muslimin jamaah Jum'at yang dirahmati Allah SWT
Pada kesempatan khutbah yang berbahagia ini, khatib mengajak para  jamaah sekalian untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada  Allah SWT dengan selalu mendekatkan diri kepada-Nya, melakukan segala  perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Jika kita memikirkan bagaimana dan berapa banyak nikmat yang telah Allah  SWT berikan kepada kita, niscaya kita tidak akan sanggup menghitungnya.  Maka sudah sepantasnya kita mengucakan kalimat syukur dengan ikhlas  hati kepada-Nya. Jangan sampai kita dicap Allah SWT sebaga hamba-Nya  yang tidak tahu terima kasih. Shalawat dan salam tetap kita tunjukkan  kepada Rasulullah SAW dan kelaurganya beserta para sahabatnya. Dalam hal  ini kita patut mencontoh kegigihan Rasulullah SAW dan para sahabatnya  dalam memperjuangkan Islam.
Kaum muslimin jamaah Jum'at yang dirahmati Allah SWT
Banyak kalangan yang mengatakan bahwa krisis ekonomi yang melanda bangsa  ini berawal dari krisis multi moral. Pada level struktural, mayoritas  pejabat dan birokrat sudah tidak lagi amanah terhadap tanggungjawab  sebagai pejabat publik. Mereka seenaknya datang ke kantor, disiplin  menurun, keuangan banyak digunakan sekehendak hatinya, setiap aktifitas  sulir dilepas dari KKN. Begitu pula dalam level kultural. Kejahatan  terjadi di mana-mana: pencurian, perampokan, perjudian, pelacuran,  pemerkosaan, dan penggunaan obat-obatan terlarang terjadi di mana-mana.
Jika kita bercermin pada sejarah bangsa-bangsa terdahulu, tampak jelas  bahwa kebinasaan atau kehancuran suatu kaum, disebabkan rendahnya moral.  Mereka sudah tidak lagi mengindahkan aturan-aturan agama. Apa yang  mesti mereka lakukan, mereka tinggalkan, dan sebagainya. Allah SWT  berfirman:
وَكَم مِّن قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا فَجَاءهَا بَأْسُنَا بَيَاتاً أَوْ هُمْ قَآئِلُونَ
Betapa banyaknya negeri yang telah kami binasakan. Maka datanglah  siksaan kami (menimpa penduduk)nya di waktu mereka berada di malam hari  atau di waktu mereka beristirahat di tengan hari. (QS Al-A'raf: 4)
أَلَمْ يَأْتِهِمْ نَبَأُ  الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ قَوْمِ نُوحٍ وَعَادٍ وَثَمُودَ وَقَوْمِ  إِبْرَاهِيمَ وِأَصْحَابِ مَدْيَنَ وَالْمُؤْتَفِكَاتِ أَتَتْهُمْ  رُسُلُهُم بِالْبَيِّنَاتِ فَمَا كَانَ اللّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَـكِن  كَانُواْ أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
Belum datang kepada mereka berita penting tentang orang-orang yang  sebelum mereka, (yaitu) kaum Nuh, 'Aad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk  Madyan dan negeri-negeri yang telah musnah. Telah datang kepada mereka  rasul-rasul dengan membawa keterangan yang nyata. Maka Allah tak akan  sekali-kali menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya  diri mereka sendiri. (QS At-Taubah: 70)
Penyebab utama kehancuran negeri adalah penolakan terhadap dakwah para  Nabi. Mereka tidak hanya menolak seruannya, tetapi juga memusuhi bahkan  berusaha membunuh ppara utusan Tuhan itu. Tentu saja para Nabi  menghadapi cobaan berat. Nyawanya dipertaruhkan untuk kelangsungan  perjuangan dakwah. Namun Allah Swt memiliki kehendak sendiri. Mereka  yang bertindak melewati batas, dihancurkan. Jika Tuhan berkehendak  membinasakan suatu kaum, maka tidak ada serangpun yang bisa menolaknya.
Kaum muslimin jamaah Jum'at yang dirahmati Allah SWT
Sebaliknya, keberkahan dan kemakmuran suatu negeri hanya akan tumbuh  pada bangsa di mana penduduknya beriman dan bertaqwa. Tatanan sosialnya  dihiasi dengan solidaritas, toleransi, saling menghargai, tidak saling  mencurigai, tidak saling memfitnah dan saling mengingatkan untuk selalu  mendekatkan diri kepada Allah SWT Mereka hidup dalam suasana yang aman,  damai dan penuh semangat,kekeluargaan. Allah Swt, menjanjikan dalam  Firman-Nya:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى  آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ  وَالأَرْضِ وَلَـكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa,  pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan  bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa  mereka disebabkan perbuatannva. (QS Al-A'raf: 96)
Dalam konteks hidup berbangsa dan bernegara, baik burukya moral  masyarakat sangat tergantung atau tidak akan lepas dari moral para  pemimpinnya. Pemimpin menjadi simbol dan gambaran umum mentalitas dan  moralitas masyarakat. Bahkan terdapat kaitan erat antara mereka yang  memimpin dengan yang dipimpin. Masyarakat yang baik-baik, tentu saja  akan memilih pemimpin yang baik pula. Begitu pula sebaliknya. Masyarakat  yang rendah moralitasnya, kecil kemungkinan memilih pemimpin yang baik.
Menjadi seorang pemimpin, berarti menjadi seorang yang menghadapi dunia  nyata, atau seorang yang selalu menghendaki perubahan dan memiliki visi  pembangunan dan memberdayakan setiap komponen yang dipimpinnya. Kekuatan  memimpin terhadap apa saja yang dilihat, didengar, dirasa dan  diketahuinya dari semua yang ada disekitarnya.
Rasulullah SAW bukan hanya seorang utusan Allah SWT yang membawa pesan  dan wahyu dari Sang Penguasajagad raya, namun beliau juga seorang  manusia pilihan yang disegani oleh masyarakat sekitarnya dan seorang  yang memiliki kepekaan sosial yang sangat tinggi. Kesedihan dan  penderitaan orang-orang yang di sekitarnya yang dipimpin adalah  kesedihan dan penderitaanya pula. Semua menjadi teladan bagi kita dan  setiap pemimpin di mana saja dia berada.
Kepekaan yang tinggi dari setiap pemimpin itu akan menjadi stimulator  kesuksesan menghadapi segala permasalahan yang muncul. Setiap pergerakan  dan tingkah laku yang dibuatnya akan menjadi motor dari setiap arah  kesuksesan seorang pemimpin. Oleh karena itu dalam setiap memilih  pemimpin, agar memilih pemimpin yang memiliki kualitas kepemimpinan yang  bagus dan berakhlak seperti yang diontohkan oleh Nabi Nuhammad SAW
Kaum muslimin jamaah Jum'at yang dirahmati Allah SWT
Pemimpin yang jujur terhadap dirinya sendiri dan selalu menjadikan  setiap langkahnya sebagai bagian dari ibadah dan amal yang membekalinya  kelak, akan mendapat jalan dari langkahnya. Karena Allah SWT selalu  membimbing para pemimpin yang jujur dan amanah dengan tanggung jawabnya.
Namun sulit rasanya mendapatkan pemimpin yang meneladani pola  kepemimpinan Rasulullah SAW, memiliki tanggung jawab moral,  kesederhanaan, dan kepekaan sosial menjadi akhlak pribadi pada pemimpin.  Yang ada justru pengkhianatan, kemewahan dan keserakahan. Akibat yang  ditimbulkan adalah krisis dalam berbagai dimensi kehidupan. Ini sebagai  akibat rendahnya mental dan moral, baik para petinggi negara maupun  masyarakat.
Para penguasa memang cenderung dzalim, dan karena itu pula banyak posisi  tertinggi dalam suatu organisasi harus ditempuh dengan berbagai cara.  Tujuan menghalalkan segala cara yang dicetuskan oleh Machiavelli dalam  meraih dan mempertahankan kekuasaan telah menjelma menjadi virus yang  sulit diobati di tubuh bangsa ini, hal ini telah menghiasi dinamika  sejarah kemanusiaan masyarakat Indonesia. Ketika kekuasaan mulai  digoyang, segala cara dilakukan, meski mengorbankan banyak pihak, untuk  melumpuhkan lawan-Iawan politik. Dalam konteks ini, idealisme hancur  luluh di telan kepentingan.
Kaum muslimin jamaah Jum'at yang dirahmati Allah SWT
Praktek korupsi, kolusi dan nepotisme terjadi di berbagai instansi,  pemerintahan maupun non pemerintahan. Partai-partai politik sulit  melepaskan diri dari penyakit itu. LSM-LSM yang notabenenya adalah  gerakan moral pun ikut terjangkit. Bagaimana jadinya, jika lembaga yang  bertugas mengontrol dan mengkritik pemerintah justru terkena penyakit  yang sama. Bagaimana ia bisa mendiagnosa dan memberikan terapi jika  penyakitnya sarna. Suatu kondisi yang sangat memprihatinkan dan  membutuhkan penanganan yang cepat.
Jika dekadensi moral masyarakat sudah sampai pada titik yang paling  rendah, maka segala akibatnya akan dirasakan sendiri oleh kaum tersebut.  Segala akibat buruk karena ulah segelintir orang, dampaknya akan  dirasakan masyarakat secara luas. Orang yang tidak berdosa pun ikut  menanggung derita. Musibah yang terjadi tidak pandang bulu, tidak  memilah-milah mana yang salah mana yang tidak. Orang yang merusak hutan  dengan menebang kayu secara liar atau sengaja membakamya untuk suatu  proyek besar, yang mungkin hanya satu atau beberapa orang saja. Namun,  dampaknya akan terjadi banjir dan erosi atau tanah longsor dirasakan  bersama. Korban harta dan jiwa tidak terelakan serta fasilitas-fasilitas  umum ikut terganggu. Allah SWT berfirman:
وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ
Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila dia mengazab penduduk  negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah  sangat pedih lagi keras. (QS Hud: 102)
Kaum muslimin jamaah Jum'at yang dirahmati Allah SWT
Sadar atau tidak, semua akibat yang menimbulkan penderitaan bersama itu  karena ulah manusia yang serakah dan dzalim. Mereka mengekploitasi  kekayaan nafsu untuk meraup keuntungan sebanyak-banyaknya. Apakah itu  hak warga sekitar atau milik negara, mereka tidak menghiraukan lagi.  Ulah manusia-manusia seperti itulah yang mengakibatkan datangnya azab  dan bencana nasional. Dampak azab dan bencana itu mungkin tidak terasa  oleh para pelakunya, akah tetapi yang menderita adalah rakyat miskin  yang tidak berdosa. Kehidupan mereka semakin tertindas; "Sudah miskin,  kena bencana lagi". lnilah yang harus diingat oleh orang-orang yang  serakah megeksploitasi kekayaan alat untuk kepentingan sendiri. Bahkan  Allah SWT berjanji tidak akan membinasakan suatu negeri bila penduduknya  berbuat kebaikan. Allah SWT berfiman:
وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَى بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُونَ
Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan. (QS Hud: 117)
Oleh karena itu, sudah semestinya kita bercermin kepada bangsa-bangsa  terdahulu mengenal sebab-akibat dari azab dan beneana Allah SWT  mengingatkan agar kita mengambil pelajaran dari mereka. Allah SWT  berfirman:
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ  لِّأُوْلِي الأَلْبَابِ مَا كَانَ حَدِيثاً يُفْتَرَى وَلَـكِن تَصْدِيقَ  الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً  لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran hagi  orang-orang yang mempunyai akal. Al-Quran itu bukanlah cerita yang  dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan  menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum  yang beriman. (QS Yusuf: 111).
Kaum muslimin jamaah Jum'at yang dirahmati Allah SWT
Demikian khutbah yang singkat ini, semoga kita senantiasa diberikan petunjuk oleh Allah SWT dalam mengarungi hidup ini.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي  الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ  وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبِّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ  اِنَِّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أقُوْلُ قَوْلِي هَذا  وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ لَِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ  الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ  فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ