Tujuan
dan Fungsi Metode Bermain Peran
Bermain peran dalam proses
pembelajaran yang ditujukan agar anak didik dapat mendramatisasikan tingkah laku, atau ungkapan
gerak-gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial atau manusia.
Roestiyah
(2011:91) menegaskan bahwa guru menggunakan metode ini dalam
proses belajar memiliki tujuan agar anak didik dapat memahami perasaan orang
lain, dapat tepa seliro dan
toleransi. Dengan bermain peran mereka dapat menghayati peranan apa yang
dimainkan, mampu menempatkan diri dalam situasi orang lain yang dikehendaki
guru. Ia bisa belajar watak orang lain,
cara bergaul dengan orang lain, cara mendekati dan berhubungan dengan orang
lain, dalam situasi itu mereka harus bisa memecahkan masalahnya.
2.1.3.3 Prosedur Pelaksanaan Metode Bermain Peran
Dalam
melaksanakan metode bermain peran ini agar berhasil dengan efektif, maka perlu
mempertimbangkan prosedur pelaksanaannya. Menurut Roestiyah (2011:91)
prosedur pelaksanaan bermain peran dimaksud sebagai berikut : (1) Menyiapkan naskah,
alat, media yang akan digunakan dalam kegiatan bermain peran. (2) Guru harus
menerangkan kepada anak didik, untuk memperkenalkan teknik ini, bahwa dengan
jalan bermain peran anak didik diharapkan dapat memecahkan masalah hubungan
sosial yang aktual ada di masyarakat. (3) Guru menunjuk beberapa anak yang akan
berperan, masing-masing akan mencari pemecahan masalah sesuai dengan perannya.
Dan anak yang lain jadi penonton dengan tugas-tugas tertentu pula. (4) Guru
harus memilih masalah yang urgen, sehingga menarik minat anak. Ia mampu
menjelaskan dengan menarik sehingga anak terangsang untuk berusaha memecahkan
masalah itu. (5) Memberi kebebasan kepada anak untuk memilih peran apa yang
disukai. (6) Agar anak dapat memahami peristiwanya, maka guru harus bisa
menceritakan sambil mengatur adegan pertama. (7) Jelaskan kepada
pemeran-pemeran itu sebaik-baiknya, sehingga mereka tahu tugas peranannya,
menguasai masalahnya, pandai bermimik maupun berdialog. (8) Anak yang tidak
turut harus menjadi penonton yang aktif, disamping mendengar dan melihat mereka
juga harus bisa memberi saran dan kritik pada apa saja yang akan dilakukan
bermain peran. (9) Menghentikan bermain peran pada detik-detik situasi yang sedang
memuncak dan kemudian membuka diskusi umum. (10) Sebagai tindak lanjut dari
hasil diskusi, maka perlu dibuka tanya jawab.
Dengan
berperan seperti orang lain, maka anak itu dapat menempatkan diri seperti watak
orang lain itu. Ia dapat merasakan perasaan orang lain, dapat mengakui pendapat
orang lain, sehingga menumbuhkan sikap saling pengertian, tenggang rasa,
toleransi dan cinta kasih terhadap sesama.
DAFTAR PUSTAKA
Nurkancana. 2007.
Pemahaman dan Prestasi Belajar pada
Peserta Didik. Rineka Cipta: Jakarta
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Edisi 5. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 2002. Penilaian Hasil
Proses Belajar Mengajar. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Sumartono. 2007. Modifikasi
Kegiatan Belajar Mengajar. Tarsito: Bandung.
Uno, Hamzah B., 2007. Model
Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Wahyudin
dkk. 2006. Pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar Di Sekolah. Rineka
Cipta: Jakarta.
Roestiyah,
20011, Strategi Belajar Mengajar,
Jakarta : Rineka Cipta.
Halidu
Salma. 2007. Diktat Moral dan Displin, Gorontalo :
Universitas Negeri Gorontalo
Purwanto, Ngalim. 2008. Psikologi Pendidikan (Cet. XV; Bandung: Remaja Rosdakarya