Welcome to www.jamal.com
go to my homepage
Go to homepage
WELLCOME TO SITUS LO HULONDHALO

Thursday, June 2, 2011

Komunikasi Tatap Muka Dalam Keluarga

Komunikasi ”Comunicare” biasanya diartikan sebagai suatu proses penyampaian lambang-lambang antara dua atau lebih orang (atau sistem) yang dapat diberi makna tertentu oleh kedua belah pihak (encoded-decoded) dan biasanya menghasilkan umpan balik (feedback)[1]. Adapun Harold D. Lasswell secara sederhana mendefinisikan komunikasi adalah siapa mengatakan apa, melalui saluran apa, kepada siapa dan apa akibatnya.
Tatap muka bisa dikatakan sebagai usaha mennyampaikan sesuatu dengan cara berinteraksi langsung atau tanpa perantara. Biasanya sesuatu yang disamp[aikan secara langsung maka akan lebih bermakna dan efektif.
Keluarga mempunyai peranan penting dalam pendidikan, baik dalam lingkungan masyarakat Islam maupun non-Islam. Karerena keluarga merupakan tempat pertumbuhan anak yang pertama di mana dia mendapatkan pengaruh dari anggota-anggotanya pada masa yang amat penting dan paling kritis dalam pendidikan anak, yaitu tahun-tahun pertama dalam kehidupanya (usia pra-sekolah). Sebab pada masa tersebut apa yang ditanamkan dalam diri anak akan sangat membekas, sehingga tak mudah hilang atau berubah sudahnya. Dari sini, keluarga mempunyai peranan besar dalam pembangunan masyarakat. Karena keluarga merupakan batu pondasi bangunan masyarakat dan tempat pembinaan pertama untuk mencetak dan mempersiapkan personilpersonilnya. Musuh-musuh Islam telah menyadari pentingya peranan keluarga ini. Maka mereka pun tak segan-segan dalam upaya menghancurkan dan merobohkannya. Mereka
Dalam keluarga harus terdapat iklim komunikasi yang kondusif. Iklim komunikasi adalah kualitas pengalaman subjektif para anggota keluarga berdasarkan persepsi-persepsi atas ciri-ciri keluarga yang relatif langgeng, seperti perhatian, kepercayaan, kejujuran, keterusterangan, komitmen, dan kerjasama antara anggota keluarga.
Hanya dalam keluarga dengan iklim komunikasi demikian, jati diri anak yang positif akan tumbuh dan berkembang. Seorang anak akan memiliki kepercayaan diri yang kuat, berani, mandiri, santun, dan sifat-sifat positif lainnya.
Sebaliknya, jika anak sering disebut bodoh, nakal, malas, anak pun sangat boleh jadi akan memiliki sifat seperti itu. Banyak penelitian menunjukkan bahwa julukan yang diberikan, terutama oleh keluarga, akan menimbulkan nubuat yang dipenuhi sendiri (self-fulfilling prophecy).
Orang tua adalah orang pertama yang semestinya mengetahui bakat yang dimiliki oleh anaknya, sehingga bakat tersebut dapat dikembangkan dan diarahkan sejak dini.
Orang tua dapat mengenal bakat anak dengan cara mengamati apa yang selalu dikerjakan anak, yang disukai anak, atau hal-hal yang dapat dikerjakan dengan baik oleh anak. Dengan mengetahui keseharian anak, orang tua akan mengenali bakat si anak.
Menurut konvensi hak anak, disebutkan bahwa semua anak tanpa membedakan ras, suku bangsa, agama, jenis kelamin, asal-usul keturunan maupun bahasa memiliki 4 hak dasar, yaitu:
  1. Hak atas kelangsungan hidup
  2. Hak untuk berpartisipasi
  3. Hak untuk berkembang
  4. Hak untuk perlindungan
Memang, fungsi utama komunikasi dalam keluarga adalah fungsi sosial dengan tujuan terpenting pembentukan jati diri anak, selain fungsi-fungsi lainnya, misalnya fungsi ekspresif (menyatakan perasaan) dan fungsi instrumental (untuk mencapai tujuan).
Bila para orangtua, khususnya kaum ibu, mampu mengembangkan keterampilan komunikasi mereka dengan anak-anak mereka, sehingga mereka mencapai tingkat empati yang optimal dan mendorong pengungkapan-diri anak yang maksimal, tidak ada kesulitan bagi kedua belah pihak untuk mengomunikasikan topik apa pun, bahkan, topik seksual (misalnya dalam rangka pendidikan seks)
Dipandang dari perspektif remaja sebagai anak, tidak ada risiko apa pun untuk mengungkapkan masalah-masalah yang bersifat pribadi dan sensitif kepada orangtua, bahkan sebenarnya menyehatkan mental, sementara pengungkapan diri yang sama kepada orang lain (bahkan kawan terdekat sekalipun) selalu mengandung risiko, misalnya dimanfaatkan atau dimanipulasi oleh orang tersebut demi keuntungan atau  kesenangannya.
Pengungkapan diri mengenai cela diri sendiri kepada sang pacar, misalnya, boleh jadi justru membuat sang pacar tersebut meninggalkannya. Keterusterangan seseorang mengenai cintanya yang mendalam kepada seorang pacar pun bisa dimanfaatkan oleh sang pacar untuk mengeksploitasinya dengan menuntut hal-hal yang besar dan tidak masuk akal [2]
Ringkasnya, hanya apabila orangtua memperlakukan anak-anak mereka sebagai sahabat  selain sebagai anak mereka dapat membicarakan masalah apa pun dengan anak-anak mereka
Perasaan yang harus ditumbuhkan kepada anak, bukan hanya rasa hormat, rasa segan, atau rasa takut, tetapi juga rasa dekat dan sayang. Hal ini hanya bisa dilakukan bila orangtua cukup sering kerkomunikasi dengan anak-anak.
Dengan demikian, anak-anak pun akan menghargai pendapat orangtua dan mematuhi nasihat mereka. Anak-anak tidak akan terlalu menggantungkan pendapat mereka pada kelompok sebaya yang belum berpengalaman, atau dari sumber tidak resmi lainnya yang sering menyesatkan. Karena itu komunikasi orangtua, khususnya ibu, dengan anak-anaknya, haruslah diusahakan cukup intensif dan intim, terutama pada saat anak-anak masih kecil dan juga selagi mereka remaja

Sesungguhnya, anak merupakan penerus generasi dari umat ini. Jangan dianggap sebagai 'makhluk kecil' yang tidak mengetahui apa-apa. Melalui pendidikan yang dilaksanakan setahap demi setahap dengan menggunakan cara yang baik dan tepat, kita berharap dan bertawakal kepada Al lah serta senantiasa berdoa:


"Ya Rabb kami, jadikanlah kami berdua sebagai orang yang tunduk (patuh) kepadaMu dan jadikanlah di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepadaMu." (Al-Baqarah: 128).

Itulah doa orang tua, karena Al lah q akan bertanya kepada kita kelak, apakah kita sudah mengajarkan kepada mereka untuk beribadah hanya kepada Al lah saja dan mengikuti petunjuk NabiNya? Bukan menghamba kepada harta, kedudukan, maupun gelar mereka.

Manusia merupakan makhluk lemah yang tidak dapat hidup seorang diri. Dia membutuhkan orang lain sebagai pasangannya, juga untuk menjaga keturunannya. Laki-laki dan wanita saling membutuhkan. Kesendirian tidaklah seimbang dan ketenangannya tak sempurna.
Allah berfiman:

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir." (Ar-Rum: 21).

Seorang istri yang shalihah, bertakwa, dan selalu bertaubat kepada Rabbnya, serta yang memahami peran dan fungsinya, merupakan pilar mendasar dalam keluarga dan sangat berperan dalam sejarah kehidupan masyarakat. Darinya lahir generasi pemimpin umat menuju kebaikan dan kekuatan. Wanita seperti inilah yang menentramkan hati, bisa dipercaya untuk menjaga diri, menjaga harta suami, dan mampu mendidik anak-anak. Di samping merawat fisik anak, ia juga dapat memberikan santapan iman, memberikan minuman dan makanan rohani yang lezat dan sehat, di samping memberikan minuman susu kepada anak-anaknya. Ia memperdengarkan untaian ayat-ayat suci al-Qur`an dan dzikir yang akan menanamkan ketakwaan ke dalam dada mereka serta semakin mempererat jalinan bcinta mereka kepada Islam hingga akhir hayat. Ketahuilah, sesungguhnya seorang anak akan tumbuh menurut apa yang disiramkan kepadanya. Sifatsifat kedua orang tua akan menurun kepadanya. Anak hanya meniru dan menyimpulkan sendiri contoh perbuatan yang dilakukan oleh orang tua maupun orang dewasa ainnya.
Buatlah pertemuan khusus untuk keluarga. Tanamkan 6 rukun iman dengan benar. Bacakan Sirah Rasul dan para sahabat. Agar anak-anak mengetahui bahwa Rasulullah dan para sahabat adalah pejuang-pejuang yang gagah berani, sehingga Allah   menjadikan mereka perantara sehingga kita mendapatkan hidayahNya. Mereka mendapat kemenangan disebabkan keimanan, perjuangan, dan pengamalan terhadap al-Qur`an dan Sunnah, di samping akhlak mereka yang tinggi. Mendidik anak-anak untuk berani berjihad dan beramar ma'ruf nahi mungkar dan tidak takut kecuali hanya kepada Allah. Tidak gentar kepada orang kafir, dan orang-orang zhalim lainnya yang mendustakan Dinul
Pembinaan Ibadah merupakan penyempurnaan dari pembinaan akidah. Juga merupakan cerminan dari akidah. Ketika anak telah memenuhi panggilan Rabbnya dan melaksanakan perintah-perintahNya, berarti ia telah menyambut kecenderungan fithrah yang ada di dalam jiwanya, sehingga ia akan dapat menyirami, menumbuh-kembangkan, serta mengokohkan pohon iman-nya dengan ibadah. Masa kanak-kanak adalah masa persiapan, latihan, dan pembiasaan untuk menyambut masa pembebanan kewajiban setelah baligh. Sehingga kelak pelaksanaan kewajiban terasa mudah, ringan, dan mempunyai kesiapan yang matang untuk menyelami kehidupan dengan penuh keyakinan, tertib, dan teratur. Ibadah memberikan pengaruh yang mengagumkan: Membuat anak selalu merasa berhubungan dengan Allah SWT Meredam gejolak kejiwaan dan mengendalikan hawa nafsu, sehingga jiwa akan lurus.
Ini semua dapat dimulai dengan melakukan pendidikan yang Islami. Upaya-upaya yang dapat kita lakukan kepada anak dalam pembinaan Ibadah ini misalnya: Mengajarkan anak tentang shalat. Sebaiknya ikut bersama orang tua melaksanakan shalat. Orang tua dengan sabar membimbing dan tidak menuntut terlalu banyak. Kecuali jika anak sudah berumur sepuluh tahun, maka perintah shalat sudah tidak ada toleransi lagi, ajaklah selalu berjamaah ke masjid dengan memberi contoh adab-adabnya. Di bulan Ramadhan, latihlah ia puasa dengan bertahap, tidak langsung puasa sehari penuh, sampai mampu puasa sehari penuh. Mengajari kepada anak untuk senantiasa memberi sedekah dari uang tabungannya sendiri atau mengeluarkan zakat. Semoga anak-anak menjadi terbiasa dengan amalan-amalan Ibadah tersebut. Mendorong anak agar senang menghafal ayat-ayat.
Tujuan dari pembinaan adab bagi anak adalah agar: Dapat bergaul dan berperan dengan baik dan benar dalam lingkungannya, baik dengan orang dewasa maupun teman-teman sebaya. Peran yang dimaksud: Berperilaku karimah, indah lagi mulia. Terhindar dari sifat memikirkan diri sendiri dan dari rasa malu yang tidak pada tempatnya. Menerima dan memberi dengan tatakrama, berjual beli, dan juga melakukan hubungan kemasyarakatan yang benar dan nyaman di bawah naungan ajaran Islam. Jenis-jenis kegiatan yang dapat membantu anak dalam beradab dengan lingkungan yakni:
a). Mengajak anak menghadiri majelis orang dewasa. Tujuannya untuk mengetahui kekurangan dan kebutuhan-kebutuhan anak.
b). Menyuruh anak melaksanakan tugas rumah. Rasulullah saw pernah meminta kepada Anas bin Malik untuk melayani keperluan beliau. Sehingga ia dapat mengenal masalah-masalah kehidupan yang belum pernah ia ketahui dan anak akan bangga dengan pengalaman baru yang telah ia dapatkan.
c). Membiasakan anak mengucapkan salam. Sunnah salam dapat menimbulkan rasa sayang dan keakraban sesama orang Islam dengan segala umur, mengajarkan cara memulai membuka pembicaraan dengan orang lain. Rasulullah a dan para sahabat memberikan beberapa cara yang lembut dalam menanamkan sunnah salam ini dalam jiwa anak. Anas ra pernah melewati sekumpulan anak kecil, lalu memberi salam kepada mereka. Sesudah itu Ibnu Abbas ra berkata, "Adalah Rasulullah saw melakukan hal yang demikian itu." Anak dianjurkan mengucapkan salam kepada kedua orang tuanya, orang dewasa, juga ketika akan masuk rumah.
Pada masa ini(remaja) pertumbuhan jasmani anak menjadi cepat, wawasan akalnya bertambah luas, emosinya menjadi kuat dan semakin keras, serta naluri seksualnya pun mulaibangkit. Masa ini merupakan pendahuluan masa baligh.Karena itu, para pendidik perlu memberikan perhatian terhadap masalah-masalah berikut dalam menghadapi remaja:
1. Hendaknya anak, putera maupun puteri, merasa bahwa dirinya sudah dewasa karena ia sendiri menuntut supaya diperlakukan sebagai orang dewasa, bukan sebagai anak kecil lagi.
2. Diajarkan kepada anak hukum-hukum akilbaligh dan diceritakan kepadanya kisah-kisah yang dapat mengembangkan dalam dirinya sikap takwa dan menjauhkan diri dari hal yang haram.
3. Diberikan dorongan untuk ikut serta melaksanakan tugas-tugas rumah tangga, seperti melakukan pekerjaan yang membuatnya merasa bahwa dia
sudah besar.
4. Berupaya mengawasi anak dan menyibukkan waktunya dengan kegiatan yang bermanfaat serta mancarikan teman yang baik.


[1] Komunikasi Islam, A. Muis, 2001
[2] Rubin, 1973

No comments:

Post a Comment