Welcome to www.jamal.com
go to my homepage
Go to homepage
WELLCOME TO SITUS LO HULONDHALO

Thursday, October 20, 2011

Tekhnik Pemeriksaan Pemberian Skor Dan Pengolahan Hasil Belajar


A.    Tekhnik Pemberian Skor
Penskoran merupakan langkah pertama dalam proses pengolahan hasil tes pekerjaan siswa atau mahasiswa. Penskoran adalah suatu proses pengubahan jawaban-jawaban tes menjadi angka-angka (mengadakan kuantifikasi). Angka-angka hasil penskoran itu kemudian diubah menjadi nilai-nilai melalui suatu proses pengolahan tertentu.
Penggunaan simbol untuk menyatakan nilai-nilai itu, ada yang dengan angka, seperti angka dengan rentangan 0-10, 0-100, atau 0-4, dan adapula dengan huruf A, B, C, D dan E. Cara menskor hasil tes biasanya disesuaikan dengan bentuk soal-soal tes yang dipergunakan apakah tes objektif atau tes essay. Untuk soal-soal objektif biasanya setiap jawaban benar diberi skor 1 (satu) dan setiap jawaban salah diberi skor 0 (nol) ; total skor diperoleh dengan menjumlahkan skor dari semua soal. Untuk soal-soal essay dalam penskorannya digunakan cara memberi bobot (weighting) kepada setiap soal menurut tingkar kesukarannya atau banyak sedikitnya unsur yang harus terdapat dalam jawaban yang dianggap paling baik.
Untuk penskoran soal-soal objektif sering digunakan rumus correction for guessing, atau disebut juga sistem  denda. Rumusnya adalah :
Untuk soal-soal multiple choice (pilihan ganda)
Untuk soal-soal true false
( karena n – 1 – 1 )
Keterangan :
S         = skor yang dicari
ΣR       = jumlah soal yang dijawab benar
ΣW      = jumlah soal yang dijawab salah
n          = jumlah option (alternatif jawaban tiap soal)
1          = bilangan tetap

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemberian skor ini sangat penting untuk mendapatkan hasil pengolahan belajar siswa dan mahasiswa sehingga kita dapat mengetahui seberapa jauh pemahaman dan penerimaan siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan.
B.     Tekhnik Pengolahan Hasil Belajar
Untuk pengolahan hasil belajar, kita harus melakukan pemisahan terhadap jenis soal-soal yang ada. Yaitu untuk soal-soal essay dn soal-soal objektif. Untuk pengolahan soal-soal essay dapat dilakukan dengan cara :
1.      Nilailah jawaban-jawaban soal essay yang dalam hubungannya dengan hasil belajar yang sedang diukur.
2.      Untuk soal-soal essay dengan jawaban terbatas, berilah skor dengan point method; gunakan pedoman jawaban sebagai petunjuk.
3.      Untuk soal-soal essay dengan jawaban terbuka, nilailah dengan rating method; gunakan kriteria tertentu sebagai pedoman penilaian.
4.      Evaluasilah semua jawaban siswa soal demi soal, dan bukan siswa demi siswa untuk menghindari halo effect.
5.      Evaluasilah semua jawaban-jawaban soal essay tanpa mengetahui identitas atau nama murid yang mengerjakan jawaban itu.
6.      Jika memungkinkan, mintalah dua atau tig orang guru lain, yang mengetahui masalah itu untuk menilai tiap jawaban.
Sedangkan untuk mengolah tes objektif, dapat kita lakukan dengan cara :
  1. Fill-in dan completion (tes isian dan melengkapi). Rumusnya adalah S = R. S adalah skor terakhir atau yang diharapkan, R adalah jumlah isian yang dijawab betul.
  2. True-false (tes benar-salah). Rumus :  atau S = R – W
  3. Multiple choice (tes pilihan gana)
  4. Matching (tes menjodohkan). Rumus : S = R
DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, M. Ngalim., 2006. Prinsip-prinsip dan Tekhnik Evaluasi Pengajaran, cet. Ke-12, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
....................................................................................................................................................Maaf
....................................................................................................................................................Maaf

REFERENSI (Ket. Footnote)
[1]  Mohon maaf Kami Tidak Dapat Menampilkan Referensinya, Silahkan Anda Masukan Link Alamat Ini Sebagai Referensinya : Contoh " Pondok Mahasiswa, JUDUL POSTING, (Online ) LINK, Diakses tanggal ...............201...,.
[2] Bila anda memang memerlukan suatu bahan materi ataupun (Tesis/Skripsi/Makalah) yang sudah jadi yang mempunyai Referensi Buku yang Jelas, Maka Silahkan Hubungi no. Hotline Kami 081340102992, namun sebelumnya dengan mentranfer uang Rp. 50.000, ke No. Rekening BRI : 5133-01-000526-50-1. Materi (Tesis, Skripsi,  tersebut akan di Format "Zip Archip" dan langsung dikirimkan ke email anda.
KEPERCAYAAN MODAL UTAMA PONDOK MAHASISWA 

Sistem Penilaian KTSP


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Penilaian dalam KBK dan KTSP menganut prinsip penilaian berkelanjutan dan komprehensif guna mendukung upaya memandirikan siswa untuk belajar, bekerja sama, dan menilai diri sendiri. Karena itu, penilaian dilaksanakan dalam kerangka penilaian berbasis kelas (PBK). Dikatakan  PBK karena kegiatan penilaian dilaksanakan secara terpadu dalam kegiatan pembelajaran.
PBK merupakan suatu kegiatan mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan oleh guru yang bersangkutan sehingga penilaian tersebut akan ”mengukur apa yang hendak diukur” dari siswa. Hal ini perlu dilakukan bersama karena hanya guru yang bersangkutan yang paling tahu tingkat belajar siswa yang diajarnya. Prinsip penilaian berbasis kelas lainnya, yaitu tidak terpisahkan dari KMB, menggunakan acuan patokan, menggunakan berbagai cara penilaian (tes dan nontes), mencerminkan kompetensi siswa secara komprehensif, berorientasi kepada kopetensi, valid, adil, terbuka, berkesinambungan, bermakna, dan mendidik.
Penilaian tersebut dilakukan, baik dalam bentuk tes tertulis (paper and pencil tes), kinerja atau penampilan (performance), penugasan (project), hasil kerja (product), maupun pengumpulan kerja siswa (portofolio). Setelah melakukan serangkaian penilaian yang sesuai dengan prinsip-prinsip diatas, orang tua siswa akan menerima laporannya secara komunikatif dengan menitikberatkan pada kompetensi yang telah dicapai oleh anak disekolah.
Dalam prakteknya, PBK harus memerhatikan tiga ranah (domain), yaitu ranah pengetahuan (kognitif), ranah sikap (afektif), dan ranah keterampilan (psikomotor). Ketiga ranah ini dinilai secara proporsional sesuai dengan sifat mata pelajaran atau materi pembelajaran yang akan dikenakan pada siswa.
B.     Rumusan Masalah
Memperhatikan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pembahasan makalah ini difokuskan pada Sistem Penilaian pada KTSP.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Penilaian Kinerja (performance)
Penilaian kerja adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Penilaian biasanya digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam berpidato, pembacaan puisi, diskusi, pemecahan masalah, partisipasi siswa dalam diskusi, menari, memainkan alat musik, aktivitas olahraga, menggunakan peralatan laboratorium, mengoperasikan suatu alat, dan aktivitas lain yang bisa diamati/observasi.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penilian kerja adalah sebagai berikut:
  • Identifikasikan semua aspek penting.
  • Tuliskan semua kemampuan khusus yang diperlukan.
  • Urutkan kemampuan yang dapat dinilai dapat teramati dan tidak terlalu banyak.
  • Apabila menggunakan rating scale perlu menggunakan kriteria untuk setiap pilihan (misalnya: apabila ..., cukup apabila ..., kurang apabila ...).
Penilaian kriteria dapat menggunakan dua kemungkinan instrumen, yaitu
  • Daftar cek (ya – tidak)
  • Skala rentang (sangat kompeten – kompeten – agak kompeten – tidak kompeten).

B.     Penilaian Penugasan (Proyek/project)
Penilaian penugasan atau proyek merupakan penilaian untuk mendapatkan gambaran kemampuan menyeluruh/umum secara konstektual, mengenai kemampuan siswa dalam menerapkan konsep dan pemahaman mata pelajaran tertentu. Penilaian terhadap tugas yang menganddung investigasi harus selesai dalam waktu tertentu. Investigasi terbagidalam bebrapa tahapan, yaitu perencanaan,  pengumpulan data, pengolahan data, dan penyajian data.
Penilaian dalam proyek terbagi atas dua, yaitu :
  • Penilaian proyek yang menekankan pada proses, misalnya:
-          Merencanakan dan mengorganissasikan investigasi.
-          Bekerja dengan tim.
  • Penilaian proyek yang menekankan pada produk, misalnya:
-          Mengidentifiksi dan mengumpulkan informasi yang relevan.
-          Menganalisa dan menginterpretasi data.
-          Mengomunikasikan hasil.

C.    Penilaian Hasil Kerja (produk/product)
Peniaian hasil kerja atau produk (product) merupakan penilaian kepada siswa dengan mengontrol proses dan memanfaatkan/menggunakan bahan untuk menghasilkan sesuatu, kera pratik atau kualitas estetik dari suatu yang mereka produksi.
Penilaian produk akan menilai kemampuan siswa dalam :
§  Bereksplorasi dalam mengembangkan gagasan dalam mendesain.
§  Menggunakan alat.
§  Memilih bahn-bahan yang tepat.
§  Menunjukan inovasi dan kreasi.
§  Memilih bentukdan gaya dalam karya seni.

D.    Penilaian Tes Tertulis (peper & pen)
Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Tes tertulis di mana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal, peserta didik tidak selalu merespons dalam bentuk menulis jawaban, tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain, seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar, dan lain sebagainya.
Dalam menyusun instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:
o   Materi, misalnya kesesuaian soal dengan indikator pad kurikulum.
o   Konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas.
o   Bahasa, rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda.

E.     Penilaian Portofolio
Portofolio merupakan kumpulan hasil kerja siswa. Hasil kerja tersebut sering disebut artefak yang diperoleh dari pengalaman atau proses pembelajaran siswa dalam periode waktu tertentu yang kemudian diseleksi dan disusun menjadi satu portofolio. Dengan kata lain portofolio adalah suatu koleksi pribadi hasil pekerjaan seorang siswa (bersifat individual) yang menggambarkan (merefleksikan) taraf pencapaian, kegiatan belajar, kekuatan dan pekerjaan terbaik siswa.
Tujuan dilakukan portofolio bagi siswa antara lain sebagai berikut:
  • Untuk penilaian formatif dan diagnostik siswa.
  • Untuk memonitor perkembangan siswa dari hari ke hari, yang berfokus pada proses perkembangan siswa.
  • Untuk memberika eviden (bukti) penilaian formal.
  • Untuk mengikuti perkembangan pekerjaan siswa, yang berfokus pada proses dan hasil.
  • Untuk mengoleksi hasil pekerjaan yang telah selesai, yang berfokus pada penilaian sumatif.

F.     Penilaian Sikap
Penilaian sikap adalah penilaian perilaku dan keyakinan siswa terhadap suatu objek, fenomena atau masalah. Penilaian ini dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu a) Observasi perilaku, (tentang kerja sama, inisiatif, dan perhatian), b) Pertanyaan langsung, (tanggapan terhadap tata tertib sekolah yang baru), c) Laporan pribadi, (pandangan tentang “kerusuhan antar etnis”).
___________________________
REFERENSI (Ket. Footnote)
[1]  Mohon maaf Kami Tidak Dapat Menampilkan Referensinya, Silahkan Anda Masukan Link Alamat Ini Sebagai Referensinya : Contoh " Pondok Mahasiswa, JUDUL POSTING, (Online ) LINK, Diakses tanggal ...............201...,.
[2] Bila anda memang memerlukan suatu bahan materi ataupun (Tesis/Skripsi/Makalah) yang sudah jadi yang mempunyai Referensi Buku yang Jelas, Maka Silahkan Hubungi no. Hotline Kami 081340102992, namun sebelumnya dengan mentranfer uang Rp. 50.000, ke No. Rekening BRI : 5133-01-000526-50-1. Materi (Tesis, Skripsi,  tersebut akan di Format "Zip Archip" dan langsung dikirimkan ke email anda.
KEPERCAYAAN MODAL UTAMA PONDOK MAHASISWA 

Tekhnik Pengujian Validitas Tes Hasil Belajar Dan Tekhnik Pengujian Validitas Item Tes Hasil Belajar


A.    Pengertian Validitas
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa Validitas adalah suatu konsep yang berkaitan dengan sejauhmana tes telah mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas sebuah tes selalu dibedakan menjadi dua macam yaitu validitas logis dan validitas empiris. Validitas logis sama dengan analisis kualitatif terhadap sebuah soal, yaitu untuk menentukan berfungsi tidaknya suatu soal berdasarkan kriteria yang tela ditentukan, yang dalam hal ini adalah kriteria materi, konstruksi, dan bahasa.
Validitas tes perlu ditentukan untuk mengetahui kualitas tes dalam kaitannya dengan mengukur hal yang seharusnya diukur. Nunnaly (1972) menyatakan bahwa pengertian validitas senantiasa dikaitkan dengan penelitian empiris dan pembuktian-pembuktiannya bergantung kepada macam validitas yang digunakan. Validitas tes perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas tes dalam kaitannya mengukur hal yang seharusnya diukur. Menurut Anastasi (1988) validitas adalah suatu tingkatan yang menyatakan bahwa suatu alat ukur telah sesuai dengan apa yang diukur. Sedangkan Gronlund (1985) menyatakan bahwa validitas berkaitan dengan hasil suatu alat ukur, menunjukan tingkatan, dan bersifat khusus sesuai dengan tujuan pengukuran yang akan dilakukan. Para pengembang tes memiliki tanggung jawab dalam membuat tes yang benar-benar reliabel dan valid. Oleh karena itu variabel dapat digunakanuntuk memerikasa secara langsung seberapa jauh suatu alat telah berfungsi.
B.     Bentuk-Bentuk Validitas
Pengkajian yang dilakukan oleh para ahli terhadap bagaimana menentukan dan menilai validitas, maka dapat diambil empat bentuk validitas yang digunakan dalam menentukan validitas yaitu :
1.      Validitas Isi (content validity)
Validitas isi (content validity) sering dinamakan Validitas kurikulum yang mengandung arti bahwa suatu alat ukur dipandang valid apabila sesuai dengan isi kurikulum yang hendak diukur. Salah satu cara untuk memperoleh validitas isi adalah dengan melihat soal-soal yang membentuk tes itu. Jika keseluruhan soal nampak mengukur apa yang seharusnya tes itu digunakan, tidak diragukan lagi bahwa validitas isi sudah terpenuhi. Dalam melakukan validitas isi ini dapat melalui prosedur ; a) mendefinisikan domain yang hendak diukur, b) menentukan domain yang akan diukur oleh masing-masing soal, c) membandingkan masing-masing soal dengan domain yang sudah ditetapkan.
2.      Validitas Konstruk (construct validity)
Konstruk (construct) adalah sesuatu yang berkaitan dengan fenomena dan objek yang abstrak, tetapi gejalanya dapat diamati dan diukur. Gravitasi, massa, kemampuan matematika, kemampuan bahasa Inggris, kebahagiaan, dan kesedihan antara lain walaupun termasuk konstruk. Gravitasi misalnya dapat dijadikan sebagai contoh bagaimana memehami konstruk. Ketika buah apel jatuh ketanah, konstruk tentang gravitasi dapat digunakan untuk menjelaskan dan memperkirakan perilaku (jatuhnya buah apel misalnya) yang diamati. Validitas konstruk mengandung arti bahwa suatu alat ukur dikatakan valid apabila telah cocok dengan konstruk teoritik di mana tes itu dibuat. Konstruksi yang dimaksud pada validitas ini bukanlah merupakan konstruksi seperti bangunan atau susunan, tetapi merupakan rekaan psikologis yang berkaitan dengan aspek-aspek ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
3.      Validitas prediktif (predictive validity)
Predictive validity menunjukan kepada hubungan antara tes skor yang diperoleh peserta tes dengan keadaan yang akan terjadi diwaktu yang akan datang. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi apabila mempunyai kemampuan untuk memprediksikan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.
4.      Validitas konkuren (concurent validity)
Validitas concurent atau validity ada sekarang menunjuk pada hubungan antara tes skor dengan yang dicapai dengan keadaan sekarang. Validitas ini dikenal dengan validitas empiris. Sebuah tes dikatakan memiliki concurent validity apabila hasilnya sesuai dengan pengalaman.
C.    Mengukur Validitas
Untuk menentukan apakah tes yang digunakan untuk mengukur introvert, intelegensi, kemampuan membaca, kemampuan matematika, atau kemampuan fisika misalnya, tidak ada satupun lembaga standarisasi tes yang dapat membandingkan tes yang dibuat tersebut. Para ahli pengukuran pendidikan lebih menyarankan untuk menggunakan beberapa metode yang berasal dari fakta yang terdapat dari tes itu sendiri digunakan.
Salah satu cara untuk menentukan validitas alat ukur adalah dengan menggunakan korelasi product moment dengan simpangan yang dikemukakan oleh Person seperti berikut :
rxy           = koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y, dan variabel lain yang
  dikorelasikan  dan
  = jumlah perkalian antara x dan y
x2         = kuadrat dari x
y2         = kuadrat dari y

D.    Validitas Soal
Validitas soal adalah indeks diskriminasi dalam membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan rendah. Validitas soal adalah indeks diskriminasi soal-soal yang ditetapkan dari selisih proporsi yang menjawab dari masing-masing kelompok. Adapun tujuan validitas soal adalah untuk menentukan dapat tidaknya soal tersebut membedakan kelompok dalam aspek yang diukur sesuai dengan perbedaan yang ada dalam kelompok itu.
Terdapat berbagai cara yang digunakan untuk menentukan validitas, diantaranya dengan menggunakan ; 1) indeks diskriminasi, 2) indeks korelasi, 3) indeks keselarasan. Tekhnik korelasi terdiri atas, 1) tekhnik point biserial, 2) tekhnik  phi, 3) tekhnik biserial, 4) tekhnik tetrachoric.  Sebagaimana alat ukur lainnya, korelasi dalam validitas soal memiliki prediktor dan kriterium. Prediktor dalam validitas soal adalah skor  soal sedangkan kriteriumnya adalah skor total tes.
Korelasi biserial maupun korelasi point biserial adalah korelasi product moment yang diterapkan pada data, dimana variabel-variabel yang dikorelasikan sifatnya masing-masing berbeda satu sama lain. Variabel butir soal bersifat dikotomi sedangkan variabel skor total atau sub skor total bersifat kontinum. Korelasi biserial ditentukan dengan menggunakan persamaan :
rbis          =  Koefesien korelasi biserial
      =  Rerata skor pada tes dari peserta tes yang memiliki jawaban benar
Mt        =  Rerata skor total
St         =  Standar deviasi skor total
P          = Proporsi peserta tes yang jawabanya benar pada soal (tingkat   kesukaran)
q          = 1 - p

E. Validitas Item Tes Hasil Belajar
Salah satu cara untuk memperbaiki proses belajar-mengajar yang paling efektif ialah dengan jalan mengevaluasi tes hasil belajar yang diperoleh dari proses belajar-mengajar itu sendiri. Dengan kata lain, hasil tes itu kita olah sedemikian rupa sehingga dari hasil pengolahan itu dapat diketahui komponen-komponen manakah dari proses belajar-mengajar itu yang masih lemah.
Pengolahan tes hasil belajar dalam rangka memperbaiki proses belajar-mengajar dapat  dilakukan dengan berbagai cara, antara lain : a) dengan membuat analisis soal (item analysis); b) dengan menghitung validitas dan keandalan tes.
Dalam pasal ini khusus akan dibicarakan cara yang pertama, yaitu teknik analisis soal atau yang biasa disebut item analisis. Analisis terhadap soal-soal (items) tes yang telah dijawab oleh murid-murid mempunyai dua tujuan penting.
Pertama, jawaban-jawaban soal itu merupakan informasi diagnostik untuk meneliti pelajaran dari kelas itu dan kegagalaan-kegagalan belajarnya, serta selanjutnya untuk membimbing kearah cara belajar yang lebih baik. Kedua, jawaban-jawaban terhadap soal-soal yang terpisah dan perbaikan (review) soal-soal yang didasarkan atas jawaban-jawaban itu merupakan basis bagi penyiapan tes-tes yang lebih baik untuk tahun berikutnya.
Jadi, tujuan khusus dari item analysis ialah mencari soal tes mana yang baik dan mana yang tidak baik, dan mengapa item atau soal itu dikatakan baik atau tidak baik. Dengan mengetahui soal-soal yang tidak baik itu selanjutnya kita dapat mencari kemungkinan sebab-sebab mengapa item itu tidak baik. Dengan membuat analisis soal, sedikitnya kita dapat mengetahui tiga hal penting yang dapat diperoleh dari tiap soal, yaitu:
a.       Sampai di mana tingkat atau taraf kesulitan soal itu (difficulty level of an item). Untuk menghitung taraf kesukaran soal suatu tes dipergunakan rumus sebagai berikut :
TK =indeks TK atau taraf/tingkat kesukaran yang dicari
U   = jumlah siswa yang termasuk dalam kelompok pandai yang menjawab benar
          Untuk tiap soal
L    = jumlah siswa yang termasuk kelompok kurang yang menjawab benar
          Untuk tiap soal
T    = jumlah siswa dari kelompok pandai dan kurang.

b.      Apakah soal itu mempunyai daya pembeda (discriminating power) sehingga dapat membedakan kelompok siswa yang pandai dengan kelompok siswa yang bodoh. Daya pembeda dari suatu tes dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

DP             = daya pembeda yang dicari
U, L dan T            = taraf kesukaran

c.       Apakah semua alternatif jawaban (options) menarik jawaban-jawaban, ataukah ada yang demikian tidak menarik sehingga tidak perlu dimasukan kedalam soal.

DAFTAR PUSTAKA
Purwanto, M. Ngalim., 2006. Prinsip-prinsip dan Tekhnik Evaluasi Pengajaran, cet. Ke-12, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Surapranata, Sumarna., 2004. Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes; Implementasi Kurikulum 2004, cet. Ke-1, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

_________., 2004. Panduan Penulisan Tes Tertulis; Implementasi Kurikulum 2004, cet. Ke-1, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya