Welcome to www.jamal.com
go to my homepage
Go to homepage
WELLCOME TO SITUS LO HULONDHALO

Thursday, June 2, 2011

Hakekat Bimbingan Dan Konseling


1.      Pengertian Bimbingan dan Konseling
                Dalam mencari berbagai macam istilah yang telah berhubungan dengan Bimbingan dan Konseling  adalah dua kata yang telah memiliki makna tersendiri tetapi ada keterkaitan makna, fungsi dan tujuan,  seperti pernyatan  Jones dan Wernn, sebagaimana dikutip oleh Walgito ;         
“Bimbingan adalah bantuan atau pertologan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan didalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya”.
 
“konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan  masalah kehidupannya dengan wawancara dan dengan cara yang sesuai dengan keadaan  yang dihadapi individu untuk mencapai kesejahteraan hidupnya”[1]


                Jadi Bimbingan Konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dengan tujuan demi kesejahteraan hidup dalam mengatasi masalah-masalah kesulitan-kesulitan hidupnya.[2]
                Bimbingan merupakan suatu pertolongan yang menuntun, atau sebagai suatu tuntunan. Hal ini mengandung pengertian bahwa di dalam memberikan binbingan, apabila keadaan menuntut, adalah kewajiban dari pembimbing secara aktif, yaitu memberikan arah kepada yang dibimbingnnya. Disamping itu bimbingan juga mengandung pengertian memberikan pertolongan dengan menentukan arah dengan diutamakan kepada yang di bimbingnya. Keadaan yang semacam ini seperti yang di kenal dalam dunia pendidikan dengan istilah “Tut Wuri Handayani”.
                Dr. Moh Surya mengemukkan definisi bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengerbanan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.[3]
                 Jadi dalam memberikan bimbingan, diserahkan kepada yang dibimbing. Hanya didalam kedaan yang memaksa seorang pembimbing  dapat mengambil peran aktif dalam arti memberikan arah di dalam memberikan bimbingannya. Tidak pada tempatnya seorang   pembimbing membiarkan individu yang dibimbingnnya dalam keadaan terlantar apabila ia telah nyata-nyata tidak dapat menghadapi masalah.
                Bimbingan dapat diberikan kepada seorang individu atau sekumpulan iondividu, ini berarti bimbingan dapat diberikan secara individual dan juga dapat secara kelompok. Bimbingan dapat diberikan kepada siapa saja yang membutuhkan, tanpa memandang umur (Of Any Age), sehingga baik anak maupun orang dewasa dapat menjadi obyek bimbingan. Dengan demikian maka bidang gerak  bimbingan tidak hanya terbatas poadsa anak-anak ataupun para remaja, tetapi juga dapat mencakup orang dewasa.
                Bimbingan dapat diberikan baik untuk menghindari kesulitan-kesulitan maupun untuk membatasi persoalan-persoalan yang dihadapi individu di dalam kehidupannya. Ini berarti bahwa bimbingan dapat diberikan baik untuk mencegah agar kesukitan itu tidak atau jangan timbul, tetapi juga dapai diberikan untuk mengatasi kesulitan yang telah menimpa individu. Namun demikian lebih bersifat pencegahan dari pada penyembuhan. Bimbingan dimaksudkan supaya individu atau sekumpulan individu dapat mencapai kesejahteraan hidup (Life Walfare). Disinilah letak tujuan bimbingan yang sebenarnya.
                Menurut Wrenn sebagaimana dikutip oleh Walgito, Bahwa dalam proses Konseling terlihat adanya suatu masalah yang dialami konsele atau klien, yaitu orang yang mempunyai masalah dalam proses Konseling.[4] Klien perlu mendapatkan pemecahan dan cara pemecahannya harus sesuai dengan keadaan  klien. Jadi dalam proses konseling ada tujuan langsung yang tertentu, yaitu pemecahan masalah yang dihadapi oleh klien.
                Proses konseling pada dasarnya dilakukan secara individual (Between Two Persons), yaitu antara klien dan konselor, walaupun dalam perkembangan demikian ada konseling kelompok (Group Counseling). Pemecahan masalah dalam proses konseling itu dijalankan dengan wawancara atau diskusi antara klien dan konselor, dan wawancara itu dijalankan dengan cara face to face.
                Dari sini dapat terlihat secara jelas bahwa “Konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara dan dengan cara yang sesuai dengan keadaan yang dihadapi individu untuk mencapai kesejahteraan hidupnya”.[5] Dalam hal ini harus di ingat agar individu pada akhirnya dapat memecahkan masalahnya dengan kemampuannya sendiri. Dengan demikian maka klien tetap dalam keadaan aktif, memupuk kesanggupannya di dalam memecahkan setiap masalah yang mungkin akan dihadapi dalan kehidupannya. 
                Bimbingan dan Konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupan manusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manausia di dalam kehidupannya menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan lain akan timbul. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalam sifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang sanggup mengatasi persoalan tanpa bantuan pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tida dibantu orang lain. Khususnya bagi yang terakhir inilah bimbingan dan konseling sangat di perlukan.
                Manusia perlu mengenal dirinya sendiri dengan sebaik-baiknya. Dengan mengenal diri sendiri ini manusia akan bertindak dengan tepat sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Namun demikian tidak semua manusia mampu mengenal segala kemampuan dirinya. Mereka ini memerlukan bantuan orang lain agar dapat mengenal diri sendiri, lengkap dengan segala kemampuan yang dimilikinya, dan bantuan ini dapat diberikan oleh bimbingan dan konseling.
                2. Hubungan Pengertian Bimbingan Dan Konseling
                Dalam buku yang sama, Jones menyatakan bahwa  bahwa ia telah memandang konseling sebagai salah satu tekhnik dari bimbingan.[6] Dengan pandangan ini bimbingan memiliki pengertian yang lebih luas dibandingan dengan pengertian konseling, dan konseling merupakan bagian dari bimbingan.
                 Apabila diteliti, antara pengertian bimbingan dan pengertian konseling terdapat kesamaan, disamping ada sifat khas pada konseling. Hal ini dikemukakkan sebagai berikut :
1.      Konseling merupakan salah satu metode dari bimbingan, sehingga dengan demikian pengertian bimbingan lebih luas dari pengertian konseling. Karena itu konseling merupakan bimbingan, tetapi tidak semua bimbingan merupakan konseling.
2.      Pada konseling sudah ada masalah tertentu, yakni masalah yang dihadapi klien, sedangkan pada bimbingan tidak demikian. Karena bimbingan lebih bersifat preventif atau pencegahan, sedangkan konseling bersifat kuratif atau korektif (Penyembuhan).
3.      Konseling pada dasarnya dilakukan secara individual, yaitu antara konselor dengan klien secara (Face To Face). Pada bimbingan tidak demikian halnya, bimbingan pada umunya dijalankan secara kelompok. Misalnya bimbingan bagaimana cara belajar yang efektif dan efisien dapat diberikan kepada seluruh kelas pada suatu waktu tertentu secara bersama-sama.
                Sekalipun menunjukan adanya kesamaan dan juga perbedaan, akan tetapi antara bimbingan dan konseling memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya, dalam memecahkan suatu masalah yang akan di hadapi [7]
                Bimbingan dan konseling sebagai suatu ilmu masih merupakan ilmu relatif baru bila dibandingkan dengan ilmu-ilmu lain pada umumnya. Apabila ditelusuri, bimbingan dan konseling mulai timbul sekitan abad ke-20, gerakan ini dipelopori oleh tokoh-tokoh seperti Frank Parson dkk.
                Dalam mencapai suatu bimbingan yang optimal yang telah diarahkan pada peserta didik tak lain harus merujuk pada unsur landasan bimbingan dan konseling, agar setiap mekanisme pekerjaan dapat dicapai secara utuh.
a.       Landasan Filosofis, pelayanan bimbingan dan konseling meliputi serangkaian kegiatan atau tindakan yang semuanya diharapkan merupakan tindakan yang bijaksana. Untuk itu diperlukan pemikiran filosofis  tentang berbagai hal yang bersangkut paut dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Pemikiran dan pemahaman filosofis menjadi alat yang bermanfaat bagi pelayanan bimbingan dan konseling pada umumnya, dan bagi konselor pada khususnya, yaitu membantu konselor dalam memahami situasi konseling dan dalam membuat keputusan yang tepat.
b.      Landasan religius, adalah landasan bagi layanan bimbingan dan konseling perlu ditekankantiga hal pokok, yaitu :
1)     Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam semesta adalah makhluk tuhan.
2)     Sikap yang mendorong perkembangan dan prikehidupan manusia berjalan kearah yang sesuai dengan kaidah-kaidah agama.
3)     Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkan secara optimal suasana dan perangkat budaya (termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi) serta kemasyarakatan yang sesuai dan meneguhkan kehidupan beragama untuk membantu perkembangan dan pemecahan masalah individu.
c.       Landasan psikologis dalam bimbingan dan konseling berarti memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran layanan (Klien). Hal ini sangat penting karena garapan bimbingan dan konselingadalah tingka laku klien, yaitu tingkah laku klien yang perlu diubah atau dikembangkan apabila ia mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya atau keinginan mencapai tujuan yang dikehendaki. Untuk keperluan bimbingan dan konseling sejumlah daerah kajian dalam bidang psikologi yang perlu dikuasai yang meliputi tentang; motif dan motivasi, pembawaan dasar dan lingkungan,  perkembangan individu, belajar balikan dan penguatan, dan kepribadian.
d.      Landasan sosial budaya, karakteristik sosial budaya masayarakat yang majemuk itu tidak dapat diabaikan dalam perencanaan dan penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Pelayanan bimbingan dan konseling yaitu bertujuan mengembangkan kemampuan dan meningkatkan mutu  kehidupan serta martabat manusia indonesia harus berakar pada budaya bangsa indonesia. Hal ini berarti bahwa penyelenggaraan bimbingan dan konseling harus dilandasi dan dipertimbangakan  keanekaragaman sosial budaya  yang hidup dalam masyarakat, disamping kesadaran akan dinamika sosial budaya itu menuju masyarakat yang lebih maju.
e.       Landasan ilmu dan teknologi, obyek kajian bimbingan ialah upaya bantuan yang diberikan kepada individu yang mengacu pada keempat fungsi pelayanan, yaitu; fungsi pemahaman, pencegahan, pengentasan, dan pemeliharaan atau pengemnagan. Dikemukkan bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu ilmu sebagaiman ilmu-ilmu lainnya.sementara itu, bimbingan dan konseling sebagai ilmu yang multi-referensial menerima sumbangan yang besar dari ilmu lain dab bidang teknologi.
f.       Landasan Pedagogis, bahwa antara pendidikan dan bimbingan memang dapat di bedakakan, tetapi tidak dapat dipisahkan. Secara mendasar bimbingan dan konseling merupakan salah satu bentuk pendidikan. Demikian lah proses bimbingan dan konseling adalah proses pendidikan yang menekankan pada kegiatan belajar dan sifat normatif.tujua-tujuan bimbingan dan konseling memeperkuat tujuan pendidikan dfan menunjang program pendidikan secara menyeluruh.[8] Landasan pelaksanaan bimbingan dan konseling sebagaimana disebutkan di atas merupakan pedoman seorang pendidik maupun praktisi BK untuk melakukan bimbingan dan konseling sehingga tujuan BK dapat tercapai yang dapat diamati melalui perubahan sikap dan tingkah laku klien setelah diadakan bimbingan  dan konseling.
3. Fungsi Dan Prinsip-Prinsip Bimbingan Dan Konseling
                Ada beberapa fungsi bimbinga dan konseling antara lain sebgai berikut :
1.      Fungsi Pemahaman, yaitu  fungsi bimbingan dan konseling yang akan mengahsilkan pemahaman tentang sesuatu pihak-pihak teretentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik.
2.      Fungsi Pencegahan, yaitu fungsi dan bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan tercegahnya tau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul yang akan dapat mengganggu, menghambat ataupun  menimbulkan kesulitan, kerugian-kerugian tertentu dalam proses perkembangan.
3.      Fungsi Pengentasan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam hal pengobatan atau penyembuhan.
4.      Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan adalah fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkannya  berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara terarah, mantap dan berkelanjutan.
5.      Fungsi Advokasi, adalah fungsi bimbingan dan konseling  yang akan menghasilkan pembelaan terhadap peserta didik  dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi secara optimal.[9]       Dalam mengembangkan bimbingan dan konseling dalam pendidikan yang telah diarahkan pada peserta didik, maka dalam tinjau secara mendalam ada beberapa prinsip mengenai bimbingan dan konseling yang telah di kemukkan oleh Haditono, antara lain sebagai berikut :
1.      Bimbingan dan Kenseling dimaksudkan untuk anak-anak, orang dewasa, dan orang-orang yang sudah tua.
2.      Tiap aspek dari pada kepribadian seseorang menentukan tingkah laku orang itu.
3.      Usaha-usaha bimbingan dalam prinsipnya harus menyeluruh ke semua orang karena semua orang mempunyai berbagai masalah yang butuh pertolongan.
4.      Berhubungan dengan prinsip kepribadian, maka semua guru di sekolah seharusnya menjadi pembimbing karena semua murid juga membutuhkan bimbingan.
5.      Sebaiknya semua usaha pendidikan adalah bimbingan sehingga alat-alat dan teknik mengajar juga sebaiknya mengandung suatu dasar pandangan bimbingan.
6.      Dalam memberikan suatu harus diingat bahwa semua orang meskipun sama dalam kebanyakkan sifat-sifatnya namun tetap mempunyai perbedaan individual dan perbedaan inilah yang diperhatikan


[1] (Bima Wargito 2005:1)
[2] (Ibit, h 7)
[3] ( Yayasan Fip-Ikip, 1967)
[4] (Bima Wargito 2005:6)
[5] ( Ibid, h. 5-6)
[6] ( Ibid, h.7)
[7] (Downing, 1968) ( Ibid, h. 9).
[8]  Prayitno dan Erman Amti, 2004:137-138

[9] ( Hallen A,2002:60-62)

No comments:

Post a Comment