Welcome to www.jamal.com
go to my homepage
Go to homepage
WELLCOME TO SITUS LO HULONDHALO

Monday, November 14, 2011

Menetapkan Tujuan Pembelajaran Dan Strategi Pembelajarannya Dalam Pendidikan Agama Islam


A.  Pengertian dan Ruang Lingkup Strategi Pembelajaran

Istilah “strategi” berasal dari bahasa yunani strategos yang berarti keseluruhan usaha termasuk perencanaan, cara taktik yang digunakan oleh militer untuk mencapai kemenangan dalam peperangan.[1]
Secara umum strategi dapat diartikan sebagai garis besar haluan bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Jika dihubungkan dengan kegiatan belajar mengajar dapat berarti pola-pola umum kegiatan guru dan siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Menurut Nawman dan Logam, strategi dasar dari setiap usaha meliputi empat masalah yaitu :
1.      Mendefinisikan dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian yang diharapkan dari siswa.
2.      Memilih cara pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat yang dianggap paling efektif dan tetap untuk mencapai sasaran.
3.      Memilih atau menentukan prosedur metode dan tehnik belajar mengajar yang dianggap paling efektif dan efisien sehingga dapat dijadikan pegangan oleh para guru dalam melaksanakan kegiatan mengajarnya.
4.      Menetapkan norma-norma batas minimal keberhasilan kriteria atau standar keberhasilan sehingga guru mempunyai pegangan yang dijadikan ukuran untuk memilih sejauh mana keberhasilan tugas yang telah dilaksanakan.[2]
Dalam melaksanakan /menerapkan strategi belajar mengajar ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan oleh guru yaitu :
1.      Tahap mengajar.
2.      Menggunakan model atau pendekatan mengajar.
3.      Penggunaan prinsip mengajar.[3]
Untuk selanjutnya tahapan mengajar dapat dilakukan melalui 3 tahapan terdiri atas praintruksional, intruksional, dan penilaian dan tindak lanjut[4] Tahap intruksional, pada hakekatnya adalah menggunakan kembali tanggapan siswa terhadap bahan yang telah diterimanya dan menumbuhkan kondisi belajar dalam hubungannya dengan hari ini. Tahap intruksional, secara umum kegiatan yang dilakukan pada tahap ini sebagai berikut :
  1. Menjelaskan kepada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai.
  2. Menuliskan pokok-pokok materi yang akan dibahas.
  3. Membahas pokok materi yang telah ditulis tadi.
  4. Setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan contoh-contoh kongkrit.
  5. Penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas pembahasan setiap materi pokok yang sangat diperlukan.
  6. Mengumpulkan hasil pembahasan dari semua pokok materi.[5]
Adapun tahap evaluasi dan tindak lanjut dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan intruksional. Dalam tahapan ini Richard  Aderson mengajukan dua pendekatan yaitu pendekatan yang berorientasi pada guru dan pendekatan yang berorientasi pada siswa.[6]
Sementara itu, Bruce Joyle mengemukakan empat kategori pendekatan   yaitu :
  1. Pendekatan ekspositeri atau model informasi.
  2. Pendekatan inquiry / discovery, dalam menggunakan pendekatan ini metode yang biasa digunakan adalah komunikasi banyak arah. Pendekatan ini cocok digunakan untuk materi yang bersifat kongnitif.
  3. Pendekatan interaksi sosial.
  4. Pendekatan tingkah laku.[7]
Pada saat ini pendekatan yang sering digunakan adalah pendekatan ketrampilan proses. Pendekatan ini memiliki kemiripan dengan pendekatan inquiri. Pendekatan ketrampilan proses dapat diartikan sebagai titik tolak pandang untuk mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang didasarkan pada kenyataan bahwa siswa adalah pribadi yang utuh yang memiliki kemampuan dasar yang apabila di latih melalui proses yang benar dan berkesinambungan. Akan menggerakkan ketrampilan lain dalam diri siswa menjadi ketrampilan yang dapat digunakan untuk mengatasi persoalan hidup dan kehidupan sehari-hari baik di sekolah maupun di tengah masyarakat lingkungan.

1.      Tujuan dan Fungsi Strategi Pembelajaran

Sebagaimanaa yang telah dikemukakan oleh para ahli bahwa pengertian pembelajaran secara garis besarnya adalah suatu proses belajar mengajar antar guru dan anak didik atau pun ada sangkut pautnya dengan manusia.
Dalam proses belajar mengajar, strategi pembelajaran sangat dibutuhkan. Hal ini bertujuan untuk lebih mengikatkan kualitas anak didik menuju terbinanya insan yang handal dan mampu. Tentunya untuk tujuan ini maka strategi pembelajaran termasuk dalam mengidentifikasi segala bentuk dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.
Muhaimin, mengemukakan bahwa strategi pembelajaran tersebut sangat bermanfaat pada setiap tahapan dan proses belajara mengajar, baik pada tahap kesiapan (Readiness), pemberian motovasi, perhatian, memberikan persepsi, retensi maupun dalam melakukan transfer ilmu pengetahuan kepada siswa.[8]
Dapat di jelaskan bahwa strategi yang dibutuhkan dalam persiapan proses belajar mengajar yang harus diperhatikan adalah kesiapan belajar siswa baik fisik maupun psikis (Jasmani-Rohani) yang memungkinkan siswa atau subjek untuk melakukan proses belajar. Selanjutnya, pada aspek pemberian motivasi, strategi sangat memberikan pengaruh pada siswa. Strategi motivasi ini mengharuskan adanya tenaga pendorong (motivasi) atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu dalam hal ini adalah pada pencapaian tujuan proses belajar mengajar.
Adapaun target ideal dari strategi dalam proses pembelajaran adalah kemampuan siswa memahami apa yang telah dipelajari bak kemampuan kognitif, afektif maupun psikomotorik. Atas dasar ini maka perhatian atau dapat dikatakan kesungguhan dan keseriusan siswa dalam proses belajar mengajar menjadi sangat urgen (Penting). Pada prinsip ini menyangkut suatu proses yang bersifat kompleks yang menyebabkan orang dapat menerima atau meringkas informasi yang diperoleh dari lingkungannya.
Untuk menjelaskan tentang fungsi strategi pendidikan alangkah pentingnya untuk menjelaskan terlebih dahulu tentang fungsi pendidikan Nasional sebagai tujuan nasional dari suatu pendidikan di Indonesia. Perlunya hal ini mengingat bahwa seluruh proses pendidikan yang di selenggarakan bermuara pada fungsi pendidikan nasional itu sendiri.
             
Fungsi strategi pandidikan dalam arti mikro (sempit) adalah suatu cara atau teknik yang dapat membantu (secara sadar) pelaksanaan pendidikan dalam mengembangkan aspek jasmani dan rohani peserta didik.
Berkenaan dengan pencapaian tujuan pembelajaran, strategi pendidikan  merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan termasuk dalam merencanakan pembelajaran hingga pada pelaksaan pembelajaran. Sebab segala kegiatan pembelajar muaranya pada tercapainya tujuan tersebut.

A.      Pembelajaran Agama Islam
1.      Pengertian Belajar Dan Pembelajaran
Hayadin mengungkapkan bahwa “Lahir dan meninggal adalah dua ujung dari kutub waktu kehidupan manusia. Manusia mengisi dua kutub tersebut (lahir dan meninggal) dengan berbagai aktivitas yang beragam. Dan aktivitas manusia yang paling populer adalah belajar dan bekerja”.[10]
Belajar sebagai salah satu aktivitas populer manusia sebagaimana ungkapan Hayadin di atas, merupakan sebuah aktivitas penentu keberhasilan manusia dalam bekerja. Sehingga kita perlu memahami dan mengkaji makna tentang belajar itu sendiri sebelum melangkah lebih jauh.
Dalam dunia pendidikan pemahaman guru terhadap pengertian belajar dan pembelajaran akan mempengaruhi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Dari pengertian belajar mengajar inilah akan lahir beragam kegiatan yang mungkin dapat dilakukan, baik oleh siswa maupun oleh guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

W.H Burton sebagaimana di kutip oleh Uzer Usman mengemukakan bahwa: “Learning is a change in the individual due to intruction of the individual and his enviroment, which fells a need and makes him more capable of dealing adequately with his enviroment” kalau diartikan secara bebas adalah: “Belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya”[14]
Dengan demikian, dari tiga pendapat di atas yang mengemukakan definisi tentang belajar, dapat ditarik sebuah kesimpulan awal bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang merubah tingkah laku subyek belajar dari suatu keadaan tertentu kepada keadaan lain yang lebih baik dari sebelumnya. Dalam pengertian ini “perubahan” yang berarti bahwa seseorang yang telah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik dalam aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun dalam sikapnya. Perubahan tingkah laku dalam aspek pengetahuan ialah, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari bodoh menjadi pintar; dalam aspek keterampilan adalah dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak terampil menjadi terampil; dalam aspek sikap ialah, dari ragu-ragu menjadi yakin, dari tidak sopan menjadi sopan, dari kurang ajar menjadi terpelajar. Hal ini merupakan salah satu kriteria keberhasilan belajar yang diantaranya ditandai oleh terjadinya perubahan tingkah laku pada diri individu yang belajar. Tanpa adanya perubahan tingkah laku, belajar dapat dikatakan tidak berhasil atau gagal.
Guru dalam hal ini sebagai figur sentral dalam kegiatan mengajar perlu sekali menganalisis benar-benar bahan pelajaran yang harus dipelajari siswa, menentukan tingkat kesukarannya, dan menentukan cara penyajiannya yang tepat sesuai dengan tingkat perkembangan jiwa anak yang akan mempelajarinya. Untuk keperluan ini, guru perlu benar-benar memperhatikan predisposisi siswa dalam belajar dan pengalaman-pengalaman belajar yang pernah dipelajari atau dialaminya, serta struktur pengetahuan yang harus diajarkan kepada siswa-siswanya.
Mengingat mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral, maka berhasilnya pendidikan siswa secara formal terletak pada tanggung jawab guru dalam melaksanakan tugas mengajar. Mengajar merupakan suatu perbuatan atau pekerjaan yang bersifat unik, tetapi sederhana. Dikatakan unik, karena berkenaan dengan manusia yang belajar, yakni siswa dan guru yang mengajar serta bertalian erat dengan manusia di dalam masyarakat. Dan manusia adalah makhluk Allah yang unik. Dikatakan sederhana karena mengajar dilaksanakan secara praktis dalam kehidupan sehari-hari dan mudah dihayati oleh siapa saja.
Mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Atau dapat pula dikatakan merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran sehingga menimbulkan terjadinya proses belajar pada diri siswa. Pengertian ini mengandung makna bahwa guru dituntut  untuk dapat berperan sebagai organisator kegiatan belajar siswa yang mampu memanfaatkan lingkungan, baik yang terdapat di dalam kelas maupun di luar kelas.
Pemahaman akan pengertian dan pandangan guru terhadap mengajar akan mempengaruhi peranan dan aktivitasnya dalam mengajar. Sebaliknya aktivitas guru dalam mengajar serta aktivitas siswa dalam belajar sangat bergantung pada  pemahaman guru terhadap mengajar. Mengajar bukan sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan, melainkan mengandung makna yang lebih luas dan kompleks, yaitu terjadinya komunikasi dan interaksi manusiawi dengan berbagai aspeknya.

B       Materi Pendidikan Agama Islam
Sebelum penulis menjelaskan materi Pendidikan Agama Islam terlebih dahulu diungkapkan isi materi Pendidikan Agama Islam secara umum yaitu:
               1.   Akidah
Aqidah merupakan pondasi keyakinan atau kepercayaan seseorang. Secara bahasa akidah berasal dari kata aqd yang berarti “ikatan”. Secara terminologi, akidah adalah apa yang diyakini manusia, benar maupun salah. Adapun akidah Islam adalah meyakini seluruh prinsip-prinsip ajaran Islam,  seperti rukun iman yang enam, rukun Islam dan lain-lain.[43] Kita mengenal dalam Islam terdapat rukun iman yang enam, yakni: Iman kepada Allah, Iman kepada malaikat, Iman kepada kitab-kitab, Iman kepada Rasul-Rasul Allah, Iman kepada adanya akhirat, dan Iman kepada qada dan qadar. Ini adalah ajaran Allah melalui al-Qur’an. Hal ini adalah pondasi ajaran Islam. Tanpa keyakinan dan kepercayaan kepada Allah, seluruh aktivitas ibadah akan sia-sia tanpa makna. Sehingganya dalam terminologi al-Qur’an, selalu di dahulukan iman dari amal kebaikan. Karena amal kebaikan akan bermakna dan bernilai jika yang menjadi landasan dasarnya adalah iman.
2)      Ibadah
Secara bahasa, ibadah berarti taat, tunduk, menurut, mengikuti, dan doa. Menurut ulama tauhid ibadah adalah mengesakan Allah SWT dengan sungguh-sungguh dan merendahkan diri serta menundukkan jiwa setunduk-tunduknya kepadaNya.[46]
Ibadah dari segi pelaksanaannya dapat dibagi dalam tiga betuk. Pertama, ibadah jasmaniah ruhiyah yaitu perpaduan ibadah jasmani dan rohani, seperti sholat dan puasa. Kedua, ibadah ruhaniah dan maliyah, yaitu perpaduan antara ibadah rohani dan harta, seperti zakat. Ketiga, ibadah jasmaniah, ruhiyah, dan maliyah sekaligus, seperti malk ibadah haji.
3)      Syarti’at
Syari’at secara bahasa berasal dari bahasa Arab yang berarti: sumber air minum, atau tempat yang dituju manusia dan hewan untuk minum air.[47] Sedang menurut istilah secara umum adalah seluruh ketentuan ajaran Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW.[48] Hal ini berarti, bahwa syari’at mencakup seluruh ajaran agama Islam, baik menyangkut bidang aqidah, maupun ahkam(hukum-hukum fiqh). Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam QS Al-Jatsiyah: 18
            Namun, dalam pengertian yang lebih sempit, syari’at adalah ketentuan-ketentuan agama Islam yang mencakup bidang hukum-hukum Fiqh, dan tidak termasuk bidang akidah dan akhlak.[50] Pada garis besarnya, ketentuan-ketentuan hukum yang tercakup dalam syari'atau dalam pengertian khusus ini terbagi dalam dua bagian yaitu, pertama: bidang ibadah, menyangkut perbuatan manusia dalam hubungannya secara langsung dengan Allah SWT, seperti shalat, puasa, dan ibadah haji. Kedua: bidang muamalah, menyangkut perbuatan manusia dalam hubungannya dengan sesama manusia serta makhluk lainnya, seperti perkawinan, jual beli, warisan, wakaf dan sebagainya

C.    Strategi Pengembangan Materi Pendidikan Agama Islam

Materi pendidikan Agama Islam pada SMP sebagaimana dijelaskan di atas, dalam pengembangannya, haruslah terlebih dagulu diketahui karakteristik peserta didik yang menerima materi tersebut.
Peserta didik adalah manusia dengan segala fitrahnya. Mereka mempunyai perasaan dan pikiran serta keinginan atau aspirasi. Mereka mempunyai kebutuhan dasar yang perlu dipenuhi (pangan, sandang, dan papan), kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan, dan kebutuhan untuk mengaktualisasi dirinya (menjadi dirinya sendiri sesuai dengan potensinya).


 REFERENSI (Ket. Footnote)
[1]  Mohon maaf Kami Tidak Dapat Menampilkan Referensinya, Silahkan Anda Masukan Link Alamat Ini Sebagai Referensinya : Contoh " Pondok Mahasiswa, JUDUL POSTING, (Online ) LINK, Diakses tanggal ...............201...,.
[2] Bila anda memang memerlukan suatu bahan materi ataupun (Tesis/Skripsi/Makalah) yang sudah jadi yang mempunyai Referensi Buku yang Jelas, Maka Silahkan Hubungi no. Hotline Kami 081340102992, namun sebelumnya dengan mentranfer uang Rp. 50.000, ke No. Rekening BRI : 5133-01-000526-50-1. Materi (Tesis, Skripsi,  tersebut akan di Format "Zip Archip" dan langsung dikirimkan ke email anda.
KEPERCAYAAN MODAL UTAMA PONDOK MAHASISWA