Welcome to www.jamal.com
go to my homepage
Go to homepage
WELLCOME TO SITUS LO HULONDHALO

Thursday, June 2, 2011


BAB I
PENDAHULUAN

   A.  Latar Belakang
Desain strategi pembelajaran merupakan satu elemen dari empat unsur utama (yang mutlak harus serasi dan sesuai antara elemen yang satu dengan yang lain meskipun wujud berbeda) dari sebuah desain pembelajaran, yaitu desain materi, desain kompetensi/tujuan pembelajaran/hasil pembelajaran, desain metode /strtegi/teknik pembelajaran dan desain evaluasi. Desain strategi pembelajaran mutlak dikontekstualisasikan dengan desain kompetensi/tujuan pembelajaran, desain materi mata kuliah dan desain evaluasi.
Desain strategi pembelajaran sangat strategis karena ia merupakan cara bagaimana seorang guru atau dosen sebagai ujung tombak perubahan melakukan usaha nyata untuk tercapainya kompetensi. Sehingga keberhasilan proses pembelajaran merupakan jaminan kualitas proses perubahan mahasiswa sebagai out-put. Sehingga keberhasilan perubahan kualitas pembelajaran satu bangsa berada di kesuksesan kualitas proses pembelajaran guru atau dosen.
Mengajar adalah membuat hasil belajar tercapai. Ini dpt di terjemahkan secara kontekstual bahwa mengajar adalah usaha yang memanfatkan berbagai strategi, metode dan teknik guna memungkinkan tercapainya kompetensi atau hasil belajar (terjadinya perubahan dari tidak bisa menjadi bisa dari tidak mampu menjadi mampu) tertentu. Implikasi perubahan ini adalah semakin tinggi kualitas kompetensi hasil belajar yang di peroleh siswa atau mahasiswa semakin tinggi pula tingkat kualits kompetisi yang kelak mereka perankan dengan realitas.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Pengorganisasian Pengajaran!
2.      Bagaimana Mendesain Strategi Pembelajaran!
3.      Bagaimana Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan!
4.      Bagaimana Pengembangan Pendekatan Pembelajaran!
5.      Bagaimana Memilih Metode Pembelajaran yang Efektif!




BAB II
PEMBAHASAN

1.      Strategi Pengorganisasian Pengajaran[1]
            Strategi mengorganisasi isi pengajaran di sebut oleh reigeluth, bunderson, dan merrill (1977) sebagai struktur strategi yang mengacu pada cara untuk membuat urutan (sequencing) dan mensintesis(synthesizing) fakta, konsep, prosedur, dan prinsip yang berkaitan. Sequencing mengacu pada pembuatan urutan penyajian isi bidng studi, dan synthesizing mengacu pada upaya untuk menunjukkan kepada siswa keterkaitan antara fakta , konsep, prosedur, atau prinsip yang terkadang dalam suatu bidang studi.
            Pengorganisasian pengajaran secara khusus, merupakan fase yang amat penting dalam rancangan pengajaran. Synthesizing akan membuat topik-topik dalam suatu bidang studi menjadi lebih bermakna bagi siswa (Ausubel, 1968), yaitu dengan menunjukkan bagaimana topik-topik itu terkait dengan keseluruhan isi bidang studi. kebermaknaan ini akan menyebabkan siswa memiliki retensi yang lebih baik dan lebih lama terhadap topik-topik yang dipelajari. Sequencing atau penataran urutan juga penting karena amat diperlukan dalam pembuatan sintesis. Sintesis yang efektif hanya dapat dibuat bila isi telah ditata dengan cara tertentu, dan yang lebih penting, karena pada hakikatnya, semua isi bidang studi memiliki prasyaratan belajar (Gagne, 1968, 1977a, 1977c).
            Penerapan strategi pengorganisasian pengajaran tidak bisa dipisahkan dari karakteristk struktur isi bidang studi. Ini disebabkan oleh struktur isi bidang studi memiliki implikasi yang amat penting bagi upaya pembuatan urutan dan sintesis antara isi suatu bidang studi. Struktur bidang studi, seperti telah duraikan pada bab sebelumnya, mengacu kepada keterkaitan diantara bagian-bagian yang tercakup dalam suatu bidang studi. Struktur bidang studi bisa berupa struktur belajar atau hierarki belajar , struktur prosedural, struktur konseptual, dan struktur teoritis (Reigeluth dan stein, 1983).
2.      Mendesain Strategi Pembelajaran
            Desain strategi pembelajaran mutlak harus sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai dosen dengan mahasiswa. Strategi pembelajaran adalah alat atau media bukan tujuan pembelajaran. Strategi atau metode pembelajaran dikatakan tepat jika ia sesuai dengan kecenderungan kompetensi sebagai totalitas hasil belajar yang akan di kembangkan yaitu apakah lebih bersifat kognitif, afektif  atau psikomotorik.
            Untuk menjamin pencapaian kompetensi itu, tidak pelak guru harus mempunyai strategi pembelajaran. Menurut Sudirdja dan Siregar (2004:6) Strategi pembelajaran adalah upaya menciptakan kondisi dengan sengaja agar tujuan pembelajaran dapat dipermudah pencapaiannya. Di sini, strategi mencerminkan keharusan untuk mempermudah tujuan pembelajaran. Miarso (2004:530) berpandangan bahwa strategi pembelajaran merupakan pendekatan yang menyeluruh dalam sebuah sistem pembelajaran dalam bentuk pedoman dan kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan umum pembelajaran. Miarso menekankan bahwa strategi mencerminkan pendekatan mencapai tujuan pembelajaran.
            Lebih teknis yang diungkap oleh Gagne (1987:126) strategi pembelajaran meliputi sembilan aktivitas dalam pembelajaran yakni menarik perhatian siswa, memberikan informasi tujuan pembelajaran pada siswa, mengulang pembelajaran yang bersifat prasyarat untuk memastikan siswa menguasainya, memberikan stimulus, memberi petunjuk cara mempelajari materi yang bersangkutan, menunjukkan kinerja siswa terkait dengan apa yang sudah disampaikan, memberikan umpan balik terkait dengan kinerja atau tingkat pemahaman siswa, memberikan penilaian, dan memberikan kesimpulan.
            Satu lagi strategi pembelajaran ditawarkan oleh Munif Chatib dalam Sekolahnya Manusia : Sekolah Berbasis Inteligences di Indonesia. Ia (2009: 134-152) mengatakan Banyak guru menemui kesulitan dalam merancang dan mendesain strategi pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan gaya belajar siswa. Di sini, ia menekankan guru tidak sekadar mempunyai strategi pembelajaran, tanpa menyelaraskan dengan gaya belajar yang ada pada siswa.

            Oleh karena itu, Munif menyarankan strategi pembelajaran yang berbasis kecerdasan majemuk ada lima langkah.
            Langkah pertama: strategi pembelajaran yang baik adalah batasi waktu guru dalam melakukan presentasi (30%), limpahkan waktu terbanyak (70%) untuk aktivitas siswa. Dengan aktivitas tersebut, secara otomatis siswa akan belajar. Kompetensi yang telah disusun baru akan terbentuk bila ada sarana siswa untuk memperolehnya yakni pengalaman belajar. Dengan 70% siswa berarti terlibat aktif dan penuh dalam meraih kegiatan belajar untuk memperoleh pengalaman belajarnya. Venon Magnesen dari Texas University dalam laporan penelitiannya menyebutkan otak manusia lebih cepat menangkap informasi yang berasal dari modalitas visual yang bergerak dengan melihat, mengucapkan, dan melakukan yang mencapai 90%
            Langkah kedua: Untuk merancang strategi pembelajaran yang terbaik adalah gunakan modalitas belajar yang tertinggi, yaitu dengan modalitas kinestetis dan visual dengan akses informasi melihat, mengucapkan, dan melakukan sebagaimana penelitian Magnesen di atas.
            Langkah ketiga: mengaitkan materi yang diajarkan dengan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari yang mengandung keselamatan hidup. Pengalaman belajar siswa akan mendukung muatan emosi yang kuat pada diri peserta didik.
            Langkah keempat: guru menyampaikan materi kepada siswa dengan melibatkan emosinya. Hindarkan pemberian materi secara hambar dan membosankan. Keberhasilan supercamp sebagai suatu model dalam pembelajaran menunjukkan bahwa keterlibatan emosi dan suasana yang menyenangkan membuat siswa berhasil dalam pembelajarannya.
            Langkah kelima: pembelajaran dengan melibatkan partisipasi siswa untuk menghasilkan manfaat yang nyata dan dapat langsung dirasakan oleh orang lain. Siswa merasa mempunyai kemampuan untuk menunjukkan eksistensi dirinya.
            Oleh karena itu, sangat baik bila guru selalu berpikir untuk mengajak para siswa menghasilkan produk tertentu dalam pembelajaran sebagai hasil belajar para siswa. Produk ini akan lebih bertahan lama dalam memori jangka panjang siswa. Yang termasuk dalam produk hasil belajar adalah : benda/karya  intelektual yang dapat ditampilkan siswa (misalnya buletin sekolah, website sekolah karya siswa, lukisan, buku kumpulan karya siswa, antologi puisi, dan lain-lain), penampilan (yang menunjukkan kemampuannya di depan publik misalnya grup teater, pidato, debat, dan sebagainya), dan proyek edukasi (misalnya penelitian ilmiah remaja, proyek bantuan sosial, proyek pameran pendidikan, dan sebagainya).

3.      Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan
            Pembelajaran adalah membangun pengalaman belajar siswa dengan berbagai keterampilan proses sehingga mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru. Sedangkan kreatif dimaksudkan agar guru mampu menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi dan mampu memberikan pelayanan pada berbagai tingkat kemampuan dan gaya belajar siswa.
            Di sisi lain menyenangkan dimaksudkan agar guru mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatian secara penuh. Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan merupakan usaha membangun pengalaman belajar siswa dengan berbagai keterampilan proses untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru, melalui penciptaan kegiatan belajar yang beragam dan mengkondisikan suasana belajar sehingga mampu memberikan pelayanan pada berbagai tingkat kemampuan dan gaya belajar siswa, serta siswa lebih terpusat perhatiannya secara penuh. Pembelajaran kreatif dan menyenangkan dalam pelaksanaannya hendaknya memperhatikan hal-hal berikut.

Ø  Memahami sifat yang dimiliki anak
Ø  Mengenal anak secara perorangan
Ø  Mengetahui langkah-langkah pembelajaran kreatif dan menyenangkan.

            Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan diperlukan berbagai ketrampilan, diantaranya adalah ketrampilan membelajarkan atau ketrampilan mengajar. Ketrampilan mengajar merupakan kompetensi profesional yang cukup kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh.
            Adapun langkah-langkah pembelajaran kreatif dan menyenangkan, yaitu:
1)      ketrampilan bertanya sangat perlu dikuasai guru untuk menciptakan pembelajaran yang efektif
2)      penguatan merupakan respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali perilaku tersebut.
3)      mengadakan variasi merupakan ketrampilan yang harus dikuasai guru yang bertujuan untuk meningkatkan perhatian peserta didik terhadap materi standar yang relevan, memberikan kesempatan bagi perkembangan bakat peserta didik terhadap berbagai hal baru dalam pembelajaran.
4)      menjelaskan adalah mendeskripsikan secara lisan tentang sesuatu benda, keadaan, fakta, dan data sesuai dengan waktu dan hukum-hukum yang berlaku. Penjelasan dapat diberikan selama pembelajaran, baik di awal, di tengah, maupun di akhir pembelajaran.
5)      membuka dan menutup pelajaran merupakan dua kegiatan rutin yang dilakukan guru untuk memulai dan mengakhiri pelajaran. Membuka dan menutup pelajaran yang dilakukan secara profesional akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan pembelajaran diataranya adalah membangkitkan motivasi belajar, siswa memiliki kejelasan mengenai tugas-tugas yang harus dikerjakan
6)      membimbing diskusi kelompok kecil yang bermanfaat agar siswa dapat berbagi informasi dan pengalaman dalam pemecahan suatu masalah, meningkatkan pemahaman terhadap masalah yang penting dalam pembelajaran, meningkatkan ketrampilan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan, mengembangkan kemampuan berfikir dan berkomunikasi, membina kerjasama yang sehat dalam kelompok yang kohesif dan bertanggung jawab.
7)      mengelola kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.
8)      mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap peserta didik, dan menjalin hubungan yang lebih akrab antara guru dengan peserta didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik. Khusus dalam melakukan pembelajaran perorangan perlu diperhatikan kemampuan dan kematangan berfikir peserta didik, agar apa yang disampaikan bisa diserap dan diterima oleh peserta didik. Penguasaan terhadap semua ketrampilan mengajar di atas harus utuh dan terintegrasi, sehingga diperlukan latihan yang sistematis, misalnya melalui pembelajaran mikro.

4.      Mengembangkan Pendekatan Pembelajaran[2]
            Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
a.       pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa dan
b.      pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru.

            Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu:

·         Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
·         Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
·         Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
·         Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
            Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
Ø  Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
Ø  Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
Ø  Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
Ø  Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.

5.      Memilih Metode Pembelajaran Yang Efektif
Menurut para ahli bahwa guru yang berhasil adalah mengajar murid bagaimana memiliki informasi dalam pembicaraan dan membuatnya menjadi milik mereka. Sedangkan pelajar efektif adalah membentuk informasi, gagsan dan kebijaksanaan dari guru mereka dan menggunakan sumber daya belajar secara efektif.
Pembelajaran efektif ialah mengajar sesuai dengan prinsip, prosedur serta desain sehingga tercapai tujuan perubahan tingkah laku anak, sedangkan belajar aktif yang dilakukan siswa adalah belajar yang melibatkan seluruh unsur fisik dan psikis untuk mengoptimalkan pengembangan petensi anak. Karena itu, pembelajaran aktif yang efektif  ialah yang memenuhi multi tujuan, multi metode, multi media/ sumber dan pengembangan diri anak. Penggunaan strategi dan metode pembelajaran aktif disekolah sebenarnya merupakan langkah positif penghargaan hakikat anak sebagai manusia aktif yang memerlukan bimbingan ke arah tujuan yang disesuaikan dengan keperluan psikologis, spiritual, intelektualitas, moralitas, sosial dan tuntutan pragmatis kehidupan anak pada masa kini dan masa depan.
Di sini peran utama dalam pengajaran adalah menciptakan pembelajar yang kuat dan tangguh. Intinya adalah proses pembelajaran dipahami sebagai penataan lingkungan yang di dalamnya para pelajar dapat berinteraksi dan belajar bagaimana cara belajar. Bagaimana pun, banyak faktor yang berkaitan dengan efektifitas pengajaran. Untuk mencapai pembelajaran aktif, maka satu aspek penting di dalamnya adalah masalah metode yang digunakan guru dalam menciptakan suasana belajar aktif.
Pendapat lain mengatakan bahwa dalam penerapan metode penemuan, siswa dilatih untuk terbiasa melakukan pengamatan, membuat hipotesis, memmunculkan prediksi, menguji hipotesis, memecahkan masalah, mencari jawaban sendiri, menggunakan kejadian, meneliti, berdialog, melakukan refleksi, serta mengungkapkan pertanyaan serta mengekspresikan gagasan selama proses pembentukan konstruksi pengetahuan yang baru.
Guru dapat menentukan atau memilih materi/ bahan pelajaran yang tepat sehingga dengan pemahaman akan konsep (yang benar) yang dibentuk siswa, memungkinkan mereka dapat menghubungkannya dengan pemahaman sebelumnya serta membuka peluan untuk mencari dan menemukan pemahaman terhadap konsep baru. Dengan penciptaan pemahaman yang demikian maka guru telah memberdayakan para siswanya.
Guru tidak sibuk mengumpulkan dan akhirnya memberi pengetahuan  sebanyak mungkin kepada siswa, sementara mereka tidak tahu untuk apa semuanya diberikan kepadanya.
Pembelajaran aktif di sekolah perlu dipacu seoptimal mungkin dalam rangka mengefektifkan pengajaran.peranan guru profesional semakin besar dalam mengantisipasi segala peluan bagi pembelajaran aktif di zaman ini. Dengan semakin luasnya sumber informasi pengetahuan, maka pemanfaatan multi media/ sumber, multi metode untuk mencapai tujuan yang terpadu bagi pengembangan potensi yang maksimal maka para guru semakin pro aktif mengupayakan inovasi metode pengajaran.
Peranan guru sangat menentukan terbentuknya suasana belajar yang efektif, karena guru yang merencanakan pembelajaran tersebut, melaksanakan serta mengevaluasinya.
Di bawah ini adalah beberapa metode pembelajaran efektif, yang mungkin bisa kita persiapkan.
1.      Metode Debat
            Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari empat orang. Di dalam kelompoknya, siswa (dua orang mengambil posisi pro dan dua orang lainnya dalam posisi kontra) melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan. Laporan masing-masing kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan kontra diberikan kepada guru.
2.      Metode Role Playing
            Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. Kelebihan metode Role Playing:
Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama.
3.      Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
            Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah. Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut:
v  Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
v  Berpikir dan bertindak kreatif.
v  Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
v  Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
v  Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
v  Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
v  Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.
           
            Jadi, pembelajaran efektif adalah menentukan cara terbaik bagi pembelajar untuk belajar berdasarkan atas isi yang dibutuhkannya untuk dipelajari dan apakah pembelajar akan melakukan pekerjaanya dengan pengetahuan baru setelah dia melakukan pembelajaran.
4.      Pembelajaran Berdasarkan Masalah
            Problem Based Instruction (PBI) memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.
Langkah-langkah:
a.       Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
b.      Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
c.       Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
d.      Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.



BAB III
KESIMPULAN

Sesungguhnya tidak ada satupun metode pembelajaran yang paling baik bila dibandingkan dengan yang lainnya. Itu artinya, masing-masing metode memiliki keunggulan dan kelemahannya. Dalam konteks ini, setiap metode pembelajaran yang membantu siswa melakukan kegiatan dengan mengkonstruksi pengetahuannya yang mereka pelajari dengan baik.

1.      Pengorganisasian pengajaran secara khusus, merupakan fase yang amat penting dalam rancangan pengajaran yaitu dengan menunjukkan bagaimana topik-topik itu terkait dengan keseluruhan isi bidang studi. kebermaknaan ini akan menyebabkan siswa memiliki retensi yang lebih baik dan lebih lama terhadap topik-topik yang dipelajari.
2.      Desain strategi pembelajaran mutlak harus sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai dosen dengan mahasiswa. Strategi pembelajaran adalah alat atau media bukan tujuan pembelajaran. Strategi atau metode pembelajaran dikatakan tepat jika ia sesuai dengan kecenderungan kompetensi sebagai totalitas hasil belajar yang akan di kembangkan yaitu apakah lebih bersifat kognitif, afektif  atau psikomotorik.
3.      Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan merupakan usaha membangun pengalaman belajar siswa dengan berbagai keterampilan proses untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru, melalui penciptaan kegiatan belajar yang beragam dan mengkondisikan suasana belajar sehingga mampu memberikan pelayanan pada berbagai tingkat kemampuan dan gaya belajar siswa, serta siswa lebih terpusat perhatiannya secara penuh.
4.      Pengembangan pendekatan pembelajaran berorientasi pada dua kategori yaitu:
Ø  pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa dan
Ø  Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru.
5.       Dalam pemilihan metode yang efektif  harus diperhatikan kondisi dan situasi pembelajar, agar tujuan pembelajaran yang telah di rencanakan dapat tercapai secara maksimal.


DAFTAR PUSTAKA

Uno, Hamzah, 2008. “Perencanaan Pembelajaran”, Jakarta: Bumi Aksara.
http://jamal-alfath.blogspot.com/.../makalah-pendekatan-pembelajaran.html -



                [1]  Hamzah. Uno, “Perencanaan Pembelajaran” (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) h.
[2]  http://AinunkuSumaum.blogspot.com/.../makalah-pendekatan-pembelajaran.html - Diakses Tgl 21 April 2010

No comments:

Post a Comment