Welcome to www.jamal.com
go to my homepage
Go to homepage
WELLCOME TO SITUS LO HULONDHALO

Tuesday, May 27, 2014

Pengertian Qawa’id

Kata qawa’id berasal dari kata qa’idah artinya dasar, alas, fundamen[1]. Istilah Qawa’id disandarkan pada satu didsiplin ilmu yang berhubungan dengan tata bahasa Arab. Nama lain qawa’id ialah nahu yang dipadankan dengan sharaf, sehinnga menjadi Nahwu Sharaf, yaitu suatu ilmu yang mengulas tentang gramatika (dasar-dasar) ilmu tata bahasa Arab.[2] Dengan kata lain pembahasan tentang qawa’id tidak bisa lepas dari pembahasan kedua istilah tersebut.
1.      Ilmu Nahwu
Hasyiyah Al-Khudhory seperti dikutip Shofwan (2005), mengemukakan bahwa secara bahasa lafadz ”Nahwu” memiliki enam makna yaitu: (1) l-Qashdu (menyengaja); (2) al-Jihat (arah); Contoh: ”nahawtu nahwal bait” (saya menyengaja ke arah rumah), (3) al-Mitsl (seperti); Contoh: ”zaidun nahwu ‘umar” (Zaid seperti Umar), (4) al-Miqdar (kira-kira); Contoh: ”‘indiy nahwu alfin” (Saya memiliki kira-kira seribu), (5) al-Qism (bagian); Contoh: “hadza ‘ala khamsati anha’in” (Perkara ini ada lima bagian), dan (6) al-Ba’dh (sebagian); ”akmaltu nahwas samakati” (Saya telah memakan sebagian ikan).[3]
9
 
Sedangkan ”Nahwu” secara istilah ada dua pengertian, yakni sebagai berikut:
ﻋﻠﻢ ﺒﺄﺼﻭﻞ ﻤﺳﺘﻧﺒﻄﺔ ﻤﻦ ﻜﻼﻢ ﺍﻠﻌﺮﺐ ﻴﻌﺮﻒ ﺒﻬﺎ ﺃﺤﻜﺎﻢ ﺍﻠﻜﻠﻤﺎﺖ ﺍﻠﻌﺮﺒﻴﺔ ﺤﺎﻞ ﺇﻓﺮﺍﺪﻫﺎ ﻭﺤﺎﻞ ﺗﺮﻜﻴﺒﻬﺎ.
”Suatu ilmu tentang kaidah-kaidah (pokok-pokok) yang diambil dari kalam Arab, untuk mengetahui hukum-hukum kalimat-kalimat Arab ketika tidak disusun dan keadaan kalimat ketika ditarkib”.[4]

Pengertian yang pertama ini diucapkan untuk istilah fan ilmu Nahwu  yang mencakup Ilmu nahwu dan Sharaf atau juga disebut ilmu bahasa Arab. Sedangkan pengertian Nahwu yang kedua adalah sebagai berikut:
 ﻋﻠﻢ ﺒﺄﺼﻭﻞ ﻤﺳﺘﻧﺒﻄﺔ ﻤﻦ ﻗﻭﺍﻋﺪ ﺍﻠﻌﺭﺐ ﻴﻌﺭﻒ ﺒﻬﺎ ﺃﺣﻭﺍﻞ ﺃﻭﺍﺨﺮﺍﻠﻜﻠﻢ ﺇﻋﺭﺍﺑﺎ  ﻭﺒﻨﺎﺀ
”Ilmu tentang pokok-pokok yang diambil dari kaidah-kaidah Arab, untuk mengetahui keadaan akhirnya kalimat dari segi i’rab dan mabni”.[5]

Dalam penegrtian ini Nahwu ditunjukkan untuk ilmu yang menjadi perbandingan dari ilmu Sharaf, sesuai dengan defenisi yang ditulis dalam buku ”Al-Jurumiyah” terbitan pondok pesantren Sirojul Mukhlasin yang menyatakan bahwa ilmu Nahwu adalah ilmu yang digunakan untuk mengetahui perubahan-perubahan kalimat arabiyah yang berhubungan dengan i’rab dan bina’.[6]
Ilmu Nahwu adalah salah satu cabang ilmu bahasa Arab yang mempelajari kaidah-kaidah yang berhubungan dengan susunan kata-kata dalam kalimat bahasa Arab.[7] Cabang ilmu ini memfokuskan pengkajian pada keadaan baris huruf terakhir kata-kata bahasa Arab yang disebabkan oleh perubahan kedudukan kata dalam kalimat. Nama lain dari ilmu Nahwu ialah ilmu qawa’id (ilmu tata bahasa Arab). Penyebutan ilmu Nahwu ini sering dikaitkan dengan Sharaf (menjadi Nahwu Sharaf), suatu cabang ilmu yang mempelajari perubahan-perubahan bentuk kata bahasa Arab.[8]
Obyek kajian ilmu Nahwu ialah baris akhir suatu kata dalam kalimat bahasa Arab dan perubahan-perubahan kedudukan dalam kalimat, dengan menggunakan tanda-tanda (alamat) tertentu. Dengan adanya perubahan-perubahan ini, dalam ilmu Nahwu dikenal berbagai istilah, seperti marfu’ (yang dibaca dengan bacaan-bacaan yang sama dengan bunyi vokal /u/), manshub (yang dibaca dengan bacaan-bacaan yang sama dengan bunyi vokal /a/), majrur (yang dibaca dengan bacaan-bacaan yang sama dengan bunyi vokal /i/), dan majzum (yang dibaca dengan bacaan-bacaan konsonan yang yang tidak diiringi bunyi-bunyi /a/, /u/, /i/ dengan tanda-tanda antara lain dhammah (bebunyi /u/), fathah (berbunyi /a/), kasrah (berbunyi /i/), dan sukun (tanda baca mati). Istilah-sistilah lain yang juga dikenal dalam ilmu Nahwu ini ialah mu’rab dan mabni. Istilah mu’rab digunakan untuk kata-kata yang selalu mengalami perubahan baris huruf akhirnya karena perubahan kedudukan dalam kalimat, sedangkan istilah mabni digunakan untuk kata-kata yang keadaan baris huruf akhirnya tidak pernah berubah, walaupun terjadi perubahan kedudukannya dalam kalimat.[9]

2.      Faedah Mempelajari Ilmu Nahwu
Faedah ilmu Nahwu adalah untuk menjaga lisan dari kesalahan dan sebagai pengantar untuk memahami Al-Qur’an dan Hadits.[10]
Secara lebih lengkap ada beebrapa faedah yang dapat diambil dari mempelajari ilmu Nahwu, seperti dikemukakan dalam buku Ensiklopedi Islam antara lain:
a.       Untuk memahami susunan kata-kata Arab yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits, yang merupakan dua sumber utama hukum Islam; dengan ilmu Nahwu ini seseorang akan dapat memahami agama (yang ditulis dalam bahasa Arab) secara baik dan benar;
b.      Untuk dapat menyusun kata-kata Arab dalam susunan yang benar dan sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu Nahwu;
c.       Untuk dapat menentukan kedudukan-kedudukan kata dan memahami pengertian suatu kalimat dengan benar;
d.      Untuk dapat menyusun kalimat-kalimat bahasa Arab menurut susunan dan bentuk yang benar.[11]
Ilmu Nahwu merupakan salah satu mata aji yang menduduki cukup penting dalam dunia pendidikan pesantren. Pesantren, sebagai lembaga pendidikan Islam, selain menempatkan Al-Qur’an dan Hadits pada posisi utama sebagai sumber utama hukum Islam yang keduanya berbahasa Arab, umumnya juga menempatkan kitab-kitab berbahasa Arab pada posisi unggul. Dalam pandangan pesantren, penguasaan terhadap ilmu Nahwu dan Sharaf merupakan syarat kunci untuk memahami  teks-teks Al-Qur’an, Hadits, maupun kitab-kitab berbahasa Arab yang dipelajari didalamnya. Namun beberapa catatan yang dapat diungkaapkan berkaitan dengan pengajaran ilmu Nahwu dan Sharaf di pesantren, antara lain: (1) penekanan berlebihan terhadap masalah i’rab atau perubahan harakat pada akhir kata berhubung dengan perubahan kedudukan kata itu dalam sebuah jumlah (kalimat). Demikian pula terhadap i’lal, penjelasan mekanisme perubahan dari satu kata menjadi kata lain. Selain merupakan beban, penekanan terhadap keduanya dapat mengurangi keberanian berbahasa. I’rab misalnya hanya salah satu qarinah (petunjuk) saja dari sekian banyak petunjuk lain untuk memahami makna kalimat, (2) menempatkan pembacaan dan pemahaman teks sebagai puncak kemmapuan berbahasa, seolah-olah dengan itu keterampilan berbahasa lainnya dengan sendirinya akan terkuasai. Sehingga kemampuan membaca teks kitab Arab ditempatkan sebagai prioritas utama.[12]
SUMBER:

[1]Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwar Arab-Indonesia, Indonesia-Arab, Edisi Kedua (Surabaya: Pustaka Progresif,  1997), h. 1138
[2]M. Sholahuddin Shofwan, Pengantar Memahami ALFIYAH Ibnu Malik, Cet. II, Jilid I (Jombang: Darul Hikmah, 2005), h. 5
[3] ibid, h. 3
[4]ibid., h. 4
[5]ibid.
[6] ---------, Al-Jurumiyah, (Magelang: Pondok Pesantren Sirojul Mukhlasin, (?)), h. 1
[7]Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jilid 4 (Jakarta: PT Ikrar Mandiriabadi, 1997), h. 2
[8]ibid., h. 2
[9]ibid.
[10] M. Sholahuddin Shofwan, op.cit., h. 5
[11]ibid
[12]Deperteman Agama RI, Pola Pembelajaran Pesantren, (Jakarta: Proyek Peeningkatan Pondok Pesantren Diektorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2001), h. 49-50

1 comment:

  1. Bagi seorang muslim dan muslimah sudah seharusnya Kita memiliki semangat dan ghirah dalam mempelajari bahasa arab. Terlebih lagi bahasa arab dan wasilah bagi kita dalam mengenal ilmu syari.
    Masmuka Artinya Aina Artinya Ufa Bunga SMartphone

    ReplyDelete