Welcome to www.jamal.com
go to my homepage
Go to homepage
WELLCOME TO SITUS LO HULONDHALO

Friday, May 30, 2014

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GASTRITIS PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD PROF.DR.H.ALOEI SABOE KOTA GORONTALO BULAN MEI TAHUN 2007


Oleh: SRIYULAN ARMAN BADU


Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai di klinik penyakit dalam pada umumnya. Kita ketahui penyakit gastritis ini dibagi menjadi gastritis akut dan gastritis kronik. Namun keduanya tidak saling berhubungan, gastritis kronik bukan merupakan kelanjutan gastritis akut. Dari sumber yang menyebutkan bahwa orang yang menderita penyakit gastritis sekitar 25% dari populasi atau 1 dari 10 orang yang mengalami gastritis (Anonim, diakses 10 Mei 2003).
Jenis penelitian yang digunakan adalah survei analitik dengan pendekatan cross sectional yakni untuk melihat faktor yang berhubungan dengan kejadian gastritis. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap di RSUD Prof. Dr. Saboe kota gorontalo pada bulan mei tahun 2007. teknik pengambilan sampel secara nonrandom sampling dengan metode accidental sampling yaitu responden yang ditemukan pada saat penelitian yang menderita maupun tidak menderita penyakit gastritis. Adapun sampel sebanyak 144 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner pada pasien rawat inap, sedangkan pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dengan menggunakan kalkulator.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik terdapat ada hubungan tingkat pengetahuan dengan kejadian gastritis yang diperoleh dari nilai x² hitung 6,88 > x² tab 3,84. jumlah frekwensi makan responden yang kurang 32,7% sedangkan 26,3% mempunyai frekwensi makan yang cukup, hal ini dapat dilihat dari nilai x² hitung 0,99 > x² tab 3,84 ini berarti tidak ada hubungan frekwensi makan responden dengan kejadian gastritis. Sedangkan jenis makanan dalam penelitian ini mempunyai hubungan dengan kejadian gastritis, dapat dilihat dari nilai yang diperoleh dari x² hitung 20,72% > x² tab 3,84. Untuk menanggulangi penyakit gastritis dengan memberikan penyuluhan-penyuluhan kesehatan untuk menanggulangi berbagai permasalahan kesehatan yang ada terutama gastritis.

Thursday, May 29, 2014

Bentuk Asli Jin, Penasaran??

Pada dasarnya bentuk rupa Jin tidak banyak berbeda dari bentuk rupa manusia, yaitu mereka memiliki jenis kelamin, memiliki hidung mata, tangan, kaki, telinga dan sebagainya, sebagaimana yang di miliki oleh manusia. Pada umumnya 80 hingga 90% Jin menyerupai manusia.

Hanya perbedaan fisik Jin adalah lebih kecil dan halus dari manusia. Bentuk tubuh mereka itu ada yang pendek, ada yang tinggi dan bermacam-macam warnanya, yaitu putih, merah, biru, hitam dan sebagainya. Jin kafir dan Jin Islam yang fasik (non muslim) itu memiliki rupa yang buruk dan menakutkan. Sedangkan Jin Islam yang saleh memiliki paras yang elok, akan tetapi tidaklah ganteng dan cantik seperti manusia sungguhan, itu juga tergantung dari ilmu Jin itu sendiri.

Menurut beberapa pendapat, tinggi Jin yang sebenarnya adalah sekitar tiga hasta saja. Pengetahuan mereka lebih luas dan berumur sangat panjang sampai beribu-ribu tahun umurnya. Kecepatan Jin bergerak melebihi kecepatan cahaya dalam suatu waktu. Karena Jin terdiri dari mahkluk yang seni dan tersembunyi, tidak zahir seperti manusia dan tidak sepenuhnya ghaib seperti Malaikat, maka ruang yang kecil pun bisa di duduki oleh jutaan Jin dan juga dapat merasuki dan menghuni tubuh manusia.

Jumlah Jin terlalu banyak sehingga menurut beberapa pendapat mengatakan bahwa jika jumlah semua manusia dari Nabi Adam sampai hari

kiamat dikalikan dengan hewan-hewan, dikalikan dengan batu-batu, dikalikan dengan pasir-pasir dan semua tumbuh-tumbuhan. Itu pun hanya sepersepuluh dari total Jin.

Sedangkan total Jin adalah sepersepuluh dari total Malaikat. Total Malaikat hanya Allah dan Rasulnya saja yang mengetahuinya.

Alam tempat berdiamnya Jin adalah di lautan, daratan, di udara dan di Alam Mithal yaitu suatu alam yang terletak diantara alam manusia dan alam malaikat. Jika kita diberikan oleh Allah kemampuan untuk melihat Jin, sudah tentu kita akan melihat jarum yang jatuh dari atas tidak akan jatuh ke Whooila.com bumi, tetapi jatuh dibelakang Jin, karena sangat banyaknya jumlah mereka.

Oleh sebab itu orang tua kita selalu berpesan agar anak-anaknya segera kembali ke rumah apabila tiba waktu maghrib dan pintu serta jendela rumah harus di tutup, agar tidak dimasuki oleh setan dan Iblis.

Sebagaimana sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Rasulullah:

“Bila kamu menghadapi malam atau kamu telah berada di sebagian malam maka tahanlah anak-anakmu karena sesungguhnya setan berkeliaran ketika itu dan apabila berlalu sesuatu ketika malam maka tahanlah mereka dan tutuplah pintu-pintu rumahmu serta sebutlah nama Allah, padamkan lampu-lampu mu serta sebutlah nama Allah, ikatlah minuman mu serta sebutlah nama Allah dan tutuplah sisa makanan mu serta sebutlah nama Allah (ketika menutupnya) “

Hadist di atas berarti bahwa Jin dan setan tidur di waktu siang dan menjelang sore mereka keluar untuk mencari rezeki dan makanan, baik laki-laki maupun perempuan, baik yang dewasa ataupun anak-anak.

Hal yang menarik dari mahkluk ini adalah Jin yang lebih muda akan takut pada Jin yang umurnya lebih tua. Semua mitos penampakan wujud aneh seperti Pocong, Alien, Vampire, Zombie, dll itu semua adalah Jin.

 
Sumber: Whoila

Perlunya Kecerdasan Emosional dan Spritual Bagi Personil Brimob Gorontalo



Brimob memiliki sejarah panjang sebagai suatu kesatuan yang berbeda dari polisi reguler. Brimob juga menjadikan dirinya terkenal dalam usahanya melawan pemberontak di masa-masa awal berdirinya Republik Indonesia. Kedua faktor ini dapat berarti dua hal: Pertama, reformasi dilakukan untuk lebih mengintegrasikan Brimob ke dalam Polri. Kedua, melikuidasi peran lawan insurgensi yang dimiliki Brimob selama ini walaupun bertentangan dengan budaya institusional.
Staf dan asisten yang terdapat dalam organisasi Brimob dibagi dalam beberapa bagian sebagai berikut : a) Bagian Perencanaan ; b) Bagian Intelijen ; c) Bagian Pelaksana ; d) Bagian Personil ; e) Bagian Logistik.
Selain itu terdapat staf pelayanan dan pendukung, yang terdiri dari seksi komunikasi dan elektronik; seksi kesehatan dan kesamaptaan; seksi propam (yang menangani masalah akuntabilitas profesi serta pengamanan internal) dan seksi administrasi. Unsur Pelaksana Utama di Brimob adalah sebagai berikut: a) Unit I – Gegana; b) Unit II – Pelopor; c) Unit III – Pelopor; d) Pusat Pelatihan (Puslat).
Unsur pelaksana utama adalah kekuatan utama di balik aktivitas Brimob di seluruh Indonesia. Mereka adalah personil yang diterjunkan di lapangan, untuk melakukan penjagaan ketika terjadi demonstrasi di jalan-jalan di berbagai kota di Indonesia ataupun untuk memerangi gerakan separatisme di hutan.
Unit Gegana terdiri dari empat detasemen yang masing-masingnya terdiri dari 13 sub-detasemen. Keempat detasemen Gegana ini terbagi lagi dalam tugas-tugas tertentu : a) Detasemen A/Satuan Intelijen- Reserse Mobil; b) Detasemen B/Satuan Bom-Bahan Peledak ; c) Detasemen C/Satuan Anti-Teror ; d) Detasemen D/Satuan Tugas Khusus.
Bagian dari personil Brimob, tim anti-bom Gegana, ditempatkan di semua markas tingkat provinsi di bawah perintah Kepala Polisi Daerah (Kapolda). Dengan adanya kepentingan untuk mencegah serangan teroris, disarankan personil Gegana juga ditempatkan sampai ke tingkat kabupaten atau Polres. Selanjutnya, terdapat pula dua satuan Pelopor yang masing-masing terdiri dari empat detasemen. Detasemen ini terdiri dari 40 kompi (setiap kompi terdiri dari kurang lebih 100 personil) dengan kualifikasi pelopor/ranger.
Menurut pasal 2 Surat Keputusan Kepala Polri (Skep Kapolri) No. Pol. KEP/53/X/2002 mengenai Brimob: Korps Brimob ditugaskan untuk menjaga keamanan, terutama yang berhubungan dengan penanganan ancaman dengan intensitas tinggi, dalam usahanya untuk mendukung keamanan dalam negeri. Tugas dan fungsi utama dijelaskan lebih lanjut dalam pasal-pasal di dalam Surat Keputusan tersebut, khususnya yang berkaitan dengan Unsur Pelaksana Utama, dan lebih spesifik yakni pada satuan Gegana dan Pelopor.
Gegana, berdasarkan perintah dari Komandan Brimob, dapat bertindak dalam menghadapi pelanggaran keamanan berat, terutama kejahatan terorganisir yang menggunakan senjata api dan bahan peledak ataupun yang melakukan serangan teror berskala nasional ataupun internasional. Pelopor, berdasarkan perintah dari Komandan Brimob, bertanggung jawab untuk pengendalian ketertiban publik dan perlawanan insurgensi, dalam mendukung keamanan dalam negeri. 
Berdasarkan bukti empiris Kejadian di Provinsi Gorontalo adanya kejadian  oknum Anggota baru Brimob Gorontalo yaang mabuk dan bertindak premanisme dengan membuat kericuhan di salah satu rumah warga (Kel.Dulomo) yang mengancam memakai pisau (Badik). Tentu mengundang banyak perhatian masyarakat sekitar tentang tugas dan fungsi Brimob tersebut, belum lagi perekrutan anggota baru kepolisian menuai banyak protes tentang perlunya tes kecerdasan emosional agar  tugas dan fungsi kepolisian umumnya sebagai pengayom masyarakat dapat terwujud. Disamping itu tentu selama ini tidak dapat dipungkiri bahwa kinerja Brimob Polda Gorontalo telah efektif karena tingkat keamanan masyarakat gorontalo relatif kondusif.
Berkaitan dengan hal ini maka Brimob juga dituntut tidak hanya mampu menyelesaikan permasalahan dengan kecerdasan IQ dan EQ tetapi yang lebih penting SQ. Hal ini karena IQ dan EQ hanya mampu menyelesaikan permasalahan atas rasionalitas dan kemampuan memahami lingkungan sosial, sedangkan SQ memiliki makna bahwa apa yang dilakukan, tugas yang dikerjakan adalah sebagai bentuk ibadah. Melalui SQ ini, satuan Brimob diharapkan akan menyadari bahwa tugas dan tanggungjawab sebagai abdi negara semata-mata ditujukan hanya kepada Allah SWT, sehingga dengan kesadaran ini akan lahir pribadi-pribadi anggota Brimob yang ahli dalam bidangnya, memiliki emosi yang stabil sekaligus memiliki tujuan da arah yang jelas. Akhirnya Peran Pembina Rohani dan Mental Dalam Pengembangan Kecerdasan Emosional Dan Spritual Bagi Personil Brimob Gorontalo mulai digalakkan sejak dini.


Tuesday, May 27, 2014

IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN PROFESI GURU



Belakangan ini profesi guru banyak dibicarakan bahkan mungkin dipertanyakan eksistensinya, baik oleh pakar pendidikan maupun para pakar di luar dunia pendidikan. Fenomena ini sebetulnya sangat eronis, namun kondisi obyektif di lapangan  ternyata tak terbantakan. Terlepas benar tidaknya pembicaraan ini, yang jelas media masa baik mingguan maupun bulanan banyak memuat tentang guru. Dan bahkan cenderung melecehkan posisi guru, baik yang sifatnya kepentingan umum sampai kepada hal-hal yang sangat pribadi
Eksistensi Guru dalam dunia pendidikan agar merupakan suatu hal yang sangat urgen dalam keberhasilan peserta didik. Untuk menjadi guru yang berkompoten tidak semudah membalik telapak tangan, namun harus melalui jalan dan proses yang panjang dan bertahap serta tidak hanya memiliki spesialis ilmu pengetahuan saja, tetapi juga harus mengetahui ilmu tentang perkembangan psikologi peserta didik. Rendahnya profesionalisme guru dalam menyikapi sebuah realitas yang serba membutuhkan kemampuan dalam dedikasi, tentunya akan mengurangi minat siswa untuk memasuki sebuah lembaga pendidikan yang dapat memberikan nilai plus dalam dunia pendidikan yang berkualitas.
Ironisnya berita-berita tersebut cenderung melecehkan posisi guru, baik yang sifatnya menyangkut kepentingan umum sampai kepada hal-hal yang bersifat pribadi. Sementara di masyarakat ataupun orang tua murid pun kadang menuding bahwa guru tidak kompeten, tidak berkualitas dan sebagainya manakala putra-putri mereka tidak bisa menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi atau memiliki kemampuan yang tidak sesuai dengan keinginannya. Padahal kalau ditelusuri lebih jauh, proses pendidikan itu sendiri menyimpan kekuatan yang luar biasa untuk menciptakan keseluruhan aspek lingkungan hidup dan sangat memberikan informasi yang paling berharga mengenai pegangan hidup masa depan, serta membantu anak didik dalam mempersiapkan kebutuhan hidup yang esensial demi menghadapi perubahan.
Namun dengan pandangan optimis terhadap pendidikan itu saja tidak cukup, sebab untuk mencapai cita-cita yang terkandung dalam pendidikan masih banyak ditentukan oleh visi kebijakan dan pengambilan keputusan dalam proses pengembangan pendidikan itu sendiri.
Urgensi tenaga mengajar dalam pengembangan sumber daya manusia, bukan hanya pada aspek kompetensi kognitif atau interpersonal skills, melainkan juga membantu anak didik dalam melapangkan jalan menuju perubahan positif seluruh ranah kejiwaannya. Sebab secanggih apapun suatu kurikulum dan sehebat apapun  sistem  pendidikan,  tanpa  kualitas  guru  yang  baik,  maka  semua  itu  tidak  akan  membuahkan  hasil  yang  maksimal.  Oleh  karena  itu,  guru  diharapkan  memiliki kompetensi  yang  diperlukan  untuk  melaksanakan  tugas  dan  fungsinya  secara efektif dan efisien.
Kompetensi  merupakan  salah  satu  kualifikasi  guru  yang  terpenting.  Bila kompetensi ini tidak ada pada diri seorang guru, maka ia tidak akan berkompeten dalam melakukan tugasnya dan hasilnya pun tidak akan optimal. 
Adapun dalam hal peningkatan profesi guru telah berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah khususnya Departemen Pendidikan Nasional diantaranya melalui program pengembangan profesi guru, yaitu memberikan dorongan yang menggairahkan kepada guru untuk melakukan upaya pengembangan keprofesiannya berkelanjutan meningkatkan tugas dan tanggung jawab profesinya.