Welcome to www.jamal.com
go to my homepage
Go to homepage
WELLCOME TO SITUS LO HULONDHALO

Thursday, June 2, 2011

Desain Pembelajaran

BAB I
PENDAHULUAN
Bagi mahasiswa sebagai calon tenaga pelajar (guru), aktifitas kegiatannya tidak dapat dilepaskan dari proses pembelajaran. Sementara suatu proses pembelajaran itu merupakan suatu proses yang sistematik, yang tiap komponennya sangat menentukan keberhasilan belajar anak. Sebagai suatu sistem, proses belajar itu saling berkaitan dan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang ingin dicapainya.
            Demikian pula halnya sistem pembelajaran pada mata pelajaran tertentu, dimana tujuan sistem disini adalah untuk menimbulkan belajar atau “learning” yang komponen-komponen belajarnya adalah: anak didik (siswa), pendidik, instruktur, guru, materi pembelajaran, dan lingkungan pembelajaran. Agar proses pembelajaran mata pelajaran ini berjalan dengan baik, maka salah satu yang perlu dibenahi adalah perbaikan kualitas tenaga pengajarnya. Dengan perbaikan tenaga ini, guru paling tidak dapat mengorganisir pembelajaran tersebut dengan jalan menggunakan teori-teori belajar, serta desain pembelajaran yang dapat menimpulkan minat dan motivasi anak didik (siswa).
            Desain pembelajaran sangat penting dalam pelaksanaan pembelajaran. Dengan adanya desain, maka seorang pendidik (guru) dapat merencanakan proses pembelajaran dengan baik dan teratur. Seorang guru harus menyadari bahwa proses dari desain adalah sangat penting bagi dirinya. Dia juga harus tahu langkah-langkah dalam melaksanakan desai pembelajaran. Sehingga, tujuan umum dari suatu pembelajaran dapat tercapai, dan lebih dari itu juga dapat meningkatkan perbaikan pelajaran.
            Dari uraian diatas dapat ditarik beberapa permasalahan yaitu:
1.      Bagaimana pengertian desain pembelajaran?
2.      Apa-apa sajakah komponen utama dari desain pembelajaran?
3.      Bagaimanakah guru melakukan perencanaan dalam pembelajaran?
4.      Faktor-faktor apa yang menjadi dasar dalam perencanaan pembelajaran?
5.      Langkah-langkah apa saja yang ditempuh dalam mendesain?
           
BAB I
PENDAHULUAN
A.    PENGERTIAN[1]
Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang, misalnya sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas. Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakanpengembangan sistem pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar.
Sementara itu desain pembelajaran sebagai proses menurut Syaiful Sagala adalah pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus teori-teori pembelajaran unuk menjamin kualitas pembelajaran. Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa penyusunan perencanaan pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yang dianut
dalam kurikulum yang digunakan.
Dengan demikian dapat disimpulkan desain pembelajaran adalah praktek penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik. Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, perumusan tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji secara pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau dalam latar berbasis komunitas.
B.     Komponen Utama Desain Pembelajaran[2]
Komponen utama dari desain pembelajaran adalah:
1.        Pembelajar (pihak yang menjadi fokus) yang perlu diketahui meliputi, karakteristik mereka, kemampuan awal dan prasyarat.
2.        Tujuan Pembelajaran (umum dan khusus) Adalah penjabaran kompetensi yang akan dikuasai oleh pembelajar.
3.        Analisis Pembelajaran, merupakan proses menganalisis topik atau materi yang akan dipelajari
4.        Strategi Pembelajaran, dapat dilakukan secara makro dalam kurun satu tahun atau mikro dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar.
5.        Bahan Ajar, adalah format materi yang akan diberikan kepada pembelajar.
6.        Penilaian Belajar, tentang pengukuran kemampuan atau kompetensi ang sudah dikuasai atau belum.

C.    Perencanaan Pembelajaran[3]
            Pembelajaran atau pengajaran menurut Degeg adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian ini secara implisit dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada. Kegiatan-kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran. Konsep pembelajaran yang dipakai dalam buku ini memiliki maksud yang sama dengan konsep pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki hakekat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang mungkin dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena itu pembelajaran menaruh perhatian pada “bagaimana membelajarkan siswa”, dan bukan pada “apa yang dipelajari siswa”. Perhatian terhadap apa yang dipelajari siswa merupakan bidang kajian dari kurikulum yang lebih menaruh perhatian tentang apa tujuan yang ingin dicapai dan apa isi pembelajaran yang harus dipelajari siswa agar dapat tercapai tujuan itu. Pembelajaran lebih menekankan pada bagaimana cara yang ingin dicapai agar tercapai tujuan ini. Dalam kaitan ini hal-hal yang tidak bisa dilupakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah tentang bagaimana cara yang ingin dicapai agar tercapai tujuan ini. Dalam kaitan hal-hal tentang bagaimana cara mengorganisasi pembelajaran, bagaimana menyampaikan isi pembelajaran, dan bagaimana menata interaksi antara sumber-sumber belajar yang ada agar dapat berfungsi secara optimal.
            Pembelajaran yang akan direncanakan memerlukan berbagai teori untuk merancangnya agar rencana pembelajaran yang disusun benar-benar dapat memenuhi harapan dan tujuan pembelajaran. Untuk itu pembelajaran sebagaimana disebut oleh Degeg dan Reigeluth, sebagai suatu disiplin ilmu menaruh perhatian pada perbaikan kualitas pembelajaran dengan menggunakan teori pembelajaran deskriptif, sedangkan rancangan pembelajaran mendekati tujuan yang sama dengan berpijak pada teori pembelajaran preskriptif.
D.    Dasar Perlunya Perencanaan Pembelajaran[4]
            Perlunya perencanaan pembelajaran sebagaimana disebutkan di atas, dimaksudkan agar dapat dicapai perbaikan pembelajaran. Upaya perbaikan pembelajaran ini dilakukan dengan asumsi sebagai berikut: Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali dengan perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran. Untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan sistem. Perencanaan desai pembelajaran diacukan pada bagaimana seseorang belajar. Untuk merenncanakan suatu desain diacukan pada siswa secara perorangan. Pembelajaran yang dilakukan akan bermuara pada ketercapaian tujuan pembelajaran, dalam hal ini aka nada tujuan langsung pembelajaran, dan tujuan pengiring dari pembelajaran. Sasaran akhir dari perencanaan desain pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk belajar.
            Perencanaan pembelajaran harus melibatkan semua variabel pembelajaran. Inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Adapun faktor- yang menjadi dasar perlunya mendesain sebuah pembelajaran yaitu:
a.       Perbaikan Kualitas Pembelajaran
b.      Pembelajaran Dirancang dengan Pendekatan Sistem
c.       Desain Pembelajaran Mengacu pada Bagaimana Seseorang Belajar
d.      Desain Pembelajaran Diacukan pada Siswa Perorangan
e.       Desain Pembelajaran Harus Diacukan pada Tujuan
f.       Desain Pembelajaran Muaranya Kemudahan Balajar
g.      Desain Pembelajaran Melibatkan Variabel Pembelajaran
h.      Desain Pembelajaran Menetapkan Metode untuk Mencapai Tujuan
E.     Langkah-langkah Dalam Mendesain Pembelajaran[5]
            Berbagai model dapat dikembangkan dalam mengorganisir pembelajaran. Satu di antara model itu adalah model Dick and Carrey dengan langkah-langkah sebagai beikut: (1) mengidentifikasi tujuan umum pembelajaran, (2) melaksanakan analisis pembelajaran, (3) mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa, (4) merumuskan tujuan Performansi (5) mengembangkan butir-butir tes acuan patokan, (6) mengembangkan strategi pembelajaran, (7) mengembangkan dan memilih material pembelajaran (8) mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif, (9) merivisi bahan pembelajaran, dan (10) mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.
1.      Mengidentifikasi Tujuan Umum Pembelajaran
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa sasaran akhir dari suatu program pembelajaran adalah tercapainya tujuan umum pembelajaran tersebut. Oleh karena itu setiap perancang harus mempertimbangkan secara mendalam tentang rumusan umum tujuan pembelajaran yang akan ditentukannya. Mempertimbangkan  secara mendalam artinya, untuk merumuskan tujuan umum pembelajaran harus mempertimbangkan karakteristik bidang studi, karakteristik siswa, dan kondisi lapangan.
2.      Melaksanakan analisis pembelajaran
Dengan cara menganalisis pembelajaran ini akan diidentifikasikan keterampilan-keterampilan bawahan (subordinate skils). Jadi, posisi analisis pembelajaran dalam keseluruhan desain pembelajaran merupakan perilaku prasyarat, sebagai perilaku yang menurut urut gerak fisik berlangsung labih dahulu, perilaku yang menurut psikologis muncul lebih dahulu atau secara kronologis terjadi lebih awal, sehingga analisis ini merupakan acuan dasar dalam melanjutkan langkah-langkah prosedural bawahan dalam melanjutkan langkah selanjutnya.
3.      Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa
Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa sangat perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas perseorangan untuk dapat dijadikan sebagai petunjuk dalam mempreskripsikan srategi pengelolaan pembelajaran. Aspek-aspek yang diungkap dalam kegiatan ini bisa berupa bakat, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir, minat atau kemampuan awal. Untuk mengungkap kemampuan awal mereka dapat dilakukan dengan pemberian tes dari tingkat bawah atau tes yang berkaitan dengan materi ajar sesuai panduan kurikulum. Adapun minat, motivasi, kemampuan berpikir gaya belajar, dan lain-lainnya dapat dilakukan dengan bantuan tes buku yang telah dirancang para ahli.
4.      Merumuskan tujuan performansi
Menurut Dick and Carrey bahwa tujuan performansi terdiri atas:
a.       Tujuan harus menguraikan apa yang akan dapat dikerjakan, atau diperbuat oleh anak didik
b.      Menyebutkan tujuan, memberikan kondisi atau keadaan yang menjadi syarat, yang hadir pada waktu anak didik berbuat
c.       Menyebutkan kriteria yang digunakan untuk menilai unjuk perbuatan anak didik yang dimaksudkan pada tujuan
5.      Mengembangkan butir-butir tes acuan patokan
Tes acuan patokan terdiri atas soal-soal yang secara langsung mengukur istilah patokan yang dideskripsikan dalam suatu perangkap tujuan khusus. Istilah patokan (criterion) dipergunakan karena soal-soal tes merupakan rambu-rambu untuk menentukan kelayakan penampilan siswa dalam tujuan, keberhasilan siswa dalam tes ini menentukan apakah siswa telah mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan atau belum.
6.      Mengembangkan strategi pembelajaran
Dalam strategi pembelajaran, menjelaskan komponen umum suatu perangkat material pembelajaran dan mengembangkan materi secara prosedural haruslah berdasarkan karakteristik siswa. Karena material pembelajaran yang dikembangkan , pada akhirnya dimaksudkan untuk membentu siswa agar memperoleh kemudahan dalam belajar. Untuk itu sebelum mengembangkan materi perlu dilihat kembali karakteristik siswa. Dalam tulisan lain melihat pula karakteristik materi. Komponen strategi pembelajaran terdiri atas : (a) kegiatan pra pembelajaran, (b) penyajian informasi, (c) peran serta mahasiswa, (d) pengetesan, dan (e) kegiatan tindak lanjut.
7.      Mengembangkan dan memilih material pembelajaran
Dick and Carrey juga manyarankan ada tiga pola yang dapat dikuti oleh pengajar untuk merancang atau menyampaikan pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
a.       Pengajar merancang bahan pembelajran individual, semua tahap pembelajaran dimasukkan kedalam bahan, kecuali prates dan pascates.
b.      Pengajar memilih dan mengubah bahan sesuai dengan strategi pembelajaran. Peran pengajar akan bertambah dalam menyampaikan pembelajaran. Beberapa bahan mungkin dapat disampaikan tanpa bantuan pengajar, jika tidak ada maka pengajar harus memberi penjelasan.
c.       Pengajar tidak memakai bahan, tetapi menyampaikan semua pembelajaran menurut strategi pembelajarannya yang telah disusunya. Pengajar menggunakan strategi pembelajaran yang telah disusunnya sebagai pedoman termasuk latihan dan kegiatan kelompok.
8.      Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif
Evaluasi ini adalah salah satu langkah dalam mengembangkan desain pembelajaran yang berfungsi untuk mengumpulkan data untuk perbaikan pembelajaran. Dengan kata lain karena melalui evaluasi formatif akan ditemukan berbagai kekurangan yang terdapat pada kegiatan pembelajaran, sehingga kekurangan-kekurangan tersebut dapat diperbaiki.
9.      Merivisi bahan pembelajaran
Mengapa revisi perlu dilakukan? Hal ini dimaksudkan untuk menyempurnakan bahan pembelajaran sehingga lebih menarik dan efektif. Ada dua macam revisi yang perlu dikembangkan yaitu:
a.       revisi terhadap isi atau substansi bahan pembelajaran agar lebih cermat sebagai alat belajar.
b.      Revisi terhadap cara-cara yang dipakai dalam menggunakan bahan pembelajaran.
10.  Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif
Melaui evaluasi sumatif dapat ditetapkan atau diberikan nilai apakah suatu desain pembelajaran, dimana dasar keputusan penilaian di dasarkan pada kefektifan dan efisiensi dalam kegiatan belajar mengajar.
            Selain model Dick and Carrey di atas ada juga model lain dari mendesain pembelajaran[6] yakni:
a.      Model ASSURE
Model ASSURE merupakan suatu model yang merupakan sebuah formulasi untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau disebut juga model berorientasi kelas. Menurut Heinich et al (2005) model ini terdiri atas enam langkah kegiatan yaitu:
Analyze Learners
States Objectives
Select Methods, Media, and Material
Utilize Media and materials
Require Learner Participation
Evaluate and Revise
i) Analisis Pelajar
Menurut Heinich et al (2005) jika sebuah media pembelajaran akan digunakan secara baik dan disesuaikan dengan ciri-ciri belajar, isi dari pelajaran yang akan dibuatkan medianya, media dan bahan pelajaran itu sendiri. Lebih lanjut Heinich, 2005 menyatakan sukar untuk menganalisis semua cirri pelajar yang ada, namun ada tiga hal penting dapat dilakuan untuk mengenal pelajar sesuai .berdasarkan cirri-ciri umum, keterampilan awal khusus dan gaya belajar
ii) Menyatakan Tujuan
Menyatakan tujuan adalah tahapan ketika menentukan tujuan pembeljaran baik berdasarkan buku atau kurikulum. Tujuan pembelajaran akan menginformasikan apakah yang sudah dipelajari anak dari pengajaran yang dijalankan. Menyatakan tujuan harus difokuskan kepada pengetahuan, kemahiran, dan sikap yang baru untuk dipelajari
iii) Pemilihan Metode, media dan bahan
Heinich et al. (2005) menyatakan ada tiga hal penting dalam pemilihan metode, bahan dan media yaitu menentukan metode yang sesuai dengan tugas pembelajaran, dilanjutkan dengan memilih media yang sesuai untuk melaksanakan media yang dipilih, dan langkah terakhir adalah memilih dan atau mendesain media yang telah ditentukan.
iv) Penggunaan Media dan bahan
Menurut Heinich et al (2005) terdapat lima langkah bagi penggunaan media yang baik yaitu, preview bahan, sediakan
bahan, sedikan persekitaran, pelajar dan pengalaman pembelajaran.
v) Partisipasi Pelajar di dalam kelas
Sebelum pelajar dinilai secara formal, pelajar perlu dilibatkan dalam aktivitas pembelajaran seperti memecahkan masalah, simulasi, kuis atau presentasi.
vi) Penilaian dan Revisi
Sebuah media pembelajaran yang telah siap perlu dinilai untuk menguji keberkesanan dan impak pembelajaran. Penilaian yang dimaksud melibatkan beberaoa aspek diantaranya menilai pencapaian pelajar, pembelajaran yang dihasilkan, memilih metode dan media, kualitas media, penggunaan guru dan penggunaan pelajar.
b.      Model ADDIE
Ada satu model desain pembelajaran yang lebih sifatnya lebih generik yaitu model ADDIE (Analysis-Design-Develop-Implement- Evaluate). ADDIE muncul pada tahun 1990-an yang dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda.Salah satu fungsinya ADIDE yaitu menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan infrastruktur program pelatihan yang efektif, dinamis dan mendukung kinerja
pelatihan itu sendiri. Model ini menggunakan 5 tahap pengembangan yakni :
1. Analysis (analisa)
2. Design (disain / perancangan)
3. Development (pengembangan)
4. Implementation (implementasi/eksekusi)
5. Evaluation (evaluasi / umpan balik)
Langkah 1: Analisis
Tahap analisis merupakan suatu proses mendefinisikan apa yang akan dipelajari oleh peserta belajar, yaitu melakukan needs assessment (analisis kebutuhan), mengidentifikasi masalah (kebutuhan), dan melakukan analisis tugas (task analysis). Oleh karena itu, output yang akan kita hasilkan adalah berupa karakteristik atau profile calon peserta belajar, identifikasi kesenjangan, identifikasi kebutuhan dan analisis tugas yang rinci didasarkan atas kebutuhan.
Langkah 2: Desain
Tahap ini dikenal juga dengan istilah membuat rancangan (blueprint). Ibarat bangunan, maka sebelum dibangun gambar rancang bangun (blue-print) diatas kertas harus ada terlebih dahulu. Apa yang kita lakukan dalam tahap desain ini? Pertama merumuskan tujuan pembelajaran yang SMAR (spesifik, measurable, applicable, dan realistic). Selanjutnya menyusun tes, dimana tes tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yag telah dirumuskan tadi. Kemudian tentukanlah strategi pembelajaran yang tepat harusnya seperti apa untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam hal ini ada banyak pilihan kombinasi metode dan media yang dapat kita pilih dan tentukan yang paling relevan. Disamping itu, pertimbangkan pula sumber-sumber pendukung lain, semisal sumber belajar yang relevan, lingkungan belajar yang seperti apa seharusnya, dan lainlain. Semua itu tertuang dalam sautu dokumen bernama blue-print yang jelas dan rinci.
Langkah 3: Pengembangan
Pengembangan adalah proses mewujudkan blue-print alias desain tadi menjadi kenyataan. Artinya, jika dalam desain diperlukan suatu software berupa multimedia pembelajaran, maka multimedia tersebut harus dikembangkan. Atau diperlukan modul cetak, maka modul tersebut perlu dikembangkan. Begitu pula halnya dengan lingkungan belajar lain yang akan mendukung proses pembelajaran semuanya harus disiapkan dalam tahap ini. Satu langkah penting dalam tahap pengembangan adalah uji coba sebelum diimplementasikan. Tahap uji coba ini memang merupakan bagian dari salah satu langkah ADDIE, yaitu evaluasi. Lebih tepatnya evaluasi formatif, karena hasilnya digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran yang sedang kita kembangkan.
Langkah 4: Implementasi
Implementasi adalah langkah nyata untuk menerapkan sistem pembelajaran yang sedang kita buat. Artinya, pada tahap ini semua yang telah dikembangkan diinstal atau diset sedemikian rupa sesuai dengan peran atau fungsinya agar bisa diimplementasikan. Misal, jika memerlukan software tertentu maka software tersebut harus sudah diinstal. Jika penataan lingkungan harus tertentu, maka lingkungan atau seting tertentu tersebut juga harus ditata. Barulah diimplementasikan sesuai skenario atau desain awal.
Langkah 5: Evaluasi
Evaluasi adalah proses untuk melihat apakah sistem pembelajaran yang sedang dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak. Sebenarnya tahap evaluasi bisa terjadi pada setiap empat tahap di atas. Evaluasi yang terjadi pada setiap empat tahap diatas itu dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya untuk kebutuhan revisi. Misal, pada tahap rancangan, mungkin kita memerlukan salah satu bentuk evaluasi formatif misalnya review ahli untuk memberikan input terhadap rancangan yang sedang kita buat. Pada tahap pengembangan, mungkin perlu uji coba dari produk yang kita kembangkan atau mungkin perlu evaluasi kelompok kecil dan lainlain.
c.       Model Hanafin and Peck
Model Hannafin dan Peck ialah model desain pengajaran yang terdiri daripada tiga fase yaitu fase Analisis keperluan, fase desain, dan fase pengembangan dan implementasi (Hannafin & Peck 1988). Dalam model ini, penilaian dan pengulangan perlu dijalankan dalam setiap fase. Model ini adalah model desain pembelajaran berorientasi produk. Gambar di bawah ini menunjukkan tiga fase utama dalam model Hannafin dan Peck (1988).


Fase pertama dari model Hannafin dan Peck adalah analisis kebutuhan. Fase ini diperlukan untuk mengidentifikasi kebutuhankebutuhan dalam mengembangkan suatu media pembelajaran termasuklah di dalamnya tujuan dan objektif media pembelajaran yang dibuat, pengetahuan dan kemahiran yang diperlukan oleh kelompok sasaran, peralatan dan keperluan media pembelajaran. Setelah semua keperluan diidentifikasi Hannafin dan Peck (1988) menekankan untuk menjalankan penilaian terhadap hasil itu sebelum meneruskan pembangunan ke fase desain.
Fase yang kedua dari model Hannafin dan Peck adalah fase desain. Di dalam fase ini informasi dari fase analisis dipindahkan ke dalam bentuk dokumen yang akan menjadi tujuan pembuatan media pembelajaran. Hannafin dan Peck (1988) menyatakan fase desain bertujuan untuk mengidentifikasikan dan mendokumenkan kaedah yang paling baik untuk mencapai tujuan pembuatan media tersebut. Salah satu dokumen yang dihasilkan dalam fase ini ialah dokumen story board yang mengikut urutan aktivitas pengajaran berdasarkan keperluan pelajaran dan objektif media pembelajaran seperti yang diperoleh dalam fase analisis keperluan. Seperti halnya pada fase pertama, penilaian perlu dijalankan dalam fase ini sebelum dilanjutkan ke fase pengembangan dan implementasi.
Fase ketiga dari model Hannafin dan Peck adalah fase pengembangan dan implementasi. Hannafin dan Peck (1988) mengatakan aktivitas yang dilakukan pada fase ini ialah penghasilan diagram alur, pengujian, serta penilaian formatif dan penilaian sumatif. Dokumen story board akan dijadikan landasan bagi pembuatan diagram alir yang dapat membantu proses pembuatan media pembelajaran. Untuk menilai kelancaran media yang dihasilkan seperti kesinambungan link, penilaian dan pengujian dilaksanakan pada fase ini. Hasil dari proses penilaian dan pengujian ini akan digunakan dalam proses pengubahsuaian untuk mencapai kualitas media yang dikehendaki.
Model Hannafin dan Peck (1988) menekankan proses penilaian dan pengulangan harus mengikutsertakan proses-proses pengujian dan penilaian media pembelajaran yang melibatkan ketiga fase secara berkesinambungan. Lebih lanjut Hannafin dan Peck (1988) menyebutkan dua jenis penilaian yaitu penilaian formatif dan penilaian sumatif. Penilaian formatif ialah penilaian yang dilakukan sepanjang proses pengembangan media sedangkan penilaian sumatif dilakukan setelah media telah selesai dikembangkan.

BAB III
KESIMPULAN

DARI URAIAN di atas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan:
1.      Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang, misalnya sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses.
2.      Komponen utama dari desain pembelajaran adalah:
a.       Pembelajar (pihak yang menjadi fokus) yang perlu diketahui meliputi, karakteristik mereka, kemampuan awal dan prasyarat.
b.      Tujuan Pembelajaran (umum dan khusus) Adalah penjabaran kompetensi yang akan dikuasai oleh pembelajar.
c.       Analisis Pembelajaran, merupakan proses menganalisis topik atau materi yang akan dipelajari
d.      Strategi Pembelajaran, dapat dilakukan secara makro dalam kurun satu tahun atau mikro dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar.
e.       Bahan Ajar, adalah format materi yang akan diberikan kepada pembelajar.
f.       Penilaian Belajar, tentang pengukuran kemampuan atau kompetensi ang sudah dikuasai atau belum.
3.      Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki hakekat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang mungkin dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
4.      Perlunya perencanaan pembelajaran dimaksudkan agar dapat dicapai perbaikan pembelajaran. Adapun faktor- yang menjadi dasar perlunya mendesain sebuah pembelajaran yaitu:
a.       Perbaikan Kualitas Pembelajaran
b.      Pembelajaran Dirancang dengan Pendekatan Sistem
c.       Desain Pembelajaran Mengacu pada Bagaimana Seseorang Belajar
d.      Desain Pembelajaran Diacukan pada Siswa Perorangan
e.       Desain Pembelajaran Harus Diacukan pada Tujuan
f.       Desain Pembelajaran Muaranya Kemudahan Balajar
g.      Desain Pembelajaran Melibatkan Variabel Pembelajaran
h.      Desain Pembelajaran Menetapkan Metode untuk Mencapai Tujuan
5.      Berbagai model dapat dikembangkan dalam mengorganisir pembelajaran. Beberapa di antaranya yaitu:
a.       Model Dick and Carrey
b.      Model ASSURE
c.       Model ADDIE
d.      Model Hanafin andبك

DAFTAR PUSTAKA
Uno, Hamzah., Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Uno, Hamzah. Abdul Karim Rauf., Desain Pembelajaran, (Gorontalo: Sultan Amai Press, 2008.

[2] Ibid.,
[3] Hamzah Uno dan Abdul Karim Rauf, Desain Pembelajaran, (Gorontalo: Sultan Amai Press, 2008), h. 210-211.
[4] Ibid., h. 213-217.
[5] Ibid., h. 217-234. Lihat juga: Hamzah Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 23-34.
[6] Loc.Cit.,

No comments:

Post a Comment