Welcome to www.jamal.com
go to my homepage
Go to homepage
WELLCOME TO SITUS LO HULONDHALO

Thursday, February 27, 2014

Tujuan, Fungsi dan Prosedur Pelaksanaan Metode Bermain Peran



Tujuan dan Fungsi Metode Bermain Peran
Bermain peran dalam proses pembelajaran yang ditujukan agar anak didik dapat  mendramatisasikan tingkah laku, atau ungkapan gerak-gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial atau manusia.
Roestiyah (2011:91) menegaskan bahwa guru menggunakan metode ini dalam proses belajar memiliki tujuan agar anak didik dapat memahami perasaan orang lain, dapat tepa seliro dan toleransi. Dengan bermain peran mereka dapat menghayati peranan apa yang dimainkan, mampu menempatkan diri dalam situasi orang lain yang dikehendaki guru.  Ia bisa belajar watak orang lain, cara bergaul dengan orang lain, cara mendekati dan berhubungan dengan orang lain, dalam situasi itu mereka harus bisa memecahkan masalahnya.
2.1.3.3  Prosedur Pelaksanaan Metode Bermain Peran
Dalam melaksanakan metode bermain peran ini agar berhasil dengan efektif, maka perlu mempertimbangkan prosedur pelaksanaannya. Menurut Roestiyah (2011:91) prosedur pelaksanaan bermain peran dimaksud sebagai berikut : (1) Menyiapkan naskah, alat, media yang akan digunakan dalam kegiatan bermain peran. (2) Guru harus menerangkan kepada anak didik, untuk memperkenalkan teknik ini, bahwa dengan jalan bermain peran anak didik diharapkan dapat memecahkan masalah hubungan sosial yang aktual ada di masyarakat. (3) Guru menunjuk beberapa anak yang akan berperan, masing-masing akan mencari pemecahan masalah sesuai dengan perannya. Dan anak yang lain jadi penonton dengan tugas-tugas tertentu pula. (4) Guru harus memilih masalah yang urgen, sehingga menarik minat anak. Ia mampu menjelaskan dengan menarik sehingga anak terangsang untuk berusaha memecahkan masalah itu. (5) Memberi kebebasan kepada anak untuk memilih peran apa yang disukai. (6) Agar anak dapat memahami peristiwanya, maka guru harus bisa menceritakan sambil mengatur adegan pertama. (7) Jelaskan kepada pemeran-pemeran itu sebaik-baiknya, sehingga mereka tahu tugas peranannya, menguasai masalahnya, pandai bermimik maupun berdialog. (8) Anak yang tidak turut harus menjadi penonton yang aktif, disamping mendengar dan melihat mereka juga harus bisa memberi saran dan kritik pada apa saja yang akan dilakukan bermain peran. (9) Menghentikan bermain peran pada detik-detik situasi yang sedang memuncak dan kemudian membuka diskusi umum. (10) Sebagai tindak lanjut dari hasil diskusi, maka perlu dibuka tanya jawab.
Dengan berperan seperti orang lain, maka anak itu dapat menempatkan diri seperti watak orang lain itu. Ia dapat merasakan perasaan orang lain, dapat mengakui pendapat orang lain, sehingga menumbuhkan sikap saling pengertian, tenggang rasa, toleransi dan cinta kasih terhadap sesama.

DAFTAR PUSTAKA
Nurkancana. 2007. Pemahaman dan Prestasi Belajar pada Peserta Didik. Rineka Cipta: Jakarta
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Edisi 5. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Sumartono. 2007. Modifikasi Kegiatan Belajar Mengajar. Tarsito: Bandung.
Uno, Hamzah B., 2007. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Wahyudin dkk. 2006. Pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar Di Sekolah. Rineka Cipta: Jakarta.
Roestiyah, 20011, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Rineka Cipta.
Halidu Salma. 2007. Diktat Moral dan Displin, Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo
Purwanto, Ngalim. 2008. Psikologi Pendidikan (Cet. XV; Bandung: Remaja Rosdakarya
 

Pengertian Metode Bermain Peran (Penelitian Tindakan Kelas)



Sebagian besar orang mengerti apa yang dimaksud dengan bermain, namun demikian mereka tidak dapat memberi batasan apa yang dimaksud dengan bermain. Beberapa ahli peneliti memberi batasan arti bermain dengan memisahkan aspek-aspek tingkah laku yang berbeda dalam bermain.
Roestiyah (2011:90) mengartikan metode bermain peran (role-playing) adalah mendramatisasikan tingkah laku, atau ungkapan gerak-gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial antar manusia. Atau dengan roll-playing di mana anak didik berperan atau memainkan peranan dalam dramatisasi masalah/psikologis itu.
Melalui pembelajaran dengan menerapkan metode bermain peran (role-playing) diharapkan : (1) Agar anak didik dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain; (2) Dapat belajar bagaimana membagi tanggungjawab.
Apa pun batasan yang diberikan tentang pengertian bermain membawa harapan dan antisipasi tentang dunia yang memberikan kegembiraan, dan memungkinkan anak berkhayal seperti sesuatu atau seseorang, suatu dunia yang dipersiapkan untuk berpetualang dan mengadakan telaah. Melalui bermain anak belajar mengendalikan diri sendiri, memahami kehidupan, memahami dunianya. Jadi bermain merupakan cermin perkembangan anak.
Terkait dengan pengertian bermain peran dalam diktatnya Halidu (2007:179) dijelaskan bahwa metode bermain peran dapat menumbuhkan dan mengembangkan potensi tersembunyi (Hidden Potention) anak, sehingga akan muncul dalam menyatakannya dalam suatu tingkah laku. Sehingga secara eksplisit dapat dikatakan bahwa bermain peran dapat ditujukan untuk memecahkan masalah-masalah yang menyangkut hubungan antar manusia terutama yang berkaitan dengan kehidupan anak didik. 
Dengan demikian guru menggunakan metode bermain peran dalam proses belajar memiliki tujuan agar mereka dapat menghayati peranan apa yang dimainkan, mampu menempatkan diri dalam situasi orang lain yang dikehendaki guru.  Ia bisa belajar watak orang lain, cara bergaul dengan orang lain, cara mendekati dan berhubungan dengan orang lain, dalam situasi itu mereka harus bisa memecahkan masalahnya. Seperti : bermain peran sebagai seorang pemberi jasa, seperti dokter, tukang pos, tukang sayur, dan sebagainya.


DAFTAR PUSTAKA
Nurkancana. 2007. Pemahaman dan Prestasi Belajar pada Peserta Didik. Rineka Cipta: Jakarta
 Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Edisi 5. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Sumartono. 2007. Modifikasi Kegiatan Belajar Mengajar. Tarsito: Bandung.
Uno, Hamzah B., 2007. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Wahyudin dkk. 2006. Pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar Di Sekolah. Rineka Cipta: Jakarta.
Roestiyah, 20011, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Rineka Cipta.
Halidu Salma. 2007. Diktat Moral dan Displin, Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo
Purwanto, Ngalim. 2008. Psikologi Pendidikan (Cet. XV; Bandung: Remaja Rosdakarya