Welcome to www.jamal.com
go to my homepage
Go to homepage
WELLCOME TO SITUS LO HULONDHALO

Thursday, October 11, 2012

Rahasia Besar dalam Penyusunan Skripsi


Banyak mahasiswa yang merasa bahwa skripsi hanya "ditujukan" untuk mahasiswa-mahasiswa dengan kecerdasan di atas rata-rata. Menurut saya pribadi, penulisan skripsi adalah kombinasi antara kemauan, kerja keras, dan relationships yang baik. Kesuksesan dalam menulis skripsi tidak selalu sejalan dengan tingkat kepintaran atau tinggi/rendahnya IPK mahasiswa yang bersangkutan. Seringkali terjadi mahasiswa dengan kecerdasan rata-rata air lebih cepat menyelesaikan skripsinya daripada mahasiswa yang di atas rata-rata.
            Masalah yang juga sering terjadi adalah seringkali mahasiswa datang berbicara ngalor ngidul dan membawa topik skripsi yang terlalu muluk. Padahal, untuk tataran mahasiswa S1, skripsi sejatinya adalah belajar melakukan penelitian dan menyusun laporan menurut kaidah keilmiahan yang baku. Skripsi bukan untuk menemukan teori baru atau memberikan kontribusi ilmiah. Karenanya, untuk mahasiswa S1 sebenarnya replikasi adalah sudah cukup.
            Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah bahwa penelitian, secara umum, terbagi dalam dua pendekatan yang berbeda: pendekatan saintifik dan pendekatan naturalis. Pendekatan saintifik (scientific approach) biasanya mempunyai struktur teori yang jelas, ada pengujian kuantitif (statistik), dan juga menolak grounded theory. Sebaliknya, pendekatan naturalis (naturalist approach) umumnya tidak menggunakan struktur karena bertujuan untuk menemukan teori, hipotesis dijelaskan hanya secara implisit, lebih banyak menggunakan metode eksploratori, dan sejalan dengan grounded theory.
            Mana yang lebih baik antara kedua pendekatan tersebut? Sama saja. Pendekatan satu dengan pendekatan lain bersifat saling melengkapi satu sama lain (komplementer). Jadi, tidak perlu minder jika Anda mengacu pada pendekatan yang satu, sementara teman Anda menggunakan pendekatan yang lain. Juga, tidak perlu kuatir jika menggunakan pendekatan tertentu akan menghasilkan nilai yang lebih baik/buruk daripada menggunakan pendekatan yang lain.

Skripsi untuk Mahasiswa di Gorontalo


Skripsi adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi sebagai bagian untuk mendapatkan gelar sarjana (S1). Skripsi inilah yang juga menjadi salah satu pembeda antara jenjang pendidikan sarjana (S1) dan diploma (D3). Buat sebagian mahasiswa, skripsi adalah sesuatu yang lumrah. Tetapi buat sebagian mahasiswa yang lain, skripsi bisa jadi momok yang terus menghantui dan menjadi mimpi buruk. Banyak juga yang berujar "lebih baik sakit gigi daripada bikin skripsi".
Ada beberapa syarat yang musti dipenuhi sebelum seorang mahasiswa bisa menulis skripsi. Tiap universitas/fakultas memang mempunyai kebijakan tersendiri, tetapi umumnya persyaratan yang harus dipenuhi hampir sama. Misalnya, mahasiswa harus sudah memenuhi sejumlah SKS, tidak boleh ada nilai D atau E, IP Kumulatif semester tersebut minimal 2.00, dan seterusnya. Anda mungkin saat ini belum "berhak" untuk menulis skripsi, akan tetapi tidak ada salahnya untuk mempersiapkan segalanya sejak awal.
Skripsi tersebut akan ditulis dan direvisi hingga mendapat persetujuan dosen pembimbing. Setelah itu, Anda harus mempertahankan skripsi Anda di hadapan penguji dalam ujian skripsi nantinya. Nilai Anda bisa bervariasi, dan terkadang, bisa saja Anda harus mengulang skripsi Anda (tidak lulus).
Skripsi juga berbeda dari tesis (S2) dan disertasi (S3). Untuk disertasi, mahasiswa S3 memang diharuskan untuk menemukan dan menjelaskan teori baru. Sementara untuk tesis, mahasiswa bisa menemukan teori baru atau memverikasi teori yang sudah ada dan menjelaskan dengan teori yang sudah ada. Sementara untuk mahasiswa S1, skripsi adalah "belajar meneliti".
Jadi, skripsi memang perlu disiapkan secara serius. Akan tetapi, juga nggak perlu disikapi sebagai mimpi buruk atau beban yang maha berat. anda tentunya perlu mengetahui rahasia besar dalam penyusunan skripsi “Nikmatilah Pekerjaan dalam membuat skripsi itu maka akan terasa Enjoy menjalaninya” Intinya sikap optimism yang paling utama. “Do It”...


Monday, October 8, 2012

Posisi Anak dalam Keluarga

                 Anak merupakan penerus generasi dari umat ini, jangan dianggap sebagai 'makhluk kecil' yang tidak mengetahui apa-apa. Anak merupakan makhluk lemah yang tidak dapat hidup seorang diri tanpa bantuan dari orang tua. Dia membutuhkan orang lain sebagai pasangannya, serta pembimbingnya dalam menjalani kehidupan yang akan datang. Seorang anak akan tumbuh menurut apa yang disiramkan kepadanya, begitu juga sifat-sifat dari kedua orang tua akan menurun kepadanya. Anak hanya meniru dan menyimpulkan sendiri contoh perbuatan yang dilakukan oleh orang tua maupun orang dewasa lainnya.
Ini semua dapat dimulai dengan melakukan pendidikan yang Islami. Orang tua dengan sabar membimbing dan tidak menuntut terlalu banyak. Tujuan dari pembinaan adab bagi anak adalah agar: Dapat bergaul dan berperan dengan baik dan benar dalam lingkungannya, baik dengan orang dewasa maupun teman-teman sebaya. Peran yang dimaksud: Berperilaku karimah, indah lagi mulia. Terhindar dari sifat memikirkan diri sendiri dan dari rasa malu yang tidak pada tempatnya. Menerima dan memberi dengan tatakrama, berjual beli, dan juga melakukan hubungan kemasyarakatan yang benar dan nyaman di bawah naungan ajaran Islam. Jenis-jenis kegiatan yang dapat membantu anak dalam beradab dengan lingkungan yakni: [1]
1.      Mengajak anak menghadiri majelis orang dewasa. Tujuannya untuk mengetahui kekurangan dan kebutuhan-kebutuhan anak.
2.      Menyuruh anak melaksanakan tugas rumah. Rasulullah saw pernah meminta kepada Anas bin Malik untuk melayani keperluan beliau. Sehingga ia dapat mengenal masalah-masalah kehidupan yang belum pernah ia ketahui dan anak akan bangga dengan pengalaman baru yang telah ia dapatkan.
         Membiasakan anak mengucapkan salam. Sunnah salam dapat menimbulkan rasa sayang dan keakraban sesama orang Islam dengan segala umur, mengajarkan cara memulai membuka pembicaraan dengan orang lain. Rasulullah dan para sahabat memberikan beberapa cara yang lembut dalam menanamkan sunnah salam ini dalam jiwa anak. Anas ra pernah melewati sekumpulan anak kecil, lalu memberi salam kepada mereka. Sesudah itu Ibnu Abbas ra berkata, "Adalah Rasulullah saw melakukan hal yang demikian itu." Anak dianjurkan mengucapkan salam kepada kedua orang tuanya, orang dewasa, juga ketika akan masuk rumah


[1] Lelana, Visualisasi Ide Komunikasi Visual, (Bogor : Unit Pelaksana Teknis, 2000), h. 27