Welcome to www.jamal.com
go to my homepage
Go to homepage
WELLCOME TO SITUS LO HULONDHALO

Thursday, June 2, 2011

Aliran Jabariyah


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
          Dimasa ini kita banyak menemukan berbagai macam paham-paham yang di anut oleh masyarakat kita. Semua itu terjadi bukan karena beragamanya islam sendiri tapi beragamanya pengertian islam dari berbagai penganutnya.
          Setiap pemikiran akan berdampak pada pemeluknya sehingga menyebabkan fanatisme yang berlebih untuk membelah apa yang mereka yakini. Tak hanya itu, sering terjadi perselisihan antara pengikut paham tertentu dengan pengikut paham lainnya. Pengetahuan tentang paham-paham yang beredar di Indonesia umumnya ataupun sekeliling kita.
            Perlahan tapi pasti hanya keimanan dan ketakwaan yang mampuh menyelamatkan kita dan mampu membawah kita bertemu dengan zat yang selalu kita harapkan untuk bertemu dengan-Nya

1.2 Rumusan Masalah     
      Hal-hal yang akan dibahas dalam makalah ini ialah bagaimana seluk beuk dari paham jabariyah itu sendiri?

1.3 Tujuan
       Dapat memahami paham jabariyah dan menyebutkan  pemikiran teologinya. Dapat memahami paham jabariyah dan menyebutkan aliran-alirannya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Jabariyah
         Kata jabariyah berasal dari bahasa arab “ jabara” yang artinya memaksa. Dan yang dimaksud adalah suatu golongan atau aliran atau kelompok yang berfaham bahwa semua perbuatan manusia bukan atas kehendak sendiri, namun ditentukan oleh Allah Swt. Yakni semua perbuatan manusia bukan atas kehendak sendiri, namun ditentukan oleh Allah Swt. Dalam arti bahwa setiap perbuatan yang dilakukan oleh manusia baik perbuatan buruk dan baik semuanya telah ditentukan oleh Allah Swt dan bukan atas kehendak manusia.
         Jabariyah adalah pendapat yang tumbuh dalam masyarakat islam yang melepaskan diri dari seluruh tanggungjawab. Maka manusia itu disamakan dengan mahkluk lain yang sepi dan bebas dari tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain manusia itu di ibaratkan benda mati yang hanya bergerak, dan digerakkan oleh allah pencipta, sesuai dengam apa yang di inginkannya. Dalam soal ini manusia itu dianggap tidak lain melainkan bulu diudara dibawah angin menurut arah yang di inginkannya. Maka manusia itu sunyi dan luput dari ihtiar untuk memilih apa yang di inginkannya sendiri. Ini dapat diartikan pula bahwa manusia itu akhirnya tidak bersalah dan tidak berdosa, sebab hanya digerakan oleh kekuatan atasan dimana ia tidak lain laksana robot yang mati, tidak berarti.  

 2.2 Sejarah Jabariyah
        Pendapat Jabariyah diterapkan dimasa kerajaan umayyah (660-750 M). Yakni dimasa keadaan keamanan sudah pulih dengan tercapainya perjanjian antara Muawiyah dengan Hasan bin Ali bin Abu Thalib, yang tidak mampu lagi menghadapi kekuatan Muawiyah. Maka muawiyah mencari jalan untuk memperkuat kedudukannya. Disini ia bermain politik yang licik. Ia ingin memasukan didalam pikiran rakyat jelata bahwa pengangkatannya sebagai kepalah negara dan memimpin umat islam adalah bedasarkan “qada dan qadar/ketentuan dan keputusan allah semata” dan tidak ada unsur manusia yang terlibat didalamnya.

2.3 Awal Kemunculan Jabariyah
        Golongan Jabariyah pertama kali muncul di Khurasan (Pesia) pada saat munculnya golongan qadariyah, yaitu kira-kira pada tahun 70 H. aliran ini dipelopori oleh Jahm bin Shafwan, aliran ini juga disebut Jahmiyah karena Jham bin Shafwanlah yang mula-mula mengatakan bahwa manusia terpasung atau tidak mempunyai kebebasan apapun dan semua perbuatan manusia ditentukan Allah semata (tidak ada campur tangan manusia).
        Paham jabariyah dinisbahkan kepada Jham bin Shafwan karena itu kaum Jabariyah disebut sebagai kaum Jahamiyah, namun pendapat lain mengatakan bahwa orang yang pertama melopori paham jabariyah adalah al-ja’ad bin dirham, dia juga disebut sebagai orang yang pertama kali menyatakan bahwa al-qur’an itu makluq dan meniadakan sifat-sifat allah. Di samping itu kaum jahmiyah juga mengingkari adanya ru’yah (melihat allah dengan mata kepalah diakherat). Meskipun kaum qadariyah dan jhamiyah sudah musna namun ajarannya masih tetap dilestarikan. Karena kaum muta’zilah menjadi pewaris kedua pemahaman tersebut dan mengadopsi pokok-pokok ajaran kedua kaum tersebut. Selanjutnya ditangan muta’zilah paham-paham tersebut segar kembalih. Sehingga imam syafi’I menyebut wasil, umar, ghalla,al Dimasyg sebagai tiga serangkai yang seide itulah sebabnya kaum muta’zilah dinamakan juga kaum qadariya dan jhamiyah.
      Disebut jhamiyah karena mereka mewarisi dari paham penolakan mereka yang meniadakan sifat-sifat allah, al-quran itu makhluk, dan pengikatan mereka mengenai kemungkinan melihat allah dengan mata kepalah dihari kiamat.
         Berkaitan dengan hal ini, ibnu taimiyah mengatakan bahwa sebagai pengikut muta’zilah adalah jhamiyah tetapi tidak semua jhamiyah adalah muta’zilah, karena kaum muta’zilah berbeda pendapat dengan kaum jhamiyah dalam masalah jabr (hambah berbuat karena terpaksa). Kalau kaum mut’zilah menafikannya maka kaum jhamiyah meyakininya.

 2.4 Pimpinan Jabariyah     
 a) ja’d bin dirham
      ia adalah seorang hambah dari bani hakam dan tinggal di damsyik. Ia dibunuh dipancung oleh gubernur kufah yaitu khalid bin abdullah el-Qasri.
        Pendapat-pendapatnya:
     Tidak pernah allah berbicara dengan musa sebagaimana yang telah disebutkan dengan al-quran surat An-nisa ayat 164.
      Bahwa nabi ibrahim tidak pernah dijadikan allah kesayangan Nya menurut ayat 125 dari surat An-nisa.
 b) jham bin safwan
      ia berasal dari persia dan meniggal 128H. dalam suatu peperangan dimarwa dengan bani umayyah.
      Pendapat-pendapatnya:
      Keharusan mendapatkan ilmu pengetahuan hanya tercapai dengan akal sebelum pendengaran. Akal dapat mengetahui yang baik dan yang jahat hingga mungkin mencapai soal-soal metafisika dan bat’s/dihidupkan kembali diakherat nanti. Hendaklah manusia menggunakan akalnya untuk tujuan tersebut bilamana belum terdapat kesadaran mengenai ketuhanan.
       Iman itu adalah pengetahuan mengenai kepercayaan belaka. Oleh sebab itu iman itu tidak meliputi tiga oknum keimanan yakni kalbu, lisan dan kaya. Maka tidaklah ada perbedaan antara manusia satu dengan yang lainya dalam bidang ini, sebab ia adalah semata pengetahuan belaka sedangkan pengetahuan itu tidak berbeda tingkatnya. Tidak memberi sifat bagi allah yang mana sifat itu mungkin diberikan kepada manusia, sebab itu berarti menyerupai allah dalam sifat-sifat itu. Maka allah tidak diberikan sifat sebagai satu zat atau sesuatu yang hidup atau alim/mengetahui atau mempunyai keinginan, sebab manusia yang memiliki sifat-sifat yang demikian itu. Tetapi boleh allah disifatkan dengan qadir/kuasa, pencipta, pelaku, menghidupkan mematikan sebab-sebab sifat-sifat itu hanya tertentu untuk allah semata dan tidak dapat dimiliki oleh manusia.

2.5 Aliran Jabariyah  
      Aliran jabariyah ini menganut paham bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya. Manusia dalam paham betul melakukan perbuatan, tetapi perbuatannya itu dalam keadaan terpaksa.
        Paham jabariyah ini telah diduga sejak sebelum agama islam datang kemasyarakat arab. Kehidupan masyarakat yang diliputi oleh gurun pasir sahara telah memberikan pengaruh besar kedalam cara hidup mereka. Dan dihadapkan alam begitu ganas, alam yang indah tetapi kejam, menyebabkan jiwa merasa dekat dengan Dzat yang maha pengasih dan penyayang. Dengan suasana alam yang demikian menyebabkan mereka tidak punya daya dan kesanggupan apa-apa, melaikan semata-mata patuh, tunduk dan pasra kepada kehendak Tuhan,dan dalam al-quran sendiri banyak memuat ayat-ayat yang dapat membawa timbulnya paham jabariyah.
    “ allah menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat”
     Dengan demikian aliran jabariyah memiliki dasar pijakan didalam al-quran dan kedudukan.
      Aliran jabariyah ini tebagi menjadi dua golongan yaitu:
 a). aliran jabariyah ekstrim (jahm bin sofwan)
        Jabariyah ekstrim brpendapat segalah perbuatan manusia bukan merupakan perbuatan yang timbul dari kemauannya sendiri, tetapi perbuatan yang di paksakan atas dirinya. Misalnya, kalau seorang mencuri, perbuatan mencuri itu bukanlah atas kehedak sendiri, tetapi timbul karena qada dan qadar tuhan yang menghendaki demikian. Bahkan, jham bin shafwan, salah seorang toko jabariyah ekstrim, mengatakan bahwa manusia tidak mampu berbuat apa-apa. Ia tidak mempunyai daya, tidak mempunyai kehendak sendiri, dan tidak mempunyai pilihan.
 b). aliran jabariyah moderat (ja’ad bin Dirham)
           Jabariyah moderat mengatakan bahwa Tuhan menciptakan manusia, baik perbuatan jahat maupun perbuatan baik, tetapi manusia mempun yai peranan didalamnya, tenaga yang diciptakan dalam diri manusia mempunyai efek untuk mewujudkan perbuatannya. Inilah yang dimaksud dengan kasab(acgursition). Menurut paham kasab, manusia tidaklah majbur (dipaksa oleh Tuhan) tidak seperti wayang yang dikehendaki oleh datang dan tdak pula menjadi pencipta perbuatan, tetapi manusia itu, memperoleh perbuatan yang diciptakan oleh Tuhan.

2.6 Penolakan Terhadap Paham Jabariyah
      Kelompok jabariyah adalah orang-orang yang melampaui batas dalam menetapkan takdir hingga mereka mengesampingkan sama sekali kekuasaan manusia dan menginkari bahwa manusia bisa berbuat sesuatu dan melakukan suatu sebab (usaha). Apa yang ditakdirkan kepada mereka pasti akan terjadi. Mereka berpendapat bahwa manusia terpaksa melakukan segalah perbuatan mereka dan manusia tidak mempunyai kekuasaan yang berpebgaruh kepada perbuatan, bahkan manusia seperti bulu yang ditiup angin. Maka dari itu mereka tidak berbuat apa-apa berhujjah kepada takdir.Jika mereka mengerjakan suatu amalan yang bertentangan dengan syariat, mereka tidak merasa bertanggung jawab atasnya dan mereka berhujjah bahwa takdir telah terjadi.
        Aqidah yang rusak semacam ini membawah dampak pada penolakan terhadap kemampuan manusia untuk mengadakan perbaikan. Dan penyerahan total kepada syahwat dan hawa nafsunya serta terjerumus kedalam dosa dan kemaksiatan karena menganggap bahwa semua itu telah ditakdirkan oleh allah atas mereka. Karena yakin bahwa segalah yang telah ditakdirkan pada manusia akan menimpahnya, maka tidak perluh seseorang untuk melakukan usaha karena hal itu tidak mengubah takdir.
        Keyakinan semacam ini telah menyebabkan mereka telah meninggalkan amal shaleh dan melakukan usaha yang dapat menyelamatkannya dari azab allah, seperti sholat, dan berdoa. Semua itu menurut keyakinan mereka tidak ada gunanya karena  segalah apa yang ditakdirkan allah akan terjadi sehingga doa dan usaha tidak berguna baginya. Lalu mereka meninggalkan amar ma’ruf dan tidak memperhatikan penegak hukum. Karena kejahatan merupakan takdir yang pasti akan terjadi. Sehingga mereka menerima begitu saja kedzaliman orang-orang dzalim dan kerusakan yang dilakukan oleh perusak, karena apa yang dilakukan mereka yang telah ditakdirkan dan dikehendaki oleh allah.
       Para ulama ahlu sunna waljamaah telah menyangkal anggapan orang-orang sesat itu dengan pembatalan dan penolakan terhadap pendapat mereka. Menjelaskan bahwa keimanan kepada takdir tidak bertentangan dengan keyakinan bahwa manusia mempunyai keinginan dan pilihan dalam perbutannya serta kemampuan untuk melaksanakan nya. Hal ini ditunjukan dengan dalil dalil baik syariat maupun akal.
 a) dalil-dalil al-quran                        
       Allah SWT berfirman” itulah hari yang pasti terjadi. Maka barang siapa yang menghendaki, niscaya ia menempuh jalan kembali pada tuhannya.” (Qs. An-Naba 29).
       Firman allah Swt:” istri-istrimu adalah seperti tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat becocok tanammu itu sebagaimana saja kamu kehendaki.(Qs. Al-baqara 223)
        Fokus pengambilan dalil dari kedua ayat diatas, bahwa allah Swt memberikan kebebesan kepada manusia untuk menempuh jalan yang dapat mengantarkannya menuju keridhaanNYA. Allah juga memberikan mereka kebebasan untuk mendatangi istri-istri mereka pada tempat yang ditetapkan sekehendak mereka.
 b). Dalil-dalil as-sunnah
        Rasullulah SAW bersabda “setiap orang diantara kalian telah ditetapkan tempat duduknya di surga atau dineraka” lalu mereka bertanya, “ya Rasllulah, mengapa kita tidak bersandar kepada kitab kita dan meniggalkan usaha?” beliau menjawab “berusahalah karena semua itu akan memudahkan untuk menuju apa yang telah ditakdirkan kepadanya.”(HR. bukhari dan muslim)
 c).Dalil-dalil dari akal   
      setiap orang tau bahwa dirinya mempunyai kehendak dan kemampuan untuk mengerjakan keduanya sesuai dengan keinginannya dan meninggalkan apa yang diinginkannya.Dia bisa membedakan sesuatu  yang terjadi karena keinginanya. Seperti orang yang mimpih basah disiang bulan ramadhan, maka puasa tidak batal karena hal itu terjadi karena  bukan pilihan orang itu. Tetapi jika orang itu dengan sengaja melakukan onani sehingga keluar air mani, maka batallah puasanya karena hal itu terjadi akibat kehendak dan pilihannya.
      “yaitu bagi siapa diantara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apa bilah dikehendaki allah tuhan semesta alam.”(QS. At-takwir: 28-29).
        Ayat tersebut menegaskan bahwa manusia mempunyai kehendak yang masuk dalam kehendak allah Swt.
2.7 Ciri-ciri Ajaran jabariyah 
ü  Bahwa manusia tidak mempunyai kebebasan dan ihktiar apapun, setiap perbuatannya baik yang jahat, buruk atau baik semta allah semata yang menentukannya.
ü Bahwa allah tidak mengetahui sesuatu apapun sebelum terjadi.
ü Ilmu allah bersifat hudus (baru).
ü Iman cukup dalam hati saja tanpa harus dilafadkan.
ü Bahwa allah tidak mempunyai sifat yang sama dengan mahkluk ciptaanNya.
ü Bahwa surga dan neraka tidak kekal, dan akan hancur dan musna bersama penghuninya, karena yang kekal dan abadi hanya allah semata.
ü Bahwa allah tidak dapat dilihat di surga oleh penduduk surga.
ü Bahwa al-quran adalah mahkluk dan bukan kalamulah.       
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Dari uraian diatas kita dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
*      Paham jabariyah adalah menghilangkan perbuatan dari hamba secara hakikat dan menyadarkan perbuatan tersebut kepada allah SWT. Toko pemikiran adalah al-ja’ad ibn Dirham.
*      Aliran jabariyah ini menganut paham bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatan nya itu dalam keadan terpaksa.
*      Jabariyah nampaknya memperlihatkan paham yang saling bertentangansekalipun mereka sama-sama berpegang pada al-quran. Hal ini menunjukan betapa terbukanya kemungkinan perbedaan pendapat dalam islam.

3.2 Saran
      Setelah membaca makalah ini diharapkan agar mahasiswa dapat mengenal paham-paham yang ada dalam ajaran islam. Dan bahwasanya setiap paham itu memiliki dalil tersendiri dari Al-Quran. Sehingga di harapkan nantinya kita tidak mudah mengkafirkan paham yang lain. Perbedaan paham itu semata-mata hanyalah karena perbedaan pemahaman dalam menafsirkan Al-Quran.


DAFTAR  PUTAKA

Zanudin, M. Ilmu Tauhid Lengkap, Jakarta: Rineka Cipta, 1996.
Rozak, Abdul. Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Setia, 2006.
Abbas, Siradjuddin. I’TIQAD Ahlussunah wal Jamaah, Jakarta : t.p., 2006.
Ghazali, Muhammad. Lima Dasar Ajaran Islam, Jakarta: Restu Ilahi, 2005.
Rosihan, Anwar. Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Setia, 2006.
Nasution, Harun. Teologi Islam “Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta: U.I. Pres, 1986.
www.jamal-alfath.blogspot.com/aliran/jabariyyah.html di akses 23 Mei 2011.

No comments:

Post a Comment