Welcome to www.jamal.com
go to my homepage
Go to homepage
WELLCOME TO SITUS LO HULONDHALO

Friday, April 5, 2013

Efektivitas Pegawai Negeri Sipil dalam Meningkatkan Pelayanan Masyarakat


Pegawai negeri sebagai unsur aparatur negara dan abdi masyarakat mempunyai peran sangat penting dalam pembangunan untuk menciptakan masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur, adil, dan bermoral tinggi menyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata kepada masyarakat, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan penuh kesetiaan kepada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
Untuk melaksanakan tugas mulia itu diperlukan pegawai negeri yang mempunyai kemampuan melaksanakan tugas secara profesional dan bertanggung jawab dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Dalam kedudukan dan tugasnya, pegawai negeri harus netral dari pengaruh semua golongan dan partai politik serta tidak diskriminatif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dalam praktek, Pegawai Negeri Indonesia pada umumnya masih banyak kekurangan yaitu kurang mematuhi peraturan kedisiplinan pegawai, sehingga dapat menghambat kelancaran pemerintahan dan pembangunan nasional, antara lain adalah masih adanya jiwa kepegawaian dengan berfikir mengikuti kebiasaan bagian, bukan terletak pada kesatuan yang harmonis melainkan kesatuan pada bagian tersendiri, mempunyai bentuk dan corak yang berbeda serta kurang menghargai ketepatan waktu. "Jiwa kepegawaian yang mempunyai sifat seperti tersebut di atas akan berakibat negatif terhadap prestasi kerja pegawai negeri yang bersangkutan karena tidak adanya pengembangan pola pikir kerja sama
Untuk lebih meningkatkan peran pegawai negeri agar lebih efisien dan efektif mengisi kemerdekaan dan pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan, pegawai Republik Indonesia harus dibina sebaik-baiknya.
Efektifitas dan efisiensi setiap pegawai negeri harus selalu berhasil melaksanakan tugas secara berdaya dan berhasil guna dengan mengedepankan pelayanan kepada masyarakat yang pada gilirannya meningkatkan profesionalisme dan kesejahteraannya. Maka, dibentuklah Korps Pegawai Republik Indonesia (Korpri) pada 29 September 1971 sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 82 Tahun 1971 sebagai satu-satunya wadah untuk menghimpun dan membina selumh pegawai Republik Indonesia di luar kedinasan, guna lebih meningkatkan pengabdian dalam mengisi kemerdekaan dan melaksanakan pembangunan.
Anggota Korpri adalah pegawai negeri meliputi pegawai negeri sipil, pegawai BUMN, BUMD dan anak pemsahaannya, serta petugas yang menyelenggarakan umsan pemerintahan desa. Dalam menjalankan fungsi dan tugas sebagai organisasi pegawai Republik Indonesia, Korpri mengalami pembahan-pembahan orientasi sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan zaman.
Sebetulnya kritik inefisiensi terhadap PNS itu tidak bisa dibuat sama rata karena ada beberapa sektor yang sebetulnya masih sangat butuh tenaga, misalnya guru, dokter, dll. Inefisiensi justru lebih kepada PNS yang menjalankan roda birokrasi, seperti yang ada di kelurahan, kecamatan, dinas-dinas, dll.
Sesuai dengan tujuannya, pengangkatan besar-besaran ini diperlukan guna meningkatkan pelayanan prima kepada masyarakat. Di Indonesia, jumlah PNS hingga akhir Juni 2009 mencapai 4,38 juta orang. Terdapat ketidakseimbangan antara tenaga pelayan dan mereka yang melayani. Dikabarkan, agar masyarakat dapat dilayani perlu disediakan jutaan PNS baru. Di Indonesia, satu PNS melayani tujuh orang. Sementara di negara lain di ASEAN, satu pegawai pemerintah melayani 2-4 orang.
Memperbaiki kultur pelayan PNS saja merupakan pekerjaan rumah yang tidak gampang. Pakar kebijakan publik Imam Prasojo (2009) menyatakan rusaknya kultur pelayanan PNS disebabkan, pertama, Indonesia mempunyai budaya panjang dijajah kolonial sehingga mental itu terbawa sampai sekarang.
Kedua, hegemoni dan konotasi birokrasi menyebabkan birokrasi sebagai mesin politik yang tidak netral, kurang profesional dan tidak memiliki mental mengabdi. Ketiga, pola pendidikan pamong praja yang lekat dengan kemiliteran tidak berhasil mendidik kepemimpinan sipil yang andal dan mengayomi rakyat.
Sampai sekarang, pelayanan publik masih mengadopsi model-model penjajahan di mana pegawai negeri harus dilayani rakyat bukan melayani masyarakat. Ke depan, pandangan ini perlu diubah agar menghasilkan pelayan-pelayan prima yang benar-benar mengabdi bukan pada kekuasaan tetapi rakyat. Seleksi yang tidak bebas KKN hanya akan melestarikan kultur feodal yang telah lama melekat dalam diri aparat negara ini.
Motivasi menjadi PNS yang semata-mata hanya mengejar karier dan jaminan pekerjaan sering kali merusak kultur dan citra PNS. Maklum, ketika pekerjaan yang dikejar maka menghalalkan segala cara pun dilakukan. Dengan begitu angan-angan menjadikan PNS sebagai masyarakat pelayan sering ternodai sejak seleksi yang kurang menjunjung tinggi etika dan transparansi.
Di tengah sulitnya menembus lapangan kerja belakangan ini, status sebagai PNS menjadi idola dalam masyarakat. Banyak mertua mencari menantu yang berstatus PNS. Menjadi PNS identik dengan jaminan masa depan yang cerah termasuk menerima pensiun. Bagi sebagian besar masyarakat, status itu dianggap bergengsi. Dan untuk ukuran Indonesia yang masih miskin, menjadi PNS adalah idaman semua orang.
Sayangnya, setiap kali musim penerimaan CPNS selalu muncul dugaan adanya kongkalikong antara peserta seleksi dan orang-orang dalam dari instansi pemerintah yang bisa memberikan jalan masuk menjadi CPNS. Meski sering kali sulit dibuktikan hitam di atas putih tetapi aroma KKN itu demikian menyengat. Santer terdengar kabar mereka yang hendak menjadi CPNS harus menyediakan dana puluhan juta rupiah agar dapat lolos.
Yang menarik, masyarakat cenderung percaya rekrutmen CPNS tidak mungkin tanpa suap. Maka, segala upaya ditempuh masyarakat agar dapat lolos menjadi CPNS meski dengan menyediakan banyak uang. Baginya, asal ada kepastian tidak peduli yang penting dapat lolos. Masyarakat sudah telanjur tidak percaya bahwa seleksi CPNS benar-benar bisa transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Padahal dengan seleksi mengandalkan uang dalam jumlah besar berpotensi mematikan pegawai yang bersangkutan kelak.
Karena kursi kepegawaian mereka telah dibeli, sulit diharapkan adanya pelayanan prima dan dapat dipertanggungjawabkan. Yang ada adalah upaya mengembalikan modal yang telah ditanam termasuk dengan korupsi. Sejatinya, reformasi birokrasi harus dimulai dengan proses rekrutmen CPNS. Para penyelenggara ujian CPNS harus mewaspadai modus-modus kecurangan selama proses rekrutmen antara lain perjokian dan pembocoran materi soal ujian. Sebab itu, panitia rekrutmen perlu menyediakan kotak pengaduan yang memadai. Kotak ini disediakan di tempat terbuka dan bisa diakses semua orang. Kotak pengaduan bermanfaat untuk menekan adanya kecurangan selama proses rekrutmen.
Dalam kenyataannya pelayanan yang diberikan pegawai belum sesuai dengan yang diharapkan. Adanya anggapan bahwa di era otonomi daerah, kualitas pelayanan publik justru semakin buruk dari sebelumnya (Sherwod 1997:7 dalam Revida 2007:1) bahwa profesionalisme pelayanan pemerintah didaerah sedang mengalami kemunduran. Aparatur Negara atau pemerintah sebagai abdi negara dan abdi masyarakat diperlukan untuk melaksanakan kegiatan dan kebijaksanaan yang dibuat oleh pemerintah dalam melakukan pembangunan nasional. Dalam hal ini diperlukan pegawai yang profesional agar mampu meningkatkan mutu, pengetahuan, keterampilan karena didorong dengan banyaknya tanggung jawab tugas pemerintah serta pengabdiannya kepada masyarakat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki pegawai. Pegawai atau aparatur pemerintah yang profesional sangat berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap kemajuan dan peningkatan kualitas pelayanan organisasi pemerintah. Hal ini disebabkan bahwa pegawai pemerintah sebagai penentu, perencana, pelaksana, dan pengawas administrasi pemerintahan.
Kurangnya profesionalisme aparatur dalam pengelolaan pelayanan publik mengakibatkan kurangnya kemauan untuk berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan dan adanya rasa apatis masyarakat terhadap pemerintahan mengakibatkan masyarakat merasa tersisihkan dari proses pemerintahan. Dari berbagai bidang pekerjaan yang digeluti aparatur pemerintah jelas sekali yang menjadi permasalahan adalah menyangkut kekurang-profesionalan pegawai dalam melaksanakan tugas-tugas penting yang dipercayakan kepadanya sehingga mengakibatkan banyak kerugian di pihak masyarakat yang sangat menginginkan hasil kerja pegawai yang optimal dalam memberikan pelayanan publik.
Mengingat pentingnya profesionalisme kerja sebagai persyaratan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik, maka setiap pegawai dituntut untuk senantiasa meningkatkan profesionalismenya, berdasarkan asumsi saya terlihat bahwa profesionalisme kerja pegawai belumlah sesuai dengan kondisi yang diharapkan yaitu profesionalisme kerja yang dapat mendukung terlaksananya dan terwujudnya kualitas pelayanan yang lebih baik.
Cara mengatasi keluhan masyarakat  yang perlu diperhatikan antara lain;
a.      Masyarakat biasanya marah pada saat menyampaikan keluhan. Oleh karena itu petugas pelayanan jangan sampai terpancing untuk ikut marah;
b.      Petugas pelayanan tidak boleh memberikan janji-janji yang sebenarnya sulit dipenuhi serta tidak menjanjikan sesuatu yang berada di luar wewenangnya.
c.      Jika permasalahan tidak dapat diselesaikan sedangkan petugas sudah berbuat maksimal, petugas harus berani menyatakan menyerah dengan jujur.
d.      Ada pelanggan yang selalu mengeluh.
Aparatur pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan bagi masyarakat sekaligus sebagai penanggung jawab fungsi pelayanan umum di Indonesia yang mengarahkan tujuannya kepada public service, memikirkan dan mengupayakan tercapainya sasaran pelayan kepada seluruh masyarakat dalam berbagai lapisan. Hal ini mengharuskan pihak pemerintah senantiasa mengadakan pembenahan menyangkut kualitas pelayanan yang dihasilkan. Pelayanan yang berkualitas berarti pelayanan yang mampu memberi kepuasan kepada pelanggan (masyarakat) dan mampu memenuhi harapan masyarakat. Sebab pelanggan adalah orang yang menerima hasil pekerjaan. Oleh sebab itu hanya pelanggan (masyarakat) yang dapat menentukan kualitas pelayanan dan mereka pula yang dapat menyampaikan apa dan bagaimana kebutuhan mereka.
Pelayanan publik merupakan tanggung jawab pemerintah atas kegiatan yang ditujukan untuk kepentingan publik atau masyarakat. Dengan demikian, kegiatan tersebut mengandung adanya unsur-unsur perhatian dan kesediaan serta kesiapan dari pegawai pemerintah. Rasa puas masyarakat dalam pelayanan publik akan terpenuhi ketika apa yang diberikan oleh pegawai sesuai dengan apa yang mereka harapkan selama ini, dimana dalam pelayanan tersebut terdapat tiga unsur pokok yaitu biaya yang relatif lebih murah, waktu untuk mengerjakan relatif lebih cepat dan mutu yang diberikan relatif lebih bagus.
Pegawai negeri sipil yang bertugas yang memberi pelayanan harus memberi citra positif kepada penerima pelayanan yaitu masyarakat, dengan memperhatikan :
e.      Aspek komunikasi dan psikologi serta perilaku melayani.
f.       Mempunyai empathi dan mampu merubah keluhan penerima menjadi senyuman.
g.      Selaras cara penyampaian layanan melalui nada, tekanan dan kecepatan suara, sikapm tubuh , mimik dan pandangan mata.
h.      Mengenal siapa dan apa yang menjadi kebutuhan penerima pelayanan.
i.        Berada ditempat yang ditentukan pada waktu dan jam pelayanan.
Adapun untuk memaksimalkan pelayanan kepada masyarakat maka pegawai negeri sipil perlu memperhatikan Pengaduan Masyarakat, sehingga dapat dilakukan upaya sebagai berikut:
1.        Perlu disediakan akses kepada masyarakat berupa kotak pengaduan, kotak pos atau satuan tugas penerima untuk memberikan informasi, saran atas pelayanan yang diperoleh.
2.        Kepada setiap orang yang menyampaikan pengaduan, diberikan surat /formulir sebagai tanda bukti pengaduan.
3.        Apabila dalam pengaduan terdapat masyarakat yang dirugikan, perlu dipertimbangkan pemberian kompensasi.
4.        Apabila dalam pengaduan ternyata terjadi penyimpangan yang dilakukan oleh petugas pelayanan, maka perlu diberikan sangsi kepada petugas yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat maka pegawai negera sipil yang besangkutan sesuai dengan tugas dan fungsinya perlu memperhatikan petunjuk teknis transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pelayanan publik yaitu; Prosedur pelayanan, Persyaratan teknis dan administratif Pelayanan, Rincian biaya pelayanan, Waktu penyelesaian pelayanan, Pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab, Lokasi pelayanan, Janji Pelayanan, Standar pelayanan public, Informasi pelayanan, dan Akuntabilitas Pelayanan Publik.

Pentingnya Bimbingan Konseling Dalam Peningkatan Prestasi Belajar Siswa


Hakikat manusia dan manusia seutuhnya memberikan gambaran mengenai tuntutan terhadap perikehidupan manusia dan potensi yang ada pada diri manusia. Manusia dituntut untuk mampu mengembangkan dan menyesuaikan diri terhadap masyarakat.dan untuk itu memang manusia telah dilengkapi dengan berbagai potensi, baik potensi yang berkenaan dengan keindahan dan ketinggian derajat kemanusiaannya maupun yang berkenaan dengan dimensi kemanusiaannya itu, yang memungkinkannya untuk memenuhi tuntutan masyarakat tersebut. Pemenuhan terhadap tuntutan perkembangan masyarakat sekaligus memerlukan pengembangan individu warga masyarakat secara serasi, selaras dan seimbang.
            Sebagaimana telah dikemukakan, bahwa pengembangan kemanusiaan seutuhnya hendaknya mencapai pribadi-pribadi peserta didik  yang pendiriannya matang, dengan kemampuan sosial yang menyejukkan, kesusilaan yang tinggi, dan keimanan serta ketakwaan yang dalam.
Untuk hal tersebut, maka konseling memberikan peranan yang sangat penting. Terlebih lagi dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa. Ada beberapa faktor yang menyebabkan pentingnya konseling dilakukan kepada peserta didik disekolah. Faktor-faktor tersebut, yaitu :
1.      Pada diri individu terdapat masa–masa kritis dalam tiap masa perkembangan individu, terutama dalam masa remaja.
2.      Pada kondisi luar individu seperti kondisi teknologi yang berkembang pesat, kondisi nilai-nilai demokratis, nilai-nilai humanistik, nilai-nilai etika pergaulan, kondisi struktural dan kebidangan dalam  dan lapangan kerja.12
Labih lanjut lagi, S. Narayana mengemukakan pentingnya Konseling disebabkan oleh beberapa indikator, yakni :
Konseling sangat diperlukan karena factor-faktor seperti kepesatan industrialisasi, peningkatan pengetahuan, ledakan penduduk, urbanisasi, pergolakan ekonomi, inovasi-inovasi, teknologi, ketidak seimbangan ekologi, kompetisi berlebihgan, birokrasi impersonal, pertambahan pesat konsumsi sumber-sumber daya, ketakutan akan datangnya bencana alam, dan sebagainya.13

            Bruce Shertzer dan Shelly C. Stone, mengemukakan ada beberapa faktor yang menyebabkan pentingnya Konseling dilakukan bagi peserta didik di Sekolah, sebagai upaya meningkatkan prestasi siwa,adalah :
a.       Dalam menghadapi saat – saat krisis yang dapat terjadi, misalnya kurangnya belajar, kegagalan sekolah, kegagalan pergaulan, penyalahgunaan obat terlarang.
b.      Adanya kesulitan pemahaman diri dan lingkungan untuk arah diri dan pengambilan keputusan dalam sekolah, dan pergaulan sosial.
c.       Mencegah sedapat mungkin kesulitan yang dihadapi dalam pergaulan seksual.
d.      Dalam menopang kelancaran perkembangan individual siswa seperti perkembangan kemandirian, percaya diri,citra-diri, perkembangan karir dan perkembangan akademik.14
Adapun pentingnya konseling dilakukan bagi peserta didik, menurut C.H Patterson, disebabkan pada beberapa ciri khas,
1.      Konseling berurusan dengan upaya mempengaruhi perubahan tingkah laku secara sadar pada klien.
2.      Tujuan konseling adalah mendapatkan kondisi-kondisi yang memudahkan perubahan secara sadar.
3.      Sebagaimana dalam semua hubungan, terdapat pembatasan-pembatasan tertentu bagi konseling.
4.      Kondisi-kondisi yang memudahkan perubahan tingkah laku diperoleh melalui interviu-interviu.
5.      Mendengarkan dengan penuh perhatian berlangsung dalam konseling.
6.      Konselor memahami kliennya.
7.      Keberadaan konseling bersifat pribadi (privacy) dan diskusi atau pembicaraan bersifat rahasia, dasarnya bersifat rahasia (comfidential).14

Kenyataan yang sering dijumpai adalah keadaan pribadi yang kurang berkembang dan rapuh, kesosialan yang panas dan sangar, kesusilaan yang rendah, dan keimanan serta ketakwaan yang dangkal. Sehubungan dengan hal itu dalam proses pendidikan banyak dijumpai permasalahan yang dialami oleh siswa selaku peserta didik. Hal ini mengakibatkan potensi yang terdapat pada diri mereka tidak berkembang secara optimal, siswa yang berbakat tidak dapat mengembangkan bakatnya, siswa yang kecerdasannya tinggi kurang mendapatkan rangsangan dan fasilitas pendidikan sehingga bakat dan kecerdasan yang merupakan karunia Tuhan yang tak ternilai harganya itu menjadi terbuang sia-sia. Siswa yang kurang beruntung tidak memiliki bakat tertentu dan yang kecerdasan tidak cukup tinggi lebih tersia-sia lagi perkembangannya. Pelayanan khusus kepada siswa kurang diberikan sehingga mereka makin tidak mampu mengejar tuntutan pelajaran pada tingkat yang lebih rendah sekalipun.
            Tingkat kenakalan remaja dan perkelahian pelajar yang semakin meningkat menunjukkan gejala kurang berkembangnya dimensi sosial dan dimensi kesusilaan para siswa. Demikian juga kurangnya penghayatan terhadap nilai-nilai ketuhanan dan praktek-praktek kehidupan yang tiada didasarkan atas kaidah-kaidah agama menggambarkan kurang mantapnya pengembangan dimensi keagamaan. Permasalahan yang banyak terjadi di masyarakat, seperti pertengkaran antar warga masyarakat, rendahnya disiplin kerja, pengangguran, pencurian, perjudian, kumpul kebo, dan sebagainya merupakan gejala rendahnya pengembangan dimensi kemanusiaan.
            Adapun sumber permasalahan yang dihadapi oleh siswa diantaranya adalah masalah yang berada diluar diri mereka sendiri yakni sikap orang tua dan anggota keluarga,keadaan keluarga secara keseluruhan,pengaruh film televisi–video, iklim kekerasan dan kekurangan kedisiplinan yang berlangsung di masyarakat, kelompok-kelompok sebaya yang bertindak menyimpan dari berbagai faktor negatif lainnya dalam kehidupan sosial diluar sekolah semuanya menunjang timbulnya masalah pada anak-anak yang keberadaan mereka berpredikat sebagai pelajar.
            Meskipun demikian, cukup disadari pula bahwa suasana kelas dan sekolah secara keseluruhan yang kering dan mandul, hubungan murid-murid dan guru yang rapuh dan keras, merajalelanya ketidak acuan, tuntutan akan kepatuhan yang mutlak dan peniruan yang membabi buta persaingan yang tidak sehat, pola tingkah laku yang serba tunggal dan tiada demokratis, dan lain sebagainya, semuanya akan menjegal kesehatan mental anak didik.
                Persoalan di atas membutuhkan pemecahan yang sangat serius dalam membangun sumber daya manusia bangsa Indonesia. Konseling adalah merupakan jawaban dari permasalahan yang ditimbulkan akibat berbagai faktor sebagai dampak dari lajunya Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini. Oleh karena itu konseling telah mengarahkan dalam rangka menemukan pribadi siswa. Hal ini dimaksudkan untuk membantu siswa mengenal kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya sendiri. Dalam proses konseling, konselor/guru BK mengarahkan dan membantu siswa  agar dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan  sosial, ekonomi budaya serta alam yang ada. Oleh karena itu pentingnya konseling terhadap siswa  sebagai upaya untuk membimbing siswa agar dapat merencanakan masa depan untuk mempersiapkan diri membangun karir yang lebih cerah dan gemilang di masa mendatang.


12 Andi Mappiare, Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Surabaya : Usaha Nasional,1984) h. 100
                        13 Andi Mappiare, Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Surabaya : Usaha Nasional, 1984) h. 100
14 Bruce Shertzer dan Shelly C. Stone, Fundamentals of Counseling, (Boston : Hougten Mifflin Company, 1974)  h. 22
14 C.H Patterson, The Counselor in The School (New York, McGraw-Hill Book Company,1967) h. 219

Menggali Nilai-Nilai Kewirausahaan dalam Islam


Rumusan nilai-nilai kewirausahaan haruslah menggambarkan pribadi yang integral tidak parsial, karena harus mencerminkan nilai spiritual-religius, yaitu adanya unsur ketauhidan dalam jiwa seorang wirausaha, selain menjadi  Pribadi yang aktif menjalankan bisnis juga harus menimiliki jiwa yang memiliki muatan nilai-nilai  yang bersumber dari agama.
Watak Kewirausahaan yang harus dimilki oleh seorang muslim dalam berwirausaha adalah hal yang mutlak agar dalam berwirausaha tetap berada dalam kaedah dan syari’at Islam, Sehingganya dapat dijabarkan sebagai berikut:
  1. Percaya diri, minim ketergantungan, optimisme rezeki di tangan Allah.
  2. Haus prestasi, berorientasi profit & benefit, tekun & tabah, tekad kuat, giat kerja keras, enerjikdan penuh inisiatif.
  3. Berani mengambil resiko, suka pada tantangan,setelah kesulitan ada kemudahan
  4. Bertingkah laku pemimpin, dpt bergaul dgn org lain, menggapi saran dan kritik
  5. Inovatif, kreatif, luwes, punya banyak sumber, serba bisa & banyak tahu
  6. Pandangn ke Depan, Visioner
Adapun Motif Berwirausaha Dalam Bidang Perdagangan menurut ajaran agama Islam, yaitu:[1]
  1. Berdagang bukan buat Cari Untung besar
Pekerjaan berdagang adalah sebagian dari pekerjaan bisnis yang sebagian besar bertujuan untuk mencari laba sehingga seringkali untuk mencapainya dilakukan hal-hal yang tidak baik. Padahal ini sangat dilarang dalam agama Islam. Seperti diungkapkan dalam hadis : “ Allah mengasihi orang yang bermurah hati waktu menjual, waktu membeli, dan waktu menagih piutang.”
Pekerjaan berdagang masih dianggap sebagai suatu pekerjaan yang rendahan karena biasanya berdagang dilakukan dengan penuh trik, penipuan, ketidakjujuran, dll.
2.      Berdagang adalah Hobi
Konsep berdagang adalah hobi banyak dianut oleh para pedagang dari Cina. Mereka menekuni kegiatan berdagang ini dengan sebaik-baiknya dengan melakukan berbagai macam terobosan.Yaitu dengan open display (melakukan pajangan di halaman terbuka untuk menarik minat orang), window display (melakukan pajangan di depan toko), interior display (pajangan yang disusun didalam toko), dan close display (pajangan khusus barang-barang berharga agar tidak dicuri oleh orang yang jahat).
3.      Berdagang Adalah Ibadah
Bagi umat Islam berdagang lebih kepada bentuk Ibadah kepada Allah swt. Karena apapun yang kita lakukan harus memiliki niat untuk beribadah agar mendapat berkah. Berdagang dengan niat ini akan mempermudah jalan kita mendapatkan rezeki. Para pedagang dapat mengambil barang dari tempat grosir dan menjual ditempatnya. Dengan demikian masyarakat yang ada disekitarnya tidak perlu jauh untuk membeli barang yang sama. Sehingga nantinya akan terbentuk patronage buying motive yaitu suatu motif berbelanja ketoko tertentu saja.
Berwirausaha memberi peluang kepada orang lain untuk berbuat baik dengan cara memberikan pelayanan yang cepat, membantu kemudahan bagi orang yang berbelanja, memberi potongan, dll. Perbuatan baik akan selalu menenangkan pikiran yang kemudian akan turut membantu kesehatan jasmani. Hal ini seperti yang diungkapkan dalam buku The Healing Brain yang menyatakan bahwa fungsi utama otak bukanlah untuk berfikir, tetapi untuk mengembaliakn kesehatan tubuh. Vitalitas otak dalam menjaga kesehatan banyak dipengaruhi oleh frekwensi perbuatan baik. Dan aspek kerja otak yang paling utama adalah bergaul, bermuamalah, bekerja sama, tolong menolong, dan kegiatan komunikasi dengan orang lain.
4.      Perintah Kerja Keras
Kemauan yang keras dapat menggerakkan motivasi untuk bekerja dengan sungguh-sungguh. Orang akan berhasil apabila mau bekerja keras, tahan menderita, dan mampu berjuang untuk memperbaiki nasibnya. Menurut Murphy dan Peck, untuk mencapai sukses dalam karir seseorang, maka harus dimulai dengan kerja keras. Kemudian diikuti dengan mencapai tujuan dengan orang lain, penampilan yang baik, keyakinan diri, membuat keputusan, pendidikan, dorongan ambisi, dan pintar berkomunikasi. Allah memerintahkan kita untuk tawakkal dan bekerja keras untuk dapat mengubah nasib. Jadi intinya adalah inisiatif, motivasi, kreatif yang akan menumbuhkan kreativitas untuk perbaikan hidup. Selain itu kita juga dianjurkan untuk tetap berdoa dan memohon perlindungan kepada Allah swt sesibuk apapun kita berusaha karena Dialah yang menentukan akhir dari setiap usaha.
5.      Perdagangan/ Berwirausaha Pekerjaan Mulia Dalam Islam
Pekerjaan berdagang ini mendapat tempat terhormat dalam ajaran Islam, seperti disabdakan Rasul :
Mata pencarian apakah yang paling baik, Ya Rasulullah?”Jawab beliau: Ialah seseorang yang bekerja dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang bersih.” (HR. Al-Bazzar).

Dalam QS.Al-Baqarah:275 dijelaskan bahwa Allah swt telah menghalalkan kegiatan jual beli dan mengharamkan riba. Kegiatan riba ini sangat merugikan karena membuat kegiatan perdagangan tidak berkembang. Hal ini disebabkan karena uang dan modal hanya berputar pada satu pihak saja yang akhirnya dapat mengeksploitasi masyarakat yang terdesak kebutuhan hidup.



[1] DePorter, , Super Muslim, POSITIP-SEMANGATVISIONER, PT Mizan Pustaka, Bandung. 2007

Media pembelajaran al-Qur’an hadits


Secara umum manfaat media pembelajaran yang akan digunakan sebagai media utama pembelajaran Al Qur’an Hadits dapat dikatakan untuk memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih efektif dan efisien, baik  dari segi teroritis maupun praktikum yang pada akhirnya teraplikasi dalam tindakan.
Ada beberapa jenis media pembelajaran yang biasa digunakan dalam proses pengajaran al-Qur’an hadits, antara lain :
  1. Media Grafis
Media grafis termasuk media visual, sebagaimana halnya media yang lain media grafis berfungsi menyalurkan pesa dari sumber kepenerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan.pesan yang akan disampaikan dituangkan kedalam simbol-simbol komunikasi visual.
Simbol-simbol tersebut perlu dipahami benar artinya agar proses penyampaianpesa dapa berhasil da efisien. Selain fungsi umum tersebut, secara khusus grafis berfungsi pula untuk menarikperhatian,memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan. Selain sederhana dan mudah pembuatannya media grafis termasuk media yang relative mura ditinjau dari segi biayanya. Banyak jenis media grafis diantaranya:
a. Gambar/Foto
Di antara media pendidikan, gambar/foto adalah media yang paling umum dipakai. Dia merupakan bahasa ynag paling umm, yang dapat dimengerti dan dapat dinikmati dimana-mana. Oleh karena itu pepatah cina yang mengatakan bahwa sebuah gambar berbicara lebih banyak daripada seribu kata.
b. Sketsa
Sketsa adalah gambar yang sederhana, atau draf kasar yang melukiskan bagian-bagian pokoknya tanpa detail. Karena setiap orang yang normal dapat belajar menggambar, setiap guru yang baik dapatlah menuangkan ide-idenya kedalam bentuk sketsa. Sketsa, selain dapat menarik perhatian murid, menghindari verbalisme dan dapat memperjelas penyampaian pesan, harganyapun tidak perlu dipersoalkan sebab madia ini dibuat langsung oleh guru.
Sketsa dapat dibuat secara cepat sementara guru menerangkan, dapat pula dipakai untuk tujuan tersebut.
2. Teks
Media ini membantu pembelajar fokus pada materi yang disiswai karena pembelajar cukup mendengarkan tanpa melakukan aktivitas lain yang menuntut konsentrasi, serta sangat cocok bila digunakan sebagai media untuk memberikan motivasi. Akan tetapi media teks di dalam multimedia memerlukan tempat penyimpanan yang besar di dalam komputer, serta memerlukan software dan hardware yang spesifik agar suara dapat disampaikan melalui komputer.
3. Audio
Media audio memudahkan dalam mengidentifikasi obyek-obyek, mengklasifikasikan obyek, mampu menunjukkan hubungan spatial dari suatu obyek, membantu menjelaskan konsep abstrak menjadi konkret
4. Graphics
Media Grafik mampu menunjukkan obyek dengan idea, menjelaskan konsep yang sulit, menjelaskan konsep yang abstrak menjadi konkrit, menunjukkan dengan jelas suatu langkah procedural.
1.      Animasi
Media Animasi mampu menunjukkan suatu proses abstrak di mana pengguna ingin melihat pengaruh perubahan suatu variabel terhadap proses tersebut. Namun media Animasi menyediakan suatu tiruan yang bila dilakukan pada peralatan yang sesungguhnya terlalu mahal atau berbahaya (misal simulasi melihat bentuk tegangan listrik dengan simulasi oscilloscope atau melakukan praktek menerbangkan pesawat dengan simulasi penerbangan).
6. Video
Video mungkin saja kehilangan detail dalam pemaparan materi karena siswa harus mampu mengingat detail dari scene ke scene. Umumnya pengguna menganggap belajar melalui video lebih mudah dibandingkan melalui teks sehingga pengguna kurang terdorong untuk lebih aktif di dalam berinteraksi dengan materi. Video memaparkan keadaan riil dari suatu proses, fenomena atau kejadian sehingga dapat memperkaya pemaparan. Video sangat cocok untuk mengajarkan materi dalam ranah perilaku atau psikomotor.
Pemilihan media pembelajaran qur’an hadits dengan menggunakan multi media dapat digunakan dalam pembelajaran di dalam kelas atau pembelajaran sendiri. Bisa juga digunakan untuk pembelajaran di rumah dan di sekolah. Sesi pembelajaran bisa disesuaikan dengan tahap penerimaan dan pemahaman siswa.
Upaya membuat anak betah belajar di sekolah dengan pemilihan media yang tepat merupakan kebutuhan, sehingga sekolah tidak lagi menjadi ruangan yang menakutkan dengan berbagai tugas dan ancaman yang justru mengkooptasi kemampuan atau potensi dalam diri siswa. Untuk itu, peran serta masyarakat dan orang tua, komite sekolah merupakan partner yang dapat merencanakan dan memajukan sekolah. Pemanfaatan teknologi merupakan kebutuhan mutlak dalam dunia pendidikan sehingga sekolah benar-benar menjadi ruang belajar dan tempat siswa mengembangkan kemampuannya secara optimal, dan nantinya mampu berinteraksi ke tengah-tengah masyarakatnya. Lulusan sekolah yang mampu menjadi bagian intergaral peradaban masyarakatnya. Keinginan tersebut tidak mudah dicapai apabila sekolah-sekolah yang ada tidak tanggap untuk melakukan perubahan.
Selain memiliki ciri dan karakteristik tersendiri pemilihan media dalam pembelejaran Qur’an Hadits juga dapat memberikan manfaat dan fungsi yang signifikan.
Fungsi media dalam pembelajaran Qur’an Hadits, diantaranya :
  1. Fungsi atensi
  2. Fungsi Apektif
  3. Fungsi Kognitif
  4. Fungsi Kompensatoris
  5. Fungsi Psikomotoris
  6. Fungsi Evaluasi
Manfaat media dalam pembelajaran Qur’an Hadits, diantaranya :
  1. Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan
  2. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
  3. Efisiensi dalam waktu dan tenaga
  4. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
  5. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja
  6. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar
  7. Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.


[1] Adaptasi dan disarikan dari: Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Indikator

Sumber belajar Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits


Mata pelajaran Qur’an Hadis adalah bagian dari mata pelajaran pendidikan Agama Islam pada madrasah Ibtidaiyah yang dimaksudkan untuk memberikan motivasi, bimbingan, pemahaman, kemampuan dan penghayatan terhadap isi yang terkandung dalam Qur’an dan Hadis sehingga dapat diwujudkan dalam perilaku sehari-hari sebagai manifestasi Iman dan taqwa kepada Allah SWT.[1]
1.      Pesan (Message)
Dalam penelitian ini, pesan atau informasi yang disampaikan adalah materi yang disimak berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SK dan KD) kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Pesan yang tersedia dalam hal ini sesuai pengamatan penulis adalah materi Qur’an Hadits yang sesuai dengan KTSP.
2.      Orang (Man)
Guru mata pelajaran al-Qur’an hadits adalah salah satu sumber belajar yang berperan penting, terutama sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran menyimak mata pelajaran. Juga siswa, sebagai pusat pembelajaran, merupakan sumber belajar yang dapat berbagi pesan atau informasi secara aktif dan kreatif, baik sesama siswa maupun kepada guru.
3.      Alat (Devices)
Alat adalah sesuatu (biasa pula disebut hardware atau perangkat keras) yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang tersimpan di dalam bahan, alat yang digunakan penelitian ini dalam pembelajaran menyimak di antaranya:buku paket, al-Qur’an dan terjemahnya,  Tape, TV, radio,  VCD player, LCD proyektor dan lain-lain.
4.      Metode (Method)
Metode atau teknik adalah prosedur rutin atau acuan yang disiapkan untuk menggunakan bahan, peralalatan, orang dan lingkungan untuk menyampaikan pesan. Dalam pembelajaran, metode merupakan indikator penting yang harus digunakan oleh guru, karena metode ini akan sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah metode ceramah, metode pemberian tugas, metode hafalan, metode keteladanan dan metode pembiasaan.
5.      Lingkungan (Setting)
Lingkungan adalah situasi sekitar tempat pesan diterima, misalnya lingkungan fisik dan nonfisik. Lingkungan yang diberdayakan dalam penelitian ini di antaranya: ruang kelas, lingkungan madrasah taman, ruang audiovisual, dan sebagainya. Lingkungan yang baik, kondusif dan memperhatikan aspek siswa akan menimbulkan efek belajar yang baik pula, misalnya suasana belajar yang menyenangkan dan tidak menimbulkan kebosanan bagi siswa. Dari hasil pengamatan dapat dijelaskan bahwa kondisi lingkungan baik kelas maupun madrasah cukup mendukung terselanggaranya proses pembelajaran Qur’an Hadits.


[1] Tim Rahmatika, Qur’an Hadits MI Kelas VI, (Semarang: PT. Bina Ilmu, 2004), h. 5.

Rumusan Indikator Pembelajaran Al-Qur’an Hadits


Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. [1]
Dalam mengembangkan indikator perlu mempertimbangkan:
1.      tuntutan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakan dalam KD;
2.      karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah;
3.      potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan/ daerah.
Dalam mengembangkan pembelajaran dan penilaian, terdapat dua rumusan indikator, yaitu:
1.      Indikator pencapaian kompetensi yang dikenal sebagai indikator;
2.      Indikator penilaian yang digunakan dalam menyusun kisi-kisi dan menulis soal yang di kenal sebagai indikoator soal.
Indikator dirumuskan dalam bentuk kalimat dengan menggunakan kata kerja operasional. Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua hal yaitu tingkat kompetensi dan materi yang menjadi media pencapaian kompetensi.
Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua hal, yaitu tingkat kompetensi dan materi yang menjadi media pencapaian kompetensi, unsur-unsur secara lengkap dikenal dengan ABCD (Audience, Behavior, Condition, dan Degree)(Suparman, 1995).
1.      AudienceAudienceadalah pebelajar yang akan belajar.
2.      BehaviorBehavior adalah perilaku yang spesifik yang akan dimunculkan oleh pebelajar setelah selesai proses pembelajarannya.
3.      ConditionCondition adalah batasan yang dikenakan kepada pebelajar atau alat yang digunakan pebelajar saat mereka dites, bukan pada saat mereka belajar.
4.      DegreeDegree adalah tingkat keberhasilan pebelajar dalam mencapai perilaku tersebut.

Contoh Perumusan Indikator
Merumuskan indikator dalam sebuah pembelajaran merupakan hal yang sangat penting. Demikian pula dalam proses pembelajaran mengartikan Al-Qur’an dan Hadits ini perlu dirumuskan indikatornya. Indikator yang dirumuskan ini menjadi acuan dalam melihat keberhasilan proses pembelajaran dan proses penilaian.
Secara garis besar indikator pembelajaran mengartikan Al-Qur’an dan Hadits adalah diupayakan agar murid mampu:
a.       Mengartikan ayat-ayat Al-Qur’an dengan lancar dan benar
b.      Mengartikan hadits dengan lancar dan benar
Secara lebih rinci penjabaran dan perumusan indikator yang disebutkan di atas adalah sebagai berikut:
1. Mengartikan ayat-ayat Al-Qur’an dengan lancar dan benar
Dalam proses pembelajaran mengartikan ayat-ayat Al-Qur’an ini dilakukan secara bertahap. Langkah awal yang dilakukan adalah murid diajarkan cara mengartikan kosa kata yang terdapat dalam ayat-ayat yang sedang dipelajari. Setelah seluruh kosa kata dari ayat-ayat ini dikuasi artinya, murid diajarkan untuk mengartikan ayat demi ayat. Kondisi ini pada gilirannya akan menjadikan siswa mampu untuk mengartikan keseluruhan ayat dari surat yang sedang dipelajari. Dengan demikian indikator ketercapaian pembelajaran mengartikan ini, diusahakan murid mampu mengartikan ayat-ayat Al-Qur’an dengan lancar dan benar.
2. Mengartikan hadits dengan lancar dan benar
Proses yang sama juga terjadi dalam pembelajaran mengartikan hadits. Pada awalnya murid diajarkan untuk mengartikan kosa kata yang terdapat dalam suatu hadits. Setelah semua kosa kata yang terdapat dalam hadits yang dipelajari ini diketahui artinya, murid diajarkan untuk mengartikan hadits secara utuh. Dengan demikian indikator ketercapaian pembelajaran mengartikan ini, diusahakan murid mampu mengartikan hadits dengan lancar dan benar.


[1] Adaptasi dan disarikan dari: Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Indikator