BAB I
PENDAHULUAN
A. Rumusan Masalah
Zaman sekarang, merupakan zaman yang sangat luar biasa dalam bidang keduniaan. Namun zaman ini merupakan lampu kuning dalam hal keagamaan/religius. Apalagi dalam bidang pengetahuan “dalam hal ini ialah pengetahuan keagamaan/religius”
Oleh karena hal itulah, penulis menyusun makalah Wahyu, Al-Qur’an dan Kenabian ini agar dapat membantu para pembaca, untuk lebih memahami hal-hal yang sangat perlu diketahui oleh sekalian pembaca. Yakni masalah yang berkaitan dengan kitab suci kaum muslimin yang menjadi pedoman hidup bagi kita manusia.
Akal dan wahyu adalah suatu yang sangat urgen untuk manusia, dialah yang memberikan perbedaan manusia untuk mencapai derajat ketaqwaan kepada sang kholiq, akal pun harus dibina dengan ilmu-ilmu sehingga mnghasilkan budi pekrti yang sangat mulia yang menjadi dasar sumber kehidupan dan juga tujuan dari baginda rasulullah SAW.
Lalu apasih sebenarnya Wahyu, Al-Qur’an dan Nabi itu? Apasih urgensi ketiga hal itu dalam kehidupan manusia? Diskursus tentang wahyu dalam Islam, bukanlah sesuatu hal yang baru. Karena pembahasan tema ini telah banyak ditulis oleh para pakar dalam berbagai disiplin ilmu. Dalam pembahasan tentang wahyu sendiri secara khusus banyak ditulis di dalam kitab-kitab yang secara langsung berkaitan dengan al-Qur’an.
Dalam Islam, kebenaran di samping dapat dicapai dengan kekuatan akal, juga tidak mengesampingkan wahyu, yang merupakan pengkhabaran dari Tuhan kepada manusia.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang dibahas pada makalah ini adalah, wahyu, al-Qur’an dan Nabi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. WAHYU
1) Pengertian Wahyu
Berbicara tentang pengertian wahyu, maka akan kita dapatkan bahwa wahyu mempunyai pengertian yang multidimensi, hal ini disebabkan karena beraneka-rupa pendapat para ahli tafsir, ahli kalam dan ahli lughah. Namun pendapat-pendapat itu bila diringkaskan sarinya adalah sebagai berikut : “Wahyu adalah yang dibisikan ke dalam sukma, diilhamkan dan isyarat cepat yang lebih mirip kepada dirahasiakan daripada dilahirkan”[1].
Dalam persi lain wahyu juga dapat diartikan sebagai “pemberitaan secara tersembunyi dan cepat yang khusus ditujukan kepada seseorang tanpa ada yang mengetahuinya”[2]. Mimpi adalah merupakan bentuk sederhana dari wahyu. Sabda nabi “mimpi yang benar dari seorang yang sholeh adalah 1/46 dari wahyuKenabian”[3]
2) Urgensi/Pentingnya Wahyu
Berbicara mengenai urgensi/pentingnya wahyu, berarti kita akan membahas tentang apa maksud dari sang Ahad (Allah Swt.) menurunkan wahyu kepada beberapa utusan (nabi/rosul).
Telah kita ketahui bersama bahwa Allah Swt. Menurunkan wahyu kepada utusan-utusannya tidak lain hanya untuk memberikan petunjuk bagi manusia seluruhnya. Sebagaimana firman-Nya :
ﻧ ﻟﻚ ﺍﻟﻛﺘﺐ ﻻ ﺭﻴﺐ ﻔﻴﻪ ﻫﺪﻯ ﻠﻠﻣﺗﻗﻴﻥ
“ini adalah kitab, tidak ada keraguan padanya,
Petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa”[4]
Ayat sebelumnya merupakan sala-satu alasan Allah Swt. Menurunkan wahyu kedunia ini. Berarti jelaslah bahwa urgensi/pentingnya wahyu adalah untuk memberi petunjuk bagi kita semua.
B. AL-QURAN
1) Pengertian Al-Qur’an
Secara etimologi Al-Qur’an berarti “bacaan sempurna”[5]. Al-Qur’an juga berarti bacaan atau yang dibaca. Al-Qur’an adalah mashdar yang diartikan dengan arti isim maf’ul, yaitu maqru = yang dibaca[6].
Secara terminologi Al-Qur’an memiliki pengertian yang multidimensi, hal itu disebabkan oleh perbedaan penafsiran dari para ahli-ahli dalam bidang tertentu. Pengertian-pengertian tersebut adalah sebagai berikut :
Menurut ahli agama (‘uruf syara’), Al-Qur’an adalah nama bagi kalamullah yang diturunkan kepada nabi Muhammad Saw. Yang ditulis dalam mashhaf[7]atau mushhaf. Sedangkan menurut ahli ushul fiqh, Al-Qur’an adalah nama bagi keseluruhan Al-Qur’an dan nama bagi suku-sukunya (ayat-ayatnya). Sedangkan menurut ahli kalam, Al-Qur’an adalah yang ditunjuki oleh yang dibaca itu, yakni kalam azali yang berdiri pada dzat Allah Swt. Yang senantiasa bergerak (tak pernah diam) dan tak pernah ditimpa sesuatu bencana[8].
Dalam reverensi-reverensi yang lain juga penulis mendapatkan beberapa pengertian yang dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dan juga sangat penting untuk kita ketahui bersama yakni sebagai berikut :
Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturukan kepada nabi Muhammad Saw. Sebagai pedoman hidup bagi umat muslimin dan petunjuk bagi manusia. Kata Al-Qur’an berasal dari kata qara’a - yaqra’u – qirã’atan dan qur’ãnan yang berarti bacaan atau yang dibaca[9].
Al-Qur’an adalah firman-firman Allah Swt. Yang disampaikan oleh malaikat jibril sesuai redaksi-Nya kepada nabi Muhammad Saw. Dan diterima oleh umat Islam secara tawãtur[10].
Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan kepada rosul dan nabi-Nya yang terakhir Muhammad Saw. Melalui malaikat jibril dan disampaikan kepada umat manusia sampai akhir zaman[11].
Dari semua pengertian diatas maka kita dapat menyimpulkan bahwa Al-Qur’an adalah wahyu ilahi (Allah Swt.) yang disampaikan kepada rosul dan nabi terakhir (Muhammad Saw.) melalui malaikat Jibril, secara mutawatir, dan disampaikan kepada umat sampai akhir zaman.
Kemudian, apabila pengertian-pengertian kalimat Al-Qur’an kita tinjau lebih jauh, terdapatlah disekitarnya lima pendapat[12] :
Pertama : pendapat Asy Syafi’y yaitu, lafadh Al-Qur’an yang dita’rifkan dengan Al tidak berhamzah (tidak berbunyi An) dan bukan diambil dari sesuatu kalimat lain tidak diambil dari qara’tu sama dengan aku telah baca. Kalimat itu nama resmi dari kalamullah yang diturunkan kepada nabi Muhammad Saw. Menurut ini, kita harus baca Al-Qur’an dengan tidak membunyikan.
Kedua : pendapat yang dinukilkan dari Al Asy’ary dan beberapa golongan lain yaitu, lafadh Qur’an diambil dari lafadh qarana yang berarti menggabungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Kemudian lafadh Qur’an itu dijadikan nama kalamullah yang diturunkan kepada nabi-Nya. Dinamai wahyu Illah ini dengan Al-Qur’an, mengingat bahwa surat-suratnya, ayat-ayatnya dan huruf-hurufnya, beriring-iring dan yang satu digabungkan dengan yang lain.
Ketiga : pendapat Al Farra’ yaitu, lafadh Qur’an diambil dari kata qara’in (karinah-karinah), mengingat bahwa ayat-ayat Qur’an itu satu sama lain benar membenarkan. Dan kemudian dijadikan nama resmi bagi kalam yang diturunkan itu.
Keempat : pendapat Az Zajjaj yaitu, Qur’an itu sewazan/seimbang dengan fu’lan yakni harus dibaca dengan bunyi Qur’an (dengan berhamzah). Diambil dari kalimat qar’i yang berarti mengumpulkan. Dan dinamai kalamullah dengan Qur’an karena dia mengumpulkan beberapa surat atau mengumpulkan saripati kitab-kitab yang telah lalu.
Kelima : pendapat Al Lihyany dan segolongan ulama yaitu, lafadh Qur’an itu bermakna yang dibaca mashdar (dimaknakan dengan isim maf’ul. Karena Al-Qur’an itu dibaca, maka dinamailah dia Al-Qur’an[13]. Pendapat inilah yang paling terkenal.
2) Urgensi/Pentingnya Al-Qur’an
Berbicara mengenai urgensi/pentingnya Al-Qur’an, berarti kita akan membahas tentang apa maksud dari sang Khaliq (Allah Swt.) menurunkan Al-Qur’an kepada nabi dan rosul terakhir.
Telah kita ketahui bersama bahwa Al-Qur’an merupakan kumpulan dari wahyu-wahyu yang diturunkan oleh Allah Swt. Kepada nabi Muhammad Saw. Dari hal ini juga dapat kita katakan bahwa urgensi/pentingnya Al-Qur’an sama seperti urgensi/pentingnya wahyu.
Namun kemungkinan hanya ada sedikit perbedaan antara Al-Qur’an dengan wahyu-wahyu sebelumnya, diantaranya sebagai berikut :
Al-Qur’an memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat, sala satu diantaranya adalah bahwa ia merupakan kitab yang keautentikannya dijamin oleh Allah Swt. Dan ia merupakan kitab yang selalu dipelihara[14]. Sebagaimana firman-Nya :
ﺇﻨﺎ ﻨﺤﻦ ﻨﺰﻠﻧﺎ ﺍﻠﺬﻜﺭﻭﺇﻨﺎﻠﻪ ﻟﺤﺎﻔﻅﻮﻥ
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an
Dan sesungguhnya kami benar-benar akan menjaganya”[15]
Disamping itu, Al-Qur’an merupakan satu-satunya sumber yang dapat diandalkan dalam Islam, karena Al-Qur’an adalah firman Allah Swt. Yang sejati, serta sunnah nabi Muhammad Saw[16].
3) Contoh Wahyu dalam Al-Qur’an
Contoh Ayat-Ayat Al-Qur’an yang diperindah[17]
C. NABI
1) Pengertian Nabi
Secara etimologi, nabi berasal dari kata “Naba’a wa Anba’a” yang berarti “Akhbara” (mengabarkan). Jadi nabi adalah yang memberitakan dari Allah dan ia diberi kabar dari sisi-Nya. Atau juga berasal dari kata “Nabā” yang berarti “Ala wa Irtafa’a” (tinggi dan naik). Maka nabi adalah makhluk yang termulia dan tertinggi derajat atau kedudukannya[18].
Secara terminologi, nabi ialah seorang laki-laki yang diberi kabar (wahyu) oleh Allah Swt. Berupa syari’at yang dahulu (sebelumnya), ia mengajarkan kepada orang-orang disekitarnya dari umatnya (penganut syariat ini)[19].
Dalam reverensi lain, pengertian nabi tidak jauh berbeda dari apa yang telah disebutkan diatas yakni bahwa nabi berasal dari kata naba’ yang berarti berita. Menurut bahasa nabi berarti orang yang menyampaikan berita sedangkan menurut istilah nabi ialah orang yang menerima wahyu dari Allah Swt. Dan apabila ia diperintahkan untuk menyampaikan wahyu tersebut, berarti ia rosul. Pada intinya setiap rosul adalah nabi akan tetepi tidak semua nabi adalah rosul [20].
2) Urgensi/Pentingnya Nabi
Berbicara mengenai urgensi/pentingnya nabi, berarti kita akan membahas tentang apa maksud dari sang Rob (Allah Swt.) mengirimkan seorang nabi kepada setiap umat.
Telah kita ketahui bersama bahwa para nabi diutus tidak lain hanya untuk membawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan bagi setiap umat yang mereka pimpin. Sebagaimana firman Allah Swt.
ﺇﻨﺂ ﺃﺮﺴﻠﻨﺎﻙ ﺒﺎﻠﺣﻖ ﺒﺸﻴﺮﺍ ﻮ ﻨﺫﻴﺮﺍ
“Sesungguhnya Kami mengutus engkau dengan kebenaran
Sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan[21]
3) Nama-Nama Nabi dan Rosul dalam Al-Qur’an
Berbicara tentang nama-nama nabi (jumlah nabi), sebenrnya para ulama saling berbeda pendapat. Sebagian ulama mengatakan bahwa jumlah nabi berkisar 14.000-an orang, namun sebagian ulama lagi mengatakan tidak demikian.
Dari semua pendapat diatas yang sudah pasti kebenarannya, yakni apa-apa yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an. Bahwa jumlah nabi dan rosul yang tercantum dalam Al-Qur’an ialah 25 orang sebagai berikut:
1. Nabi Adam As. 13. Nabi Suaib As.
2. Nabi Idris As. 14. Nabi Musa As.
3. Nabi Nuh As. 15. Nabi Harun As.
4. Nabi Hud As. 16. Nabi Zulkifli As.
5. Nabi Sholeh As. 17. Nabi Daud As.
6. Nabi Ibrahim As. 18. Nabi Sulaiman As.
7. Nabi Lut As. 19. Nabi Ilyas As.
8. Nabi Ismail As. 20. Nabi Ilyasa As.
9. Nabi Ishak As. 21. Nabi Yunus As.
10. Nabi Yakub As. 22. Nabi Zakaria As.
11. Nabi Yusuf As. 23. Nabi Yahya As.
12. Nabi Ayub As. 24. Nabi Isa As.
25. Nabi Muhammad Saw[22].
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari semua pembahasan diatas, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa antara Wahyu, Al-Qur’an dan Kenabian itu, memiliki keterkaitan yang sangat erat antara satu dengan yang lainnya. Kalau bisa penulis persingkat mungkin kata yang cocok ialah “Allah Swt. Menurunkan Wahyunya, melalui perantaraan malaikat Jibril, diterima oleh Nabi/rosul kemudian ditulis/dikumpulkan dalam satu mushaf kemudian disebarkan/disampaikan kepada umat”.
Kemudian disamping itu, penulis hanya bisa mengatakan bahwa hal-hal diatas jangan kita remehkan karena itu akan menjadi dasar dan pedoman bagi kita dalam mendayung perahu kehidupan ini.
B. Saran
Penyusun menyadari dalam segala hal bahwa yang namanya manusia tidak pernah luput dari khilaf dan salah. Oleh karena itu, kami dari penyusun sadar bahwa penyusunan tulisan ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, sehingga kami sangat mengharapkan saran ataupun kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan tulisan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran dan Terjemahannya, wakaf dari pelayan dua tanah suci, Raja Abdullah bin Abdul Aziz Ali Sa’ud.
Al-Hafidz, W. Ahsin Drs. M.A. Kamus Ilmu Al-Qur’an. Jawa Tengah : Amzah, 2005
Ash Shiddieqy, M. Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an/Tafsir. Jakarta : Bulan Bintang, 1992
Fahmi, Muhammad. M.A. dkk. Ensiklopedi Al-Qur’an. : Dunia Islam Modern. Yogyakarta : Dana Bhakti Prima Yasa, 2003
Shihab, M. Quraish. Membumikan Al-Qur’an. Bandung : Mizan Pustaka, 2007
Shihab, M. Quraish. Menabur Pesan Ilahi : Al-Qur’an dan Dinamika Kehidupan Masyarakat. Jakarta : Lentera Hati, 2006
Shihab, M. Quraish. Mukjizat Al-Qur’an : Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Gaib. Bandung : Mizan Pustaka 2001
Shihab, M. Quraish. Wawasan Al-Qur’an : Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat. Bandung : Mizan Pustaka, 2007
Syafiie, Inu Kencana. Al-Quran dan Ilmu Administrasi. Jakarta : Rineka Cipta, 2000
Tim Ahli Tauhid. Kitab Tauhid II. Jakarta : Kantor Atase Agama, 2002
Yahya, Harun. Memilih Al-Qur’an sebagai Pembimbing : Keutamaan Do’a dan Do’a Para Nabi dalam Al-Qur’an. Surabaya : Risalah Gusti, 2004
[1] M. Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an/Tafsir, (Jakarta : Bulan Bintang, 1992), hlm. 10.
[2] Drs. Ahsin W. Al-Hafidz, M.A., Kamus Ilmu Al-Qur’an, (Amzah : Jawa Tengah, 2005), hlm. 305.
[3] M. Quraish Shihab, Menabur Pesan Ilahi : Al-Qur’an dan Dinamika Kehidupan Masyarakat, (Jakarta : Lentera Hati, 2006), hlm. 288.
[4] Al-Qur’an, Surat Al-Baqarah (2) Ayat 2.
[5] M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an : Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat, (Bandung : Mizan Pustaka, 2007), hlm. 3.
[6] M. Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an/Tafsir, (Jakarta : Bulan Bintang, 1992), hlm. 1.
[7] Mashhaf boleh dibaca Mishhaf dan Mushhaf. Maknanya adalah lembaran-lembaran yang dikumpulkan dan diikat, seperti buku.
[8] M. Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an/Tafsir, (Jakarta : Bulan Bintang, 1992), hlm. 1-2.
[9] Muhammad Fahmi, M.A. dkk, Ensiklopedi Al-Qur’an : Dunia Islam Modern, (Yogyakarta : Dana Bhakti Prima Yasa, 2003), hlm. 28.
[10] M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an : Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Gaib, (Bandung : Mizan Pustaka, 2001), hlm. 43.
[11] Inu Kencana Syafiie, Al-Quran dan Ilmu Administrasi, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), hlm. 1.
[12] M. Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an/Tafsir, (Jakarta : Bulan Bintang, 1992), hlm. 3-4.
[13] Menurut sebahagian ulama ahli tafsir, lafadh Al-Qur’an pada surat Ar-Rahman bermakan bacaan.
[14] M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung : Mizan Pustaka, 2007), hlm. 21.
[15] Al-Qur’an, surat Al-Hijr (15) ayat 9.
[16] Harun Yahya, Memilih Al-Qur’an sebagai Pembimbing : Keutamaan Do’a dan Do’a Para Nabi dalam Al-Qur’an, (Surabaya : Risalah Gusti, 2004), hlm. 4.
[17] Kaligrafi, Dok. Pon-Pes. Al-Khairaat Kota Gorontalo
[18] Tim Ahli Tauhid, Kitab Tauhid II, (Jakarta : Kantor Atase Agama, 2002), hlm. 83.
[19] Tim Ahli Tauhid, Kitab Tauhid II, (Jakarta : Kantor Atase Agama, 2002), hlm. 83.
[20] Drs. Ahsin W. Al-Hafidz, M.A., Kamus Ilmu Al-Qur’an, (Amzah : Jawa Tengah, 2005), hlm. 214.
[21] Al-Qur’an, Surat Al-Fatir (35) Ayat 24.
[22] 25 nama Nabi dan Rosul yang termashyur.
No comments:
Post a Comment