BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia yang lahir ke dunia memerlukan pengembangan untuk menjadi manusia seutuhnya sebagaimana dikehendaki. Pengembangan tersebut pada dasarnya adalah upaya memuliakan kemanusiaan manusia yang telah terlahir itu. Upaya memuliakan kemanusiaan manusia adalah tugas besar yang harus dilaksanakan dengan seksama.[1] Upaya tersebut hanya dapat dilaksanakan dengan pendidikan. Pendidikan dalam makna bantuan orang dewasa kepada orang yang belum dewasa menuju kedewasaan, baik secara fisik, intelektual maupun emosional.
Makna pendidikan secara aplikatif dan komprehensif sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang No 23 tahun 2003 adalah:
“Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya di masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. [2]
Dari makna pendidikan tersebut, tampak bahwa mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran pada peserta didik adalah hal utama untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam pembelajaran, interaksi antara guru dan peserta didik tidak jarang terjadi kesenjangan, baik karena faktor guru, maupun faktor peserta didik. Akan tetapi dalam sorotan utama adalah peserta didik sebagai individu yang diberi bimbingan menuju kedewasaan.
Sebagai sosok yang sedang berkembang ke arah kedewasaan, peserta didik tidak jarang menemukan problematika yang tak bisa diselesaikan oleh dirinya sendiri. Problematika tersebut dapat datang dari dalam dirinya sendiri, maupun dalam hubungan interaksinya dengan lingkungan misalnya dengan teman, masyarakat, orang tua guru dan sebagainya. Kompleksitas problem yang dihadapi, membutuhkan penyelesaian secara dewasa, dan untuk itu, bantuan berupa bimbingan sangat dibutuhkan oleh peserta didik.
Isu sentral dalam rutinitas sekolah adalah keberhasilan pendidikan yang secara praktis diawali dengan keberhasilan proses pembelajaran. Proses pembelajaran bermakna bagaimana membelajarkan siswa. Dalam kenyataannya, tidak sedikit siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar, hal ini dapat terjadi karena berbagai faktor, baik secara internal peserta didik, seperti kemampuan perkembangan intelektual maupun lingkungan seperti kondisi keluarga, problem dengan teman dan sebagainya. Untuk itu bimbingan dalam meneliti membantu kesulitan belajar tidak saja menyangkut proses belajar itu sendiri namun juga latar belakang yang dialami peserta didik.
Judul makalah ini sengaja dipilih karena menarik perhatian penulis untuk dicermati dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak yang peduli terhadap dunia pendidikan.
B. Identifikasi Masalah
Sesuai dengan judul makalah ini “Pentingnya Bimbingan Konseling Dalam Peningkatan Prestasi Belajar Siswa”, terkait dengan pelaksanaan program pendidikan di sekolah dan pentingnya bimbingan konseling pelaksanaan program tersebut.
Berkaitan dengan judul tersebut, maka masalahnya dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Bagaimana bimbingan konseling itu?
2. Bagaimana bentuk-bentuk bimbingan konseling?
3. Bagaimana pentingnya bimbingan konseling dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.?
C. Batasan Masalah
Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka masalah yang dibahas dibatasi pada masalah :
1) Definisi bimbingan konseling
2) Bentuk-bentuk bimbingan konseling
3) pentingnya bimbingan konseling dalam meningkatkan prestasi belajar siswa
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, masalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1) Apa pengertian bimbingan Konseling.?
2) Bagaimana bentuk-bentuk Bimbingan Konseling.?
3) Bagaimana pentingnya bimbingan konseling dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bimbingan Konseling
1. Pengertian bimbingan
Bimbingan dan konseling merupakan dua istilah yang sering dirangkaikan bagaikan kata majemuk. Hal itu mengisyaratkan bahwa kegiatan bimbingan kadang-kadang dilanjutkan dengan kegiatan konseling. Para ahli menyatakan bahwa konseling merupakan inti atau jantung, hati dari kegiatan bimbingan. Adapula yang menyatakan bahwa konseling merupakan salah satu jenis layanan bimbingan. Dengan demikian dalam istilah bimbingan sudah termasuk di dalamnya kegiatan konseling. Kelompok yang sesuai dengan pandangan di atas menyatakan bahwa terminologi layanan bimbingan dan konseling dapat diganti dengan layanan bimbingan saja.
Untuk memperjelas pengertian kedua istilah tersebut, berikut ini dikemukakan pengertian bimbingan dan pengertian konseling.
Para ahli berusaha merumuskan pengertian bimbingan dan konseling. Dalam merumuskan kedua istilah tersebut, mereka memberikan tekanan pada aspek tertentu dari kegiatan tersebut. Untuk lebih jelasnya berikut ini dikemukakan beberapa rumusan tentang istilah bimbingan.
Menurut Rochman Natawidjaja sebagaimana dikutip oleh Soetjopto, bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti.
Selanjutnya Bimo Walgito menyarikan beberapa rumusan bimbingan yang dikemukakan para ahli, sehingga mendapatkan rumusan sebagai berikut:
“Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.[3]
Dari beberapa pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh para ahli itu dapat dikemukakan bahwa bimbingan merupakan:
a. Suatu proses yang berkesinambungan
b. Suatu proses membantu individu,
c. Bantuan yang diberikan itu dimaksudkan agar individu yang bersangkutan dapat mengarahkan dan mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan kemampuan/potensinya, dan
d. Kegiatan yang bertujuan utama memberikan bantuan agar individu dapat memahami keadaan dirinya dan mampu menyesuaikan dengan lingkungannya.
Untuk melaksanakan bimbingan tersebut diperlukan petugas yang telah memiliki keahlian dan pengalaman khusus dalam bidang bimbingan dan konseling.
2. Pengertian konseling
Secara etimologis, istilah konseling berasal dari bahasa latin, yaitu “Consilium” yang berarti “dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan “menerima” atau “memahami”. Sedangkan dalam dalam bahasa Anglo-saxon, istilah konseling berasal dari “sellan” yang berarti “menyerahkan” atau “menyampaikan”1
Hallen, mengatakan bahwa istilah konseling berasal dari bahasa Inggeris “to counsel” yang secara etimologis berarti “to give advice” yang artinya memberi saran atau nasihat.2
Lebih lanjut lagi, Rogers, dikutip dari Hallen mengemukakan pengertian Konseling, adalah serangkaian hubungan langsung dengan individu yang bertujuan untuk membantu dia dalam merubah sikap dan tingkah lakunya.3
Selanjutnya ada beberapa rumusan pengertian Konseling berdasarkan perkembangan sejumlah rumusan konseling menurut Jones, yang dikutip dari dasar – dasar bimbingan dan konseling sebagai berikut :
Konseling adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan, dimana ia diberi bantuan pribadi dan langsung dalam pemecahan masalah itu. Konselor tidak memecahkan masalah untuk klien. Konseling harus ditunjukkan pada perkembangan yang progresif dari individu untuk memecahkan masalah-masalah sendiri tanpa bantuan.4
Maclean, dikutip dari dasar–dasar bimbingan dan konseling, memberikan defenisi konseling sebagai suatu proses yang terjadi dalam hubungan tatap muka antara seorang individu yang terganggu oleh karena masalah – masalah yang tidak dapat diatasi sendiri dan seorang pekerja yang professional, yaitu orang yang terlatih dan berpengalaman membantu orang lain mencapai pemecahan-pemecahan terhadap berbagai jenis kesulitan pribadi.5
H.M Arifin, mengemukakan defenisi konseling adalah :
Konseling adalah inti dari proses bimbingan. Sehingga konseling adalah proses pemberian bantuan yang mendasar kepada murid yang sedang berusaha memecahkan masalah atau problema yang dihadapi.6
Menurut James F. Adams dikutip dari H. M Umar dan Sartono, konseling adalah :
Suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu dimana yang seorang (counselor), membantu yang lain (conselee) supaya ia dapat lebih memahami dirinya dalam hubungan dengan masalah – masalah hidup yang dihadapinya waktu itu dan pada waktu yang akan datang. 7
Sedangkan H. Kestur Partowisastro menyebutkan defenisi konseling dalam dua hal pengertian yaitu :
1) Dalam arti luas
Konseling adalah segala ikhtiar pengaruh psikologis terhadap sesama manusia.
2) Dalam arti sempit
Konseling merupakan suatu hubungan yang sengaja diadakan dengan manusia lain, dengan maksud agar dengan berbagai cara psikologis, kita dapat mempengaruhi beberapa facet kepribadiannya sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh sesuatu efek tertentu.8
Dengan demikian, berdasarkan uraian defenisi di atas dapatlah disimpulkan, defenisi konseling secara sederhana yaitu :
“ Konseling adalah bantuan yang diberikan kepada anak (counselee) dalam memecahkan masalah-masalah kehidupan dengan wawancara yang dilakukan secara face to fece, atau dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan klien (counselee) yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidupnya”. 9
Dalam pengertian lain pula menurut Pepinsky & Pepinsky mengemukakan defenisi konseling, yakni interaksi yang terjadi antara dua orang individu, masing-masing disebut konselor dan klien terjadi dalam suasana yang professional dilakukan dan dijaga sebagai alat memudahkan perubahan – perubahan dalam tingkah laku klien. Ditambahkan pula bahwa konseling juga merupakan suatu proses untuk membantu individu mengatasi hambatan-hambatan perkembangan dirinya, dan untuk mencapai perkembangan optimal kemampuan pribadi yang dimilikinya. Proses tersebut dapat terjadi setiap waktu.10
Sebagai kesimpulan dari beberapa defenisi konseling diatas yakni, konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang, dalam mana konselor melalui hubungan itu dan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar dalam mana konseling dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaan masa depan, yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi-potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan baik pribadi maupun masyarakat, dan lebih jauh lagi dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan–kebutuhan yang akan datang.11
Hal - hal pokok yang terkandung dalam masing-masing defenisi di atas mengandung masing-masing rumusan konseling. Menurut pendapat Jones rumusan – rumusan defenisi konseling sebagai berikut :
a) Konseling terdiri atas kegiatan : Pengungkapan fakta atau data tentang siswa, serta pengarahan kepada siswa, untuk dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya.
b) Bantuan itu diberikan secara langsung kepada siswa.
c) Tujuan Konseling agar siswa dapat mencapai perkembangan yang semakin baik, semakin maju.
d) Selanjutnya rumusan dari defenisi konseling dari Maclean, yakni :
e) Konseling merupakan suatu proses pemberian bantuan
f) Dilakukan dalam suasana hubungan tatap muka
g) Individu yang di konseling adalah adalah individu yang sedang mengalami gangguan atau masalah.
h) Terlatih baik dan telah memiliki pengalaman
i) Bertujuan untuk mengatasi suatu masalah / gangguan.
Selanjutnya rumusan dari defenisi konseling menurut Pepeinsky & Pepeinsky, adalah :
a) Konseling merupakan proses interaksi antara dua orang individu
b) Dilakukan dalam suasana professional
c) Berfungsi dan bertujuan sebagai alat (wadah) untuk memudahkan perubahan tingkah laku klien.
Dengan memperhatikan satu – persatu rumusan – rumusan yang disajikan di atas, terlihat perubahan-perubahan dalam konsep tentang konseling sebagai berikut :
a. Rumusan yang paling awal lebih menekankan pada masalah-masalah kognitif ( yaitu membuat interpretasi-interpretasi tentang data atau fakta ) sedangkan defenisi mutakhir lebih menekankan pada pengalaman – pengalaman afektif (menetapkan beberapa makna terhadap perilaku).
b. Rumusan yang lebih awal pada umumnya mengidentifikasi konseling sebagai hubungan empat mata (antara seorang konselor dengan seorang klien), sedangkan pada defenisi yang mutakhir dimungkinkan diselenggarakan konseling.
c. Semua rumusan, baik langsung ataupun tidak langsung, menyatakan bahwa konseling adalah suatu proses. Ini berarti bahwa konseling bukanlah kejadian tunggal tetapi melibatkan tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian yang esensial menuju kearah pencapaian suatu tujuan.
d. Rumusan-rumusan itu pada umumnya memperlihatkan bahwa hubungan dalam konseling ditandai oleh adanya kehangatan, pemahaman, penerimaaan, kebebasan dan keterbukaan.
e. Sebagian dari defenisi itu menggambarkan orang-orang yang terlibat dalam kegiatan konseling (Konselor dan Klien) konselor sebagai Ahli, sebagai orang yang lebih tua, sebagai orang yang lebih matang, sebagai orang yang memiliki pengetahuan,sedangkan klien sebagai orang yang sedang mengalami gangguan, masalah, kebingungan atau frustrasi.
f. Hampir semua rumusan konseling menyatakan bahwa pengaruh dari konseling adalah peningkatan atau perubahan dalam tingkah laku klien.
Berdasarkan ciri-ciri pokok uraian diatas maka dirumuskan bahwa, defenisi singkatnya konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli yang (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut Klien) yang bermuara pada teratasinya masalaha yang dihadapi oleh klien.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapatlah dikatakan bahwa kegiatan konseling itu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a) Pada umumnya dilaksanakan secara individual.
b) Pada umumnya dilakukan dalam suatu perjumpaan tatap muka.
c) Untuk pelaksanaan konseling dibutuhkan orang yang ahli.
d) Tujuan pembicaraan dalam konseling ini diarahkan untuk memecahkan masalah yang dihadapi klien.
e) Individu yang menerima layanan klien akhirnya mampu memecahkan masalahnya dengan kemampuannya sendiri.
Kegiatan bimbingan dan konseling tersebut berbeda dengan kegiatan mengajar. Perbedaan itu antara lain:
a) Tujuan yang ingin dicapai pada kegiatan mengajar sudah dirumuskan terlebih dahulu dan target pencapaian tujuan tersebut sama untuk seluruh siswa dalam satu kelas atau satu tingkat. Dalam kegiatan bimbingan dan konseling target pencapaian tujuan lebih bersifat individual atau kelompok.
b) Pembicaraan dalam kegiatan mengajar lebih banyak diarahkan pada pemberian informasi, atau pembuktian dalam suatu masalah, sedangkan pembicaraan dalam konseling lebih ditujukan untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi klien.
c) Dalam kegiatan mengajar para siswanya belum tentu mempunyai masalah yang berkaitan dengan materi yang diajarkan, sedangkan dalam kegiatan bimbingan dan konseling pada umumnya klien telah menghadapi masalah.
d) Untuk melaksanakan bimbingan dan konseling bagi konselor dituntut suatu keterampilan khusus dan berbeda dengan tuntutan bagi seorang guru atau pengajar.
a. Peranan bimbingan dan konseling dalam pendidikan di sekolah.
Bila tujuan pendidikan pada akhirnya adalah pembentukan manusia yang utuh, maka proses pendidikan harus dapat membantu siswa mencapai kematangan emosional dan sosial, sebagai individu dan anggota masyarakat selain menyumbangkan kemampuan inteleknya. Bimbingan dan konseling menangani masalah-masalah atau hal-hal di luar bidang garapan pengajaran, tetapi secara tidak langsung menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah sekolah itu. Kegiatan ini dilakukan malalui layanan secara khusus terhadap semua siswa agar dapat mengembangkan dan memanfaatkan kemampuannya secara penuh.
Bimbingan dan konseling semakin hari semakin dirasakan perlu keberadaanya di stiap sekolah. Hal ini didukung oleh berbagai macam faktor, seperti dikemukakan oleh Koestoer Partowisastro sebagai berikut:
1) Sekolah merupakan lingkungan hidup kedua sesudah rumah, dimana anak dalam waktu sekian jam + enam jam hidupnya berada di sekolah.
2) Para siswa yang usianya relatif masih muda sangat membutuhkan bimbingan baik dalam memahami keadaan dirinya, mengarahkan dirinya, mapun dalam mengatasi berbagai macam kesulitan.
B. Bentuk-Bentuk Layanan Bimbingan Konseling
Berbagai bentuk layanan dan kegiatan pendukung perlu dilakukan sebagai wujud nyata penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap sasaran layanannya, yaitu peserta didik. Ada sejumlah layanan dan kegiatan pendukung dalam bimbingan dan konseling di sekolah.
Suatu kegiatan bimbingan dan konseling disebut layanan apabila kegiatan tersebut dilakukan melalui kontak langsung dengan sasaran layanan dan secara langsung berkenaan dengan permasalahan ataupun kepentingan tertentu yang layanan itu mengemban fungsi tertentu dan pemenuhan fungsi tersebut serta dampak positif layanan yang dimaksudkan diharapkan dapat secara langsung dirasakan oleh sasaran yang mendapatkan layanan tersebut. Diantara bentuk-bentuk layanan bimbingan dan konseling adalah layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan pembelajaran, layanan bimbingan kelompok, dan layanan konseling kelompok.[4]
a. Layanan orientasi
Layanan orientasi yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinakan peserta didik memahami lingkungan seperti sekolah yang baru dimasuki peserta didik, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru.
b. Layanan informasi
Layanan informasi yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi seperti informasi pendidikan dan informasi jabatan yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik.
c. Layanan penempatan dan penyaluran
Layanan penempatan dan penyaluran yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, kegiatan keekstrakurikuler sesuai dengan potensi,bakat dan minat serta kondisi pribadinya.
d. Layanan pembelajaran,
Layanan pembelajaran yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik mengembangkan diri berkenan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainya
e. Layanan konseling perorang
Layanan konseling perorang yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik mendapatkan layanan langsung tatap muka secara perorangan dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi yang dideritanya.
f. Layanan bimbingan kelompok
Layanan bimbingan kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan ejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu, terutama dari guru pembimbing dan/atau pembahas secara bersama-sama. Pokok bahasan, topik tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dalam kehidupannya sehari-hari dan/atau untuk perkembangan dirinya baik sebagain individu mapun sebagai pelajar. Dan untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan tindakan tertentu.
g. Layanan konseling kelompok
Layanan konseling kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok; masalah yang dibahas itu adalah masalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok.
Berbagai bentuk atau jenis layanan tersebut di atas dapat saling menunjang yang satu terhadap lainnya, sesuai dengan asas keterpaduan dalam bimbingan dan konseling.
Setiap manusia yang lahir ke dunia memerlukan pengembangan untuk menjadi manusia seutuhnya sebagaimana dikehendaki. Pengembangan tersebut pada dasarnya adalah upaya memuliakan kemanusiaan manusia yang telah terlahir itu. Upaya memuliakan kemanusiaan manusia adalah tugas besar yang harus dilaksanakan dengan seksama.[5]
C. Pentingnya Bimbingan Konseling Bagi Peningkatan Prestasi Siswa
Hakikat manusia dan manusia seutuhnya memberikan gambaran mengenai tuntutan terhadap perikehidupan manusia dan potensi yang ada pada diri manusia. Manusia dituntut untuk mampu mengembangkan dan menyesuaikan diri terhadap masyarakat.dan untuk itu memang manusia telah dilengkapi dengan berbagai potensi, baik potensi yang berkenaan dengan keindahan dan ketinggian derajat kemanusiaannya maupun yang berkenaan dengan dimensi kemanusiaannya itu, yang memungkinkannya untuk memenuhi tuntutan masyarakat tersebut. Pemenuhan terhadap tuntutan perkembangan masyarakat sekaligus memerlukan pengembangan individu warga masyarakat secara serasi, selaras dan seimbang.
Sebagaimana telah dikemukakan, bahwa pengembangan kemanusiaan seutuhnya hendaknya mencapai pribadi-pribadi peserta didik yang pendiriannya matang, dengan kemampuan sosial yang menyejukkan, kesusilaan yang tinggi, dan keimanan serta ketakwaan yang dalam.
Untuk hal tersebut, maka konseling memberikan peranan yang sangat penting. Terlebih lagi dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa. Ada beberapa faktor yang menyebabkan pentingnya konseling dilakukan kepada peserta didik disekolah. Faktor-faktor tersebut, yaitu :
1. Pada diri individu terdapat masa–masa kritis dalam tiap masa perkembangan individu, terutama dalam masa remaja.
2. Pada kondisi luar individu seperti kondisi teknologi yang berkembang pesat, kondisi nilai-nilai demokratis, nilai-nilai humanistik, nilai-nilai etika pergaulan, kondisi struktural dan kebidangan dalam dan lapangan kerja.12
Labih lanjut lagi, S. Narayana mengemukakan pentingnya Konseling disebabkan oleh beberapa indikator, yakni :
Konseling sangat diperlukan karena factor-faktor seperti kepesatan industrialisasi, peningkatan pengetahuan, ledakan penduduk, urbanisasi, pergolakan ekonomi, inovasi-inovasi, teknologi, ketidak seimbangan ekologi, kompetisi berlebihgan, birokrasi impersonal, pertambahan pesat konsumsi sumber-sumber daya, ketakutan akan datangnya bencana alam, dan sebagainya.13
Bruce Shertzer dan Shelly C. Stone, mengemukakan ada beberapa faktor yang menyebabkan pentingnya Konseling dilakukan bagi peserta didik di Sekolah, sebagai upaya meningkatkan prestasi siwa,adalah :
a. Dalam menghadapi saat – saat krisis yang dapat terjadi, misalnya kurangnya belajar, kegagalan sekolah, kegagalan pergaulan, penyalahgunaan obat terlarang.
b. Adanya kesulitan pemahaman diri dan lingkungan untuk arah diri dan pengambilan keputusan dalam sekolah, dan pergaulan sosial.
c. Mencegah sedapat mungkin kesulitan yang dihadapi dalam pergaulan seksual.
d. Dalam menopang kelancaran perkembangan individual siswa seperti perkembangan kemandirian, percaya diri,citra-diri, perkembangan karir dan perkembangan akademik.14
Adapun pentingnya konseling dilakukan bagi peserta didik, menurut C.H Patterson, disebabkan pada beberapa ciri khas,
1. Konseling berurusan dengan upaya mempengaruhi perubahan tingkah laku secara sadar pada klien.
2. Tujuan konseling adalah mendapatkan kondisi-kondisi yang memudahkan perubahan secara sadar.
3. Sebagaimana dalam semua hubungan, terdapat pembatasan-pembatasan tertentu bagi konseling.
4. Kondisi-kondisi yang memudahkan perubahan tingkah laku diperoleh melalui interviu-interviu.
5. Mendengarkan dengan penuh perhatian berlangsung dalam konseling.
6. Konselor memahami kliennya.
7. Keberadaan konseling bersifat pribadi (privacy) dan diskusi atau pembicaraan bersifat rahasia, dasarnya bersifat rahasia (comfidential).14
Kenyataan yang sering dijumpai adalah keadaan pribadi yang kurang berkembang dan rapuh, kesosialan yang panas dan sangar, kesusilaan yang rendah, dan keimanan serta ketakwaan yang dangkal. Sehubungan dengan hal itu dalam proses pendidikan banyak dijumpai permasalahan yang dialami oleh siswa selaku peserta didik. Hal ini mengakibatkan potensi yang terdapat pada diri mereka tidak berkembang secara optimal, siswa yang berbakat tidak dapat mengembangkan bakatnya, siswa yang kecerdasannya tinggi kurang mendapatkan rangsangan dan fasilitas pendidikan sehingga bakat dan kecerdasan yang merupakan karunia Tuhan yang tak ternilai harganya itu menjadi terbuang sia-sia. Siswa yang kurang beruntung tidak memiliki bakat tertentu dan yang kecerdasan tidak cukup tinggi lebih tersia-sia lagi perkembangannya. Pelayanan khusus kepada siswa kurang diberikan sehingga mereka makin tidak mampu mengejar tuntutan pelajaran pada tingkat yang lebih rendah sekalipun.
Tingkat kenakalan remaja dan perkelahian pelajar yang semakin meningkat menunjukkan gejala kurang berkembangnya dimensi sosial dan dimensi kesusilaan para siswa. Demikian juga kurangnya penghayatan terhadap nilai-nilai ketuhanan dan praktek-praktek kehidupan yang tiada didasarkan atas kaidah-kaidah agama menggambarkan kurang mantapnya pengembangan dimensi keagamaan. Permasalahan yang banyak terjadi di masyarakat, seperti pertengkaran antar warga masyarakat, rendahnya disiplin kerja, pengangguran, pencurian, perjudian, kumpul kebo, dan sebagainya merupakan gejala rendahnya pengembangan dimensi kemanusiaan.
Adapun sumber permasalahan yang dihadapi oleh siswa diantaranya adalah masalah yang berada diluar diri mereka sendiri yakni sikap orang tua dan anggota keluarga,keadaan keluarga secara keseluruhan,pengaruh film televisi–video, iklim kekerasan dan kekurangan kedisiplinan yang berlangsung di masyarakat, kelompok-kelompok sebaya yang bertindak menyimpan dari berbagai faktor negatif lainnya dalam kehidupan sosial diluar sekolah semuanya menunjang timbulnya masalah pada anak-anak yang keberadaan mereka berpredikat sebagai pelajar.
Meskipun demikian, cukup disadari pula bahwa suasana kelas dan sekolah secara keseluruhan yang kering dan mandul, hubungan murid-murid dan guru yang rapuh dan keras, merajalelanya ketidak acuan, tuntutan akan kepatuhan yang mutlak dan peniruan yang membabi buta persaingan yang tidak sehat, pola tingkah laku yang serba tunggal dan tiada demokratis, dan lain sebagainya, semuanya akan menjegal kesehatan mental anak didik.
Persoalan di atas membutuhkan pemecahan yang sangat serius dalam membangun sumber daya manusia bangsa Indonesia. Konseling adalah merupakan jawaban dari permasalahan yang ditimbulkan akibat berbagai faktor sebagai dampak dari lajunya Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini. Oleh karena itu konseling telah mengarahkan dalam rangka menemukan pribadi siswa. Hal ini dimaksudkan untuk membantu siswa mengenal kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya sendiri. Dalam proses konseling, konselor/guru BK mengarahkan dan membantu siswa agar dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sosial, ekonomi budaya serta alam yang ada. Oleh karena itu pentingnya konseling terhadap siswa sebagai upaya untuk membimbing siswa agar dapat merencanakan masa depan untuk mempersiapkan diri membangun karir yang lebih cerah dan gemilang di masa mendatang.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bimbingan dan konseling merupakan dua istilah yang sering dirangkaikan bagaikan kata majemuk. Hal itu mengisyaratkan bahwa kegiatan bimbingan kadang-kadang dilanjutkan dengan kegiatan konseling. Para ahli menyatakan bahwa konseling merupakan inti atau jantung, hati dari kegiatan bimbingan. Adapula yang menyatakan bahwa konseling merupakan salah satu jenis layanan bimbingan. Dengan demikian dalam istilah bimbingan sudah termasuk di dalamnya kegiatan konseling. Kelompok yang sesuai dengan pandangan di atas menyatakan bahwa terminologi layanan bimbingan dan konseling dapat diganti dengan layanan bimbingan saja.
Bentuk-bentuk layanan bimbingan konseling di antaranya yaitu; Layanan orientasi, Layanan informasi, Layanan penempatan dan penyaluran, Layanan pembelajaran, Layanan konseling perorang, dan layanan Layanan bimbingan konseling kelompok.
Bimbingan Konseling adalah merupakan jawaban dari permasalahan yang ditimbulkan akibat berbagai faktor sebagai dampak dari lajunya Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini. Oleh karena itu konseling telah mengarahkan dalam rangka menemukan pribadi siswa. Hal ini dimaksudkan untuk membantu siswa mengenal kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya sendiri. Dalam proses konseling, konselor/guru BK mengarahkan dan membantu siswa agar dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sosial, ekonomi budaya serta alam yang ada. Oleh karena itu pentingnya konseling terhadap siswa sebagai upaya untuk membimbing siswa agar dapat merencanakan masa depan untuk mempersiapkan diri membangun karir yang lebih cerah dan gemilang di masa mendatang.
B. Saran
Sebagai kontribusi pemikiran dalam makalah ini penulis mengemukakan pokok-pokok pikiran yang berbentuk saran-saran sebagai berikut :
1) Bimbingan konseling, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sebuah lembaga pendidikan, karena sebagai lembaga pendidikan yang memberikan layanan bantuan pendidikan bagi anak didik, maka eksistensi guru bimbingan konseling sangat dibutuhkan dalam memberi layanan informasi dan penanganan masalah dan kesulitan yang dialami siswa. Oleh karena itu, harus ada guru khusus yang menangani bimbingan konseling.
2) Dari seluruh materi yang Kami sajikan Kami menyadari masih banyak kekurangan, untuk itu Kami sebagai penyusun makalah ini sangat mengharapkan saran dan kritikan yang membangun dari Dosen Pengampuh khususnya maupun teman-teman demi perbaikan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Prayitno dkk, Pelayanan Bimbingan dan Konseling,. (Cet.I; Jakarta: Ditjen Dikdasmen Depsiknas, 2000) h. 3
[2] Departemen Agama, Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, (Jakarta, Dirjen Pendidikan Islam, 2007), h. 5
[3] Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguaruan, (PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2004), h. 62
1 Priyanto, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling,( Jakarta : Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994 ) h. 100.
2 Hallen, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta : Ciputat Pers, 2002) h. 9
3 I b i d. h. 10
4 I b I d, h.101
5 I b I d. h. 102
6 H.M. Arifin, Teknologi Pendidikan,
7 H. M Umar dan Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan (Bandung : CV.Pustaka Setia, 1998) h. 15
8 I b i d. h 15
9 I b i d. h. 16
10 Priyanto, Op, cit. h.. 102
11 I b I d, h. 105
[4] Prayitno, dkk, Pelayanan Bimbingan dan Konseling (Cet.I; Jakarta: Ditjen Dikdasmen Depsiknas, 2000) h. 35-37
12 Andi Mappiare, Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Surabaya : Usaha Nasional,1984) h. 100
13 Andi Mappiare, Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Surabaya : Usaha Nasional, 1984) h. 100
14 Bruce Shertzer dan Shelly C. Stone, Fundamentals of Counseling, (Boston : Hougten Mifflin Company, 1974) h. 22
14 C.H Patterson, The Counselor in The School (New York, McGraw-Hill Book Company,1967) h. 219
No comments:
Post a Comment