BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Evaluasi merupakan bagian penting dari sistem pendidikan dan pengajaran dalam berbagai bentuk dan waktu pengajarannya. Istilah evaluasi pemakaiannya sering di pertukarkan karena konsep yang mendasarinya kurang di pahami oleh penggunannya. Istilah yang dimaksud adalah penilaian, pengukuran dan tes. Dengan demikian, konsep-konsep dasar yang terkait langsung perlu diketahui oleh setiap pembelajar.
Evaluasi/ penilaian pada dasrnya bertujuan menentukan evektivitas dan evisiensi kegiatan pembelajaran dengan indikator utama pada keberhasilan atau kegiatan pembelajar dalam mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang di tetapkan. Selanjutnya menjadi balikan bagi perbaikan dan pengembangan proses belajar mengajar berikutnya.[1]
B. Permasalahan
Dari uraian latar belakang tersebut, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana definisi evaluasi menurut pandangan para ahli pendidikan
2. Apa saja fungsi-fungsi evaluasi dalam proses pembelajaran
3. Bagaimana tehnik-tehnik pelaksanaan evaluasi
4. Bagaimana model penilaian berbasis kelas
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Evaluasi
Evaluasi (evaluation) adalah penilaian yang sistematik tentang manfaat atau kegunaan suatu objek (Mehrens & Lehmann, 1991). Dari sudut pedidikan yang dimaksud dengan evaluasi ialah suatu proses sistematik untuk menentukan sampai seberapa jauh tujuan intruksional dicapai oleh pembelajar.
Untuk memperjelas pengertian evaluasi tersebut, ada beberapa rumusan yang dikiemukakan oleh para ahli:
a. Diamon dkk.: evaluasi dianggap suatu proses yang dirancang untuk mengumpulkan informasi yang akan dijadikan efektivitas dan nilai sesuatu sebagai dasar pengambilan keputusan.
b. Worthent dan sanes: evaluasi mencakup usaha-usaha mencari dan mengumpulkan keterangan-keterangan (informasi) yang akan dijadikan dasar nilai suatu program, hasil, prosedur, tujuan, atau manfaat berbagai cara pendekatan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
c. Stufflebeas: evaluasi adalah suatu proses yang menentukan, mecari/memperoleh dan menyajikan informasi yang sangat diperlukan untuk menilai berbagai alternatif keputusan.
d. Tayler : evaluasi adalah usah meneliti apakah tujuan-tujuan pendidikan yang di inginkan tercapai atau tidak. Pengertian menurut tayler mengabaikan perhatian terhadap peristiwa-peristiwayang terjadi diluar rencana dan hasil atau akibat sampingan, baik yang positif maupun yang negatif.
B. Kegunaaan Evaluasi
Kegunaan atau fungsi evaluasi atau penilaian seringkali disamakan dengan tujuan penilaian atau evaluasi. Bila dilihat dari arti kata, maka pada tujuan penilaian terkandung arti sesuatu yang akan dicapai sedangkan pada fungsi menunjukan pada peranan yang dijalankan dalam rangka pencapaian tujuan.
Ada beberapa fungsi evaluasi atau penilaian yang kita ketahui, yaitu:
a. Penilaian berfungsi selektif
Dengan cara mengadakan evaluasi atau penilaian guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi penilaian terhadap pembelajar. Penilaian itu sendiri memepunyai berbagai fungsi, antara lain:
· Untuk memilih siswa yang dapat diterima disekolah tertentu
· Untuk memilih siswa yang dapat naik ke kelas atau ke tingkat berikutnya
· Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa
· Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah dan sebagainya.
b. Penilaian berfungsi dianostik
Apabila alat yang digunakan dalam penilaian cukup memenuhi persyaratan, maka dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan siswa. Disamping itu diketahui pula sebab musabab kelemahan itu dengan mengadakan penilaian sebenarnya guru mengadakan diagnosa kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahannya, dinging diketahuinya sebab-sebab kelemahan ini akan lebih muda dicari cara untuk mengatasi.
c. Penilaian berfungsi sebagai penempatan
Sistem baru ini kini banyak dipopulerkan di negara barat adalah sistem belajar sendiri. Belajar sendiri dapat dilakukan dengan cara mempelajari sebuah paket belajar baik itu berbentuk modul maupun paket belajar yang lain. Sebagai alasan dari timbulnya sistem ini adalah adanya pengakuan yang besar terhadap kemampuan individual. Setiap siswa sejak lahirnya telah membawa bakat sendiri-sendiri sehingga pelajaran akan lebih efektif apabila disesuaikan dengan pembawaan yang ada.
Akan tetapi disebabkan karena keterbatasan sarana dan tenaga, pendidikan yang bersifat individual kadang–kadang sukar sekali dilaksanakan. Pendekatan yang bersifat melayani perbedaan kemampuan, adalah pengajaran secara kelompok. Untuk dapat menentukan dengan pasti di kelompok mana seorang siswa harus ditempatkan digunakan suatu penelitian. Sekelompok siswa yang mempunyai hasil penilaian yang sama, akan berbeda dalam kelompok yang sama dalam belajar.
d. Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan.
Fungsi keempat dari penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan.telah disinggung pada bagian sebelum ini, keberhasilan program ditentukan oleh beberapa faktor yaitu faktor guru, metode mengajar, kurikulum, sarana dan sistem administrasi.
e. Penilaian berfungsi sebagai pengukur formatif.
Penilaian berfungsi formatif terfokus pada perolehan data guna menjadi bahan refisi bagi program pengajaran yang sedang dikembangkan, mulai dari penilaian ahli bidang studi hingga uji coba lapangan (Dick dan Carey 1985). Jadi penilaian formatif berorientasi pada proses untuk perbaikan pembelajaran.
f. Penilaian berfungsi sebagai sumatif.
Penilaian sumatif merupakan penilaian akhir mengenai keefektifan pembelajaran, setelah melewati proses pr/penilaian formatif. Penilaian sumatif berorientasi pada hasil dan bukan orientasi proses.
g. Penilaian berfungsi sebagai motivasi
Hasil penilaian seharusnya dapat memotivasi belajar dan menjadi bimbingan bagi pembelajaran untuk belajar. Bagi pelajar yang mendapat skor yang tinggi akan motivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan hasilnya sedangkan bagi pebelajar yang mendapat skor rendah seharusnya menjadi cambuk untuk lebih berhasil untuk penilaian berikutnya.[2]
C. Tehnik-tehnik Evaluasi
Kita dapat melaksanakan evaluasi belajar ataupun program melalui berbagai teknik/pendekatan. Tentu saja setiap pendekatan memiliki kekuatan dan kelemahannya sendiri. Di bawah ini beberapa teknik evaluasi yang perlu kita singgung.
1. Evaluasi melalui tugas-tugas (PR).
Tugas yang diberikan dengan baik dan jelas dapat membantu peserta didik untuk menampilkan kemampuan belajarnya termasuk spiritualitas, pengetahuan dan pengertian, keterampilan serta orisinalitasnya. Oleh karena itu, guru juga harus memberitahukan prosedur penilaian terhadap tugas yang diberikannya, antara lain:
· Segi kegunaan tugas harus jelas diketahui oleh peserta didik.
· Kesesuaian dengan beban studi.
· Prosedur penilaian dan kriterianya.
· Prosedur atau teknik kerja.
· Perundingan segi waktu pekerjaan (berapa lama).
· Kesiapan guru dalam memberikan bimbingan.
2. Evaluasi melalui bantuan rekan.
Sering rekan pengajar lainnya dapat memberitahukan dengan baik sisi-sisi kekuatan dan kelemahan kita sendiri dalam banyak segi, seperti kerohanian, watak dan sikap, minat, pengetahuan dan keterampilan. Guru dapat merencanakan "alat" bagi keperluan ini, dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang dikemukakan di atas. Sepatutnyalah guru memandang peserta didiknya (khususnya remaja, pemuda dan orang dewasa) sebagai "rekan sekerja" yang dapat membantu dirinya sendiri dalam meningkatkan wawasan dan keterampilan keguruannya.
3. Evaluasi berdasarkan ujian.
Alat yang sering dipakai dalam kesempatan semacam ini disebut tes. Ada dua jenis utamanya, yakni:
a. Tes objektif meliputi pilihan berganda, benar-salah, isian (menjodohkan). Sangat tepat untuk menilai segi-segi kognitif secara cepat dan menyeluruh. Tetapi jenis tes ini tidak dapat melihat segi kreativitas peserta didik dengan tepat.
b. Tes esai tertutup disajikan dengan cara memberikan soal untuk dikaji atau dipikirkan berdasarkan bahan pengajaran yang diterima murid. Bentuk ujian semacam ini sangat baik dan mungkin tepat untuk menilai kemampuan belajar, kedalaman, dan ketajaman pengertian peserta didik. Namun, untuk menilainya diperlukan lebih banyak waktu.
c. Tes esai terbuka. Yang sangat dipentingkan dalam hal ini adalah kemampuan memahami, aplikasif, analisis, sintesis serta evaluatif peserta didik, dengan menggunakan fakta tertulis (ide, angka-angka, dll.).
4. Evaluasi berdasarkan pengamatan.
Hal ini penting dalam rangka mengukur keterampilan dan sikap yang dituntut berkembang dalam diri peserta didik. Karena itu, guru harus menetapkan segi-segi kualitas yang akan diukur (items) termasuk aspek pengetahuan, penguasaan materi, pengertian, kemampuan menggunakan alat, keterampilan kerja, komunikasi, dll.
5. Evaluasi berdasarkan interview, termasuk ujian lisan komprehensif.
Guru dapat mengukur kemajuan peserta didik dengan cara mengajaknya berbincang-bincang mengenai pokok tertentu. Kemudian guru memberitahu kemajuan dan kelemahan peserta didik berdasarkan hasil wawancara itu. Harus disadari bahwa bentuk semacam ini sering pula mengundang debat emosional dan pembicaraan yang tak tentu arahnya.
D. Penilaian Berbasis Kelas
Kelas adalah sekelompok peserta didik yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama, dari pengajar yang sama pula.
Sedangkan Penilaian berbasis kelas adalah penilaian yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur seberapa besar peserta didik telah menguasai materi yang telah diajarkannya. Bukan berdasarkan penilaian pendekatan norma, tetapi menggunakan penilaian acuan kriteria dan standar yang merujuk pada standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya.
1. Tujuan Penilaian Berbasis Kelas
Seperti telah kita pahami bersama bahwa penilaian merupakan tangga yang harus dilewati seorang pendidik sebelum dia melakukan pengambilan keputusan pendidikan, yang biasa dikenal dengan evaluasi.
Tidak ubahnya dengan tujuan penilaian pada umumnya, penilaian berbasis kelaspun bertujuan untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosis kesulitan belajar, memberikan umpan balik/perbaikan pembelajaran, serta memotivasi dan merangsang peserta didik untuk melakukan usaha perbaikan.
2. Fungsi Penilaian Berbasis Kelas
Telah disampaikan sebelumnya, bahwa penilaian berbasis kelas merupakan hasil pergeseran paradigma dari pendekatan pendidikan. Dari pendekatan pendidikan yang berorientasi masukan (input oriented education) ke pendekatan pendidikan yang berorientasi hasil atau standar (outcome based education).
Unjuk nyata kompetensi, itulah pesan moral yang sebenarnya ingin disampaikan oleh paradigma baru ini. Dimana hasil belajar seorang peserta didik dapat langsung dilihat secara kasat mata dan praktis, bukan berhenti hanya pada tataran skor yang tertera manis dalam kertas saja.
Peserta didik dan orang tua dapat berkolaborasi untuk menciptakan hasil pembelajaran atau kompetensi yang optimal dengan merujuk pada kriteria yang telah ditetapkan dalam setiap kompetensi pembelajaran yang akan dihasilkan.
3. Prinsip Penilaian Berbasis Kelas
Rumusan yang harus dipegang seorang pendidik agar penilaian berbasis kelas yang akan dilancarkan dapat berjalan secara optimal.
1. Motivasi. Penilaian berbasis kelas hendaknya dipandang sebagai upaya untuk mengenal kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh guru maupun peserta didik. Untuk mengenal kekuatan dan kelemahan tersebut, diperlukan usaha perencanaan terhadap perbaikan kegiatan pembelajaran secara terus menerus. Hal yang lebih penting, tujuan akhir penilaian berbasis kelas bukan terletak pada pencapaian angka yang tinggi, melainkan terletak pada cara bagaimana memotivasi peserta didik sehingga diperoleh hasil yang maksimum.
2. Validitas. Harus menjamin tercapainya standar kompetensi, kompetensi dasar, maupun indikator. Kesesuaian antara penilaian berbasis kelas dengan tujuan akan meningkatkan validitas. Dengan demikian maka validitas merupakan suatu hal yang sangat perlu diperhatikan.
3. Adil. Penilaian berbasis kelas menekankn pada adanya perlakuan yang adil kepada semua peserta didik. Artinya, semua peserta didik harus mendapat kesempatan yang sama untuk dinilai tanpa membedakan latar belakang sosek, budaya, bahasa, dan jenis kelamin.
4. Terbuka. Menekankan adanya keterbukaan, dimana semua pihak baik pendidik maupun peserta didik perlu mengenali kemampuan masing-masing, jenis penilaian, maupun format penilaian yang akan digunakan.
5. Berkesinambungan. Harus dilakukan secara berencana, bertahap, dan terus menerus untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan belajar peserta didik. Hal ini dilakukan untuk melihat kesinambungan antara materi pokok yang satu dengan materi pokok yang lain.
6. Bermakna. Penilaian berbasis kelas dapat melihat perkembangan kemampuan peserta didik secara holistik. Selain itu, penilaian berbasis kelas dapat ditindaklanjuti oleh semua pihak, terutama pendidik, peserta didik, dan orang tua.
7. Menyeluruh. Penilaian berbasis kelas dilakukan dengan berbagai teknik dan prosedur untuk menjamin tersedianya informasi yang utuh dan lengkap tentang kinerja peserta didik, baik yang menyangkut aspek kognitif, efektif, dan psikomotorik. Jadi, sangat tidak mungkin jika pendidik hanya terpaku pada satu jenis penilaian saja, tertulis misalnya.
8. Edukatif. Penilaian berbasis kelas tidak dimaksudkan untuk membuat keputusan akhir tentang nasib peserta didik atau hal-hal lain yang dapat menurunkan motivasi peserta didik dalam belajar. Pelaksanaannya didasarkan pada pertanyaan yang sangat mendasar, yaitu : bagaimana peserta didik memperoleh hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan perolehan hasil belajar sebelumnya ? dan bagaimana guru mengajar lebih efektif dibandingkan dengan pengajaran sebelumnya
4. Karakteristik Penilaian Berbasis Kelas
Penilaian berbasis kelas memiliki karakteristik istimewa, yaitu :
a. Pusat belajar dan berakar dalam proses pembelajaran
Perhatian utama penilaian berbasis kelas tidak terletak pada perbaikan mengajar melainkan pada perhatian pendidik dan peserta didik dalam perbaikan hasil belajar. Adapun apabila guru melakukan perbaikan program pengajaran, tujuannya tidak lain adalah dalam rangka memperbaiki hasil belajar peserta didik.
Penilaian berbasis kelas dapat dipandang sebagai suatu usaha untuk membangun pembelajaran yang lebih baik yang salah satunya dengan melakukan umpan balik pada belajar peserta didik, agar lebih sistematik, fleksibel, dan efektif.
Penilaian berbasis kelas memberi suatu cara untuk melakukan penilaian secara menyeluruh dan sistematik dalam proses pembelajaran di kelas. Dengan demikian, penilaian berbasis kelas senantiasa berakar dalam proses pembelajaran. Karena difokuskan pada belajar, maka penilaian berbasis kelas memerlukan partisipasi aktif peserta didik. Dalam hal ini pendidik terus menerus memotivasi peserta didik agar hasil belajar mereka meningkat.
b. Umpan balik
Penilaian berbasis kelas dapat juga diartikan sebagai suatu alur proses umpan balik (feedback loop) di kelas. Pendidik maupun peserta didik dapat dengan cepat dan mudah menggunakan penilaian berbasis kelas sebagai umpan balik.
Penilaian berbasis kelas bukan hanya untuk memberi nilai atau skor (grading) peserta didik, tetapi juga untuk mendapatkan informasi bagi perbaikan mutu belajar peserta didik.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pembahasan tersebut, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Evaluasi (evaluation) adalah penilaian yang sistematik tentang manfaat atau kegunaan suatu objek (Mehrens & Lehmann, 1991). Dari sudut pedidikan yang dimaksud dengan evaluasi ialah suatu proses sistematik untuk menentukan sampai seberapa jauh tujuan intruksional dicapai oleh pembelajar.
2. Kegunaan atau fungsi evaluasi atau penilaian seringkali disamakan dengan tujuan penilaian atau evaluasi. Bila dilihat dari arti kata, maka pada tujuan penilaian terkandung arti sesuatu yang akan dicapai sedangkan pada fungsi menunjukan pada peranan yang dijalankan dalam rangka pencapaian tujuan.
3. Kita dapat melaksanakan evaluasi belajar ataupun program melalui berbagai teknik/pendekatan. Tentu saja setiap pendekatan memiliki kekuatan dan kelemahannya sendiri. Di bawah ini beberapa teknik evaluasi yang perlu kita singgung
4. Kelas adalah sekelompok peserta didik yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama, dari pengajar yang sama pula. Sedangkan Penilaian berbasis kelas adalah penilaian yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur seberapa besar peserta didik telah menguasai materi yang telah diajarkannya. Bukan berdasarkan penilaian pendekatan norma, tetapi menggunakan penilaian acuan kriteria dan standar yang merujuk pada standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Yasin,moh.fahri.Sistem evaluasi pembelajaran.Gorontalo:sultan amai press,cet.1,2009.
No comments:
Post a Comment