BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dan pendidikan itu adalah dua hal yang sangat berkaitan erat, bahkan saling mempengaruhi antara satu sama lain. Hubungan ini terjalin dengan fungsinya masing-masing. Fungsi manusia adalah sebagai pengajar/pendidik sementara manusia membutuhkan pendidikan sebagai acuan untuk perbaikan hidup. Disinilah fungsi pendidikan yakni ”memanusiakan manusia”.
Pendidikan itu adalah lembaga dan usaha pembangunan serta watak bangsa. Pendidikan yang demikianitu mencakup ruang lingkup yang amat komprehensif, yakni pendidikan kemampuan mental, fikir (rasio/intelektual) dan kepribadian seutuhnya.
Hampir semua orang dikenai pendidikan dan melaksanakan pendidikan. Sebab pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan manusia. Anak-anak menerima pendidikan dari orang-tuanya, dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan berkeluarga mereka juga akan mendidik anak-anaknya. Begitu pula disekolah dan perguruan tinggi para siswa dan mahasiswa dididik oleh guru atau dosen.
Pendidikan adalah khas milik dan alat manusia, tidak ada makhluk yang membutuhkan pendidikan kecuali manusia[1].
Mendidik secara insting ini segera diikuti oleh mendidik yang bersumber dari fikiran pengalaman manusia. Manusia mampu menciptakan cara-cara mendidik karena perkembangan pikirannya. Demikianlah makin lama makin banyaka ragam cara mendidik orang tua terhadap anak-anaknya.
Pekerjaan mendidik mencakup banyak hal, yaitu segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan manusia. Mulai dari perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial, sampai kepada perkembangan iman, semuanya ditangani oleh pendidik. Berarti mendidik bermkaksud membuat manusiamenjadi lebih sempurna, membuat manusia meningkatkan hidupnya dari kehidupan alamiah menjadi berbudaya.
Didalam seni mendidik, seorang pendidik hendaknya terlebih dahulu mengenal dasar-dasar perkembangan psikologis manusia dalam pendidikan. Ini penting, karena sangat mempengaruhi pendidik dalam menentukan langkah-langkah yang akan digunakan dalam mendidik.
Sejak proses terjadinya konsepsi sampai mati, anak akan mengalami perubahan karena tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan ini bersifat jasmania maupun kejiwaanya. Jadi sepanjang kehidupan manusia terjadi proses pertumbuhan yang terus menerus maka proses perubahan itu terjadi secara tratur dan terarah, yaitu kearah kemajuan, bukan kemunduran.
Tiap tahap kemajuan pertumbuhan ditandai dengan meningkatnya kemampuan dan cara baru yang dimiliki. Pertumbuhan merupakan peralihan tingkah laku atau fungsi kejiwaan dari yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi perubahan-perubahan yang selalu terjadi itu dimaksudkan agar orang didalam kehidupannya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Lingkungan manusia terdisi dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik itu adalah segala sesuatu yang ada disekitar anak yang non-Manusia. Sedangakn lingkungan sosial adalah semua orang yang ada dalam dunia kehidupan anak. Yakni orang yang bergaul dengan anak, melakukan kegiatan bersama atau bekerjasama. Tugas pendidikan, yang terutama ialah memberikan bimbingan agar pertumbuhan anak dapat berlangsung secara wajar dan optimal. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan tentang hukum-hukum dasar perkembangan kejiwaan manusia agar tindakan penidikan yang dilaksanakan berhasil dan berdaya guna.
Manusia merupakan makhluk yang aktif. Keaktifan itu diperlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Didalamdiri seseorang terdapat kekuatan yang menjadi daya penggerak keaktifan yang disebut motifasi. Proses pendidikan adalah salah satu aktifitas manusia. Fungsi motifasi dalam proses pendidikan ialah membangkitkan dorongan untuk melakukan aktifitas pendidikan.
kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipenuhi seseorang memiliki tingkatan makna yang tidak sama. Menurut Maslow kebutuhan tertentu merupakan dasar kebutuhan yang lain. Kebutuhan tertentu itu harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum beralih kepada pemenuhan kebutuhan yang lain yang mempunyai makna yang lebih tinggi. Menurut pandangan Maslow tentang motifasi ini kebutuhan fisiologis yang paling kuat menuntut pemuasan.
Apabila dorongan fisiologis telah terpenuhi maka kebutuhan pada tingkat berikutnya muncul dan mendesakuntuk dipenuhi yaitu kebutuhan untuk mendapatkan rasa aman (sefety-needs) merupakan dorongan untuk menghindarkan diri atu menjauhkan diri dari bahaya yang mengancam atau dorongan mendapat perlindungan. Terpenuhinya kebutuhan rasa aman ini akan diikuti oleh motifasi untuk mendapatkan kasih sayang, saling memiliki, untuk berteman, untuk menjadi bagian kelompok. Selain dari pada itu kebutuhan untuk dihargai, memperoleh respec orang lain, memperoleh kepercayaan memperoleh pengaguman orang lain dan memperoleh keprcayaan diri (self-confidence) dan penghargaan diri (self-respec). Jika kebutuhan ini telah terpenuhi motifasi diarahkan kepada aktualisasi diri (self-actulitazation). Selanjutnya kepada pemuasan dorongan untuk mengetahui dan mengerti. Dorongan yang merupakan prioritas akhir pemuasannya ialah kepekaan akan rasa keindahan dari segi manusianya. Kelengkapannya dan lingkungan hidupnya.
B. Rumusan Masalah
- Bagaimana pentingnya pendidikan kepada manusia
- Apa peran pendidikan kepada masyarakat.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Manusia
Manusia adalah homosapiens :
1) puncak evolusi organik dari makhluk hidup
2) kedudukannya dalam klasifikasi makhluk hidup.
a. Dunia : binatang
b. Phylum : chordata
c. Kelas : mamalia
d. Orde : primata
e. Famili : hominidae
f. Genus : homo
g. Spesies : sapiens
3) karakteristik manusia
Individu yang belajar
a. unik (ada perbedaan individual)
b. banyak kesamaan dari pada perbedaannya
c. sebuah organisme total
d. mempunyai kesiapan bertindak
e. mempunyai tugas-tugas perkembangan
f. mempunyai berbagai kebutuhan
g. mempunyai kecenderungan-kecenderungan umum dalam bertingkah laku
h. mempunyai tujuan-tujuan khusus
i. merupakan motivator-motivator dirinya sendiri
4) manusia dipandang dari sisi sosial
1) Manusia adalah animal sociale (binatang yang hidup bermasyarakat)
2) Masyarakat adalah
a. pengalaman kita dengan orang lain di sekitar kita (Berger & Berger)
b. tingkah laku kelompok, hubungan-hubungan diantara manusia, dan faktor-faktor yang termasuk dan terjadi di dalam hubungan-hubungan manusia (Ginsberg)
c. interaksi-interaksi dan interelasi-interelasi manusia (Barlett dkk)
d. sebuah sistim yang terbentuk dari cara-cara dan prosedur-prosedur kekuasaan dan bantuan timbal balik, pengelompokan-pengelompokan dan pembagian-pembagian, pengawasan-pengawasan, dan kebebasan-kebebasan (Maciver)
e. sebuah kelompok dengan suatu budaya yang terorganisasi untuk memberikan kepuasan bagi kebutuhan-kebutuhan dankepentingan-kepentingan semua orang, dalam arti sempit adalah struktur sosial (Reading)
Manusia adalah organisme Sosiobudaya. Budaya adalah seperangkat cara hidup ( berfikir dan berbuat ) yang diperoleh melalui proses belajar yang memberi ciri pada setiap keputusan kelompok[2].
B. Pendidikan
Pendidikan adalah karya bersama yang berlangsung dalam suatu pola kehidupan insani tertentu.
Menurut Webster’s New World Dictionary (1962), pendidikan adalah “poses pelatihan dan pengembangan pengetahuan, keterampilan, pikiran, karakter, dan seterusnya khususnya lewat persekolahan formal”. Pemahaman mengenai pendidikan mengacu pada konsep tersebut menggambarkan bahwa pendidikan memiliki sifat dan sasarannya yaitu manusia. Manusia itu sendiri mengandung banyak aspek dan sifatnya yang sangat kompleks. Karena itu tidak ada suatu batasan yang cukup memadai untuk menjelaskan arti pendidikan secara lengkap. Batasan pendidikan yang dibuat para ahli tampak begitu beraneka ragam, dan kandungannya berbeda antara satu dari yang lain.
Perbedaan tersebut dipengaruhi orientasi dan konsep dasar yang dipergunakan para ahli sebagai aspek yang menjadi tekanan dan falsafah yang melandasinya. Pendidikan telah mulai sejak manusia hadir di muka bumi ini dalam bentuk pemberian warisan pemberitahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dari pada orang tua dalam mempersiapkan anak-anaknya menghadapi kehidupan dan masa depannya.
Pendidikan bukanlah semata-mata merupakan upaya menyiapkan individu untuk dapat menyesuaaikan dirinya dengan lingkungan melainkan lebih diarahkan Pada upaya pembentukan dan kesediaan melestarikan lingkungan dalam jalinan yang selaras[3].
Ilmu pendidikan menyusun batang tubuh pengetahuan teoritis berdasarkan epistimologi keilmuan secara logis, analsisis, sistematis, dan teruji. Ilmu pendidikan disebut juga pedagogik, yang merupakan terjemahan dari ”pedagogics” berasal dari bahasa Yunani ”Pais” yang artinya anak Dan ”again” yang artinya membimbing[4]. Dari pengertian itu dapat dipahami bahwa pendidikan mengandung pengertian ”bimbingan yang diberikan kepada anak”.
Menurut Prate teori pendidikan tidak dapat disusun seperti teori dalam ilmu pengetahuan alam.teori pendidikan di susun sebagai latar belakang yang hakiki dan sebagai rasional dari praktek pendidikan serta bersifat direktif untuk sejumlah penemuan dalam praktik.
Barnadib, 1996 : 9 sejalan dengan hal itu konsursium pendidikan menegaskan ilmu pendidikan tidak dapat di pahami dari pengalaman individual semata, melainkan harus melalui analisis sistematis riwayatnya.
Jelas bahwa ilmu pendidikan adalah ilmu yang secara sistematis dan sitemik mempelajari interaksi sosial budaya antara peserta didik sebagai subyek didik dan pendidik untuk mencapai tujuan pendidik yang di inginkan.
P.H. Coombs dan W.j platt (1968) mengemukakan tiga macam sumber masukan yang terdiri atas
1. Pengetahuan, nilai-nilai, dan cita-cita yang terdapat di dalam masyarakat
2. Penduduk dan persediaan layanan belajar dan lulusan sebagai output berupa tenaga kerja yang memenuhi persyaratan dan juga tenaga ahli diberbagai bidang keahlian
3. Hasil produksi pendidikan berupa outcom.
P.H. Coombs (1968) mengemukakan ada 12 komponen utama sistem pendidikan
1. Tujuan dan Prioritas.
Komponen ini tertumpuk pada sumber masukan pada pendidikan pertama,dan merupakan imformasi tentang apa yang hendak di capai oleh sistem pendidikan serta urutan pelaksanaannya. Komponen ini berfungsi memandu kegiatan-kegiatan dalam penyelenggaraan sistem pendidikan
2. Pelajar atau Peserta Didik.
Komponen ini berasal dari penduduk dan merupakan orang yang turut serta dalam proses pendidikan sesuai jenjang, jenis, dan permintaannya. Fungsi komponen ini adalah belajar sehingga mengalami proses perubahan kwalitas perilaku seperti yang di harapkan oleh sistem dan tujuan pendidikan.
3. Manajemen Bersumber Pada Sistem Nilai atau Budaya Dari Cita-cita.
hal ini merupakan informasi tentang pola kepemimpinan pengelolaan sistem pendidikan komponen ini mempunyai sisi merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan memberi penilaian atau melakukan pengawasan terhadap sistem pendidikan.
4. Struktur dan Jadwal Waktu.
Komponen ini bertumpuk pada sumber masukan pendidikan pertama dan merupakan informasi tentang pengaturan pembagian waktu dan kegiatan dalam proses pendidikan fungsinya mengatur pembagian waktu dan arus kegiatan yang terprogram dengan baik.
5. Isi Bahan Belajar.
Komponen ini juga berasal dari sumber masukan pendidikan pertama dan merupakan hal-hal pokok yang harus di pelajari. Isi bahan ajar berfungsi mengambarkan luas dan dalamnya bahan ajar. Dengan demikian mengarahkan dan mempolakan kegiatan-kegiatan dalam proses pendidikan.
6. Guru dan Pelaksana.
Komponen ini bersumber dari tenaga kerja yang tersedia dalam masyarakat (sumber masukan pendidikan) dan merupakan tenaga penggerak utama sistem pendidikan. Guru befungsi membantu terciptanya kesempatan belajar dan memperlancar proses pendidikan menunjang tercapainya sistem pendidikan.
7. Alat bantu belajar.
Komponen ini bersumber pada barang-barang hasil produksi yang antara lain berupa buku pelajaran, papan tulis, peta, alat-alat praktikum, laboratorium, modul belajar. Komponen ini berfungsi memungkinkan terjadinya proses pendidikan yang lebih lengkap, menarik, bervariasi, dan menyenangkan.
8. Fasilitas.
Komponen ini teutama bersumber pada barang-barang hasil produksi yang antara lain berupa gedung, ruang kelas, fasilitas belajar dan perlengkapannya yangberfungsi menyediakan tempat berlangsungnya proses pendidikan
9. Tekhnologi.
komponen ini diambil dari sumber masukan yang pertama dan berupa cara-cara yang dipergunakan untuk menggiatkan kerja dalam sistem pendidikan. Fungsinya memperlancar, memperkaya dan meningkatkan hasil guna proses pendidikan
10. Pengawasan Mutu.
Komponen ini bersumber pada sistem nilai danmerupakan informasi tentang pengaturan kualitas sistem pendidikan yang berfungsi membina peraturan-peraturan pendidikan dan standar pendidikan.
11. Penelitian.
Komponen ini bersumber pada pengetahuan yang ada dalammasyarakat dan kegiatannya menghasilkan informasi mengenai fakta-fakta yang berguna untuk memperbaiki pengatahuan dan penampilan sistem pendidikan.
12. Ongkos Pendidikan.
Komponen ini merupakan satuan biaya yang diergunakan untuk melancarkan proses pendidikan dan bersumber dari penghasilan masyarakat maupun bantuan pemerintah. Ongkos pendidikan befungsi menjadi petunjuk tentang tingkat efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan sistem pendidikan.
Ilmu penduidikan mempelajari proses terbentuknya kepribadian manusia melalui kegiatan belajar yang dirancang secara sistematis dalam suatu pendidikan. Kepribadian adalah kondisi dinamis antara pola pikir, pola sikap dan pola tindak individu[5]. Pembenetukan kepribadian dapat mencakup proses transfer dan transformasi pengetahuan, sikap dan perilaku mengenai aspek logika, etika dan estetika yang masing-masing mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pentingnya Pendidikan Terhadap Manusia
Mengapa Manusia Harus Dididik/Mendidik
1. Dasar Biologis
Pendidikan itu perlu, karena anak manusia dilahirkan tidak berdaya.
v Anak manusia lahir tidak memiliki insting yang sempurna untuk dapat menyesuaikan diri dalam menghadapi lingkungannya
v Anak manusia perlu masa belajar yang panjang sebagai persiapan untuk dapat secara tepat berhubungan dengan lingkungan secara konstruktif.
v Awal pendidikan terjadi setelah anak manusia mencapai penyesuaian jasmani (anak dapat berjalan sendiri, dapat makan sendiri, dapat menggunakan tangan sendiri) atau mencapai kebebasan fisik dan jasmani
2. Implikasi
v Anak manusia yang tidak menerima bantuan dari manusia lainnya yang telah dewasa akan tidak menjadi manusia yang berbudaya atau bahkan mati.
v Anak memerlukan perlindungan dan perawatan, sebagai masa persiapan pendidikan
v Kemampuan pendidikan terbatas
v Orang dewasa yang tidak berhasil dididik perlu pendidikan kembali atau redukasi
3. Dasar Sosio Antropologis
Peradaban tidak terjadi dengan sendirinya dimiliki oleh setiap anggota masyarakat
v Setiap anggota masyarakat perlu menguasai budaya kelompoknya yang berupa warisan sosial/budaya
v Masyarakat menginginkan kehidupan yang beradab
Mengapa Manusia Dapat Dididik/Mendidik
1. Dasar Biologis
Anak dilahirkan tak berdaya tapi memiliki potensi untuk berubah
v Anak bersifat lentur
v Anak mempunyai otak yang besar dan berpermukaan sangat luas
v Mempunyai pusat syaraf yang berfungsi berhubungan dengan perbuatan berfikir sehingga terjadi penangguhan reaksi dalam menerima perangsang maka terjadi belajar
2. Implikasi
v Anak dapat menerima bantuan untuk berfikir yang tertuju sehingga dapat belajar
v Pendidikan adalah penyesuaian yang sempurna dari organisme biologis terhadap lingkungannya
v Pendidikan harus berkenaan dengan pelancaran kerja susunan syaraf
3. Dasar Psiko-sosio-antopologis
Keragaman dan kelebihan individu
v Individu bersifat unik, berbeda-beda, ada kelebihandan kekurangannya
v Ada perbedaan penguasaan budaya
v Animal social sehingga ada usaha tolong menolong
Adapun fungsi pendidikan terhadap manusia itu tak lain untuk mencapai kebahagiaan hidup, baik jasmani maupun rohaninya.
Ki Hajar Dewantara mengartikan tujuan pendidikan terhadap manusia sebagai proses pembudayaan kodrat alam setiap idividu yang kemampuan-kemampuan bawaannya untuk dapat mempertahankan hidup, yang tertuju kepada pencapaian kemerdekaan lahir dan batin, sehingga memperoleh keselamatan dalam hidup lahiriah dan kebahagiaan dalam hidup batiniah[6].
Pendidikan sebagai proses pembudayaan kodrat alam merupakan usaha memlihara dan memajukan serta mempertinggi dan memperluas kemampuan-kemampuan kodrati untuk mempertahankan hidup. Proses pembudayaan tersebut bertujuan membangun kehidupan individual dan sosial. Tujuan pendidikian yang bersifat individual adalah individu-individu yang mencapai kemerdekaan lahir dan batin. Jadi, tujuan personal pendidikan itu adalah kokohnya tian-tiang kemerdekaan hidup dalam diri setiap individu.
Sedangkan tujuan sosial pendidikan adalah membangun secara bersama-sama oleh segenap individu-individu yang merdeka lahir dan batin, suatu masyarakat yang berkebudayaan kebangsaan yang berkhas berdasarkan adab kemanusiaan, sehingga terwujud kehidupan bersama yang tertib/damai yang didalamnya terdapat kemeredekaan pribadi, kebangsaan, dan kemanusiaan yang seimbang dan seiring jalan.
Pendidikan memegng peran penting dalam pemabangunan Nasional. Melalui pendidikan yang baik akan terlahir manusia Indonesia yang mampu bersaing di era globalisasi bercirikan high competition. Tanda-tanda kearah itu sudah mulai tampak dengan adanya prestasi anak-anak bangsa pada tingkat internasional. Perolehan medali pada berbagai eventt sains tingkat dunia, peningkatan rating human development indeks (HDI) manusia Indonesia, pemberantasan buta aksara yang gencar dilakukan baik melalui jalur pendidikan formal terutama oleh jalur pendidikan non formal, penanggulangan angka putus sekolah melalui program pendidikan kesetaraan untuk mensukseskan program wajib belajar (Wajar) 9 tahun dan juga upaya pemberian kecakapan dan keterampilan hidup kepada masyarakat, upaya meningkatkan minat baca masyarakat sampai ke pelosok desa, menjadi usaha dan prestasi nyata yang telah dan akan perjuangkan saat ini. Prestasi terbaru pendidikan Indonesia adalah masuknya 4 perguruan tinggi negeri (PTN) Nasional ke dalam kelompok 500 perguruan tinggi terbaik dunia. Melihat kesungguhan yang begitu besar dari pemerintah, maka sudah selayaknya kita sebagai anak bangsa, terutama yang bergerak pada sektor pendidikan baik formal, informal, non formal. Menyatukan langkah dan pikiran untuk bersama-sama membantu pemerintah meningkatkan pendidikan Nasional untuk menghasilkan masyarakat Indonesia yang cerdas, terampil dan berbudi pekerti yang baik. Demi terwujudnya tujuan negara Indonesia yakni masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
B. Peran Pendidikan Dalam Masyarakat
Berbicara tentang pendidikan, maka membahas perkembangan peradaban manusia. Perkembangan pndidikan manusia akan berpengaruh terhadap dinamika sosial, budaya, masyarakatnya. Sejalan dengan itu, pendidikan akan terus mengalami perkemabangan sesuai dengan perkembangan kebudayaan. Banyak pendapat para tokoh pendidikan yang kemudian berdampak terhadap peradaban manusia. Tulisan ini akan mendeskripsikan pendapat tentang arti pentingnya pendidikan bagi manusia, serta sasaran pendidikan secara umum di Indonesia.
Dari masa perkembangan peradaban kuno sampai munculnya abad pencerahan (renaisance) di Eropa, bidang pendidikan mendapat tempat utama dan strategis dalam kehidupan pemerintahan.
Jelaslah bahwa pendidikan adalah sesuatu yang sangat penting dan mutlak bagi umat manusia. Oleh karena itu, tidaklah sekedar transfer ilmu pengetahuan (Transfef of knowledge). Tujuan pendidikan sesungguhnya menciptkan pribadi yang memiliki sikap dan keribadian yang posistif.
Pendidikan bagi manusia dapat diartikan sebagai keseluruhan proses pendidikan yang di organisasikan,mengenai apapun bentuk isi,tingkatan status dan metode apa yang digunakan dalam proses pendidikan tersebut,baik formal maupun non –formal,baik dalam rangka kelanjutan pendidikan di sekolah maupun sebagai pengganti pendidikan di sekolah,ditempat kursus,pelatihan kerja maupun di perguruan tinggi,yang membuat manusia mampu mengembangkan kemampuan,keterampilan,memperkaya khasanah pengetahuan,meningkatkan kualifikasi ketekhnisannya atau keprofesionalnya dalam upaya mewujudkan kemampuan ganda yakni disuatu sisi mampu mengembangkan pribadi secara utuh dan dapat mewujudkan keikutsertaannya dalam perkembangan sosial budaya,ekonomi,dan tekhnologi secara bebas,seimbang dan berkesinambungan.
Dalam hal ini,terlihat adanya tekanan rangkap bagi perwujudan yang ingin dikembangkan dalam aktifitas kegiatan dilapangan.pertama untuk mewujudkan pencapaian perkembangan setiap individu,dan kedua untuk mewujudkan peningkatan keterlibatannya (partisipasinya )dalam aktifitas sosial dari setiap individu yang bersangkutan.tambahan pula, bahwa pendidikan seorang manusia mencakup segala aspek pengalaman belajar yang diperlukan oleh manusia,baik pria maupun wanita,sesuai dangan bidang dan keahliannya masing-masing.
Dengan demikian,hal itu dapat berdampak positif terhadap keberhasilan pembelajaran seorang manusia yang tampak pada adanya perubahan perilaku ke arah pemenuhan pencapaian kemampuan/keterampilanyang memadai. Di sini, setiap individu yang berhadapan dengan individu lain akan dapat belajar bersama dengan penuh keyakinan. Perubahan perilaku dalam hal kerjasama dalam berbagai kegiatan, merupakan hasil dari adanya perubahan setelah adanya proses belajar, yakni proses perubahan sikap yang tadinya tidak percaya diri menjadi perubahan kepercayaan diri secara penuh dengan menambah pengetahuan dan keterampilannya.
Perubahan perilaku terjadi karena adanya perubahan (penambahan) pengetahuan atau keterampilan serta adanya perubahan sikap mental yang sangat jelas, dalam hal pendidikan seorang manusia tidak cukup hanya dengan memberi tambahan pengetahuan, tetapi harus dibekali juga dengan rasa percayayang kuat dalam pribadinnya. Pertambahan pengetahuan saja tanpa kepercayaan diri yang kuat, niscaya mampu melahirkan perubahan ke arah positif berupa adanya pemabaharuan baik fisik maupun mental secara nyata, menyeluruh dan berkesinambungan.
Perubahan perilaku bagi seorang manusia terjadi melalui adanya proses pendidikan yang berkaitan dengan perkembngan dirinya sebgai individu, dan dalam hal ini sangant memungkinkan adannya partisipasi dalam kehidupan sosial untuk meningkatkan kesejahteraan diri sendiri, maupun kesejahteraan bagi orang lain, disebabkan produktifitas yang lebih meningkat. Bagi seorang manusia pemenuhan kebutuhannya sangat mendasar, sehingga setelah kebutuhan itu terpenuhi ia dapat beralih ke arah usaha pemenuhan kebutuhan lain yang lebih masih diperlukannya sebagai penyempurnaan hidupnya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan itu merupakan hal yang sangat penting dan mutlak bagi umat manusia. Oleh karena itu tidaklah sekedar transfer ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) tujuan pendidikan sesunguhnya menciptakan pribadi yang memiliki sikap dan kepribadian yang positif. Sikap dan kepribadian yang positif antara lain :
v Memiliki dan bangga berkompetensi, yaikni memiliki ilmu pengetahuan
v Bangga berdisiplin
v Tahan mental menghadapi kesulitan hidup
v Jujur dan dapat dipercaya (memiliki karakter yang baik dan integritas yang baik atau suka berkerja sama dalam tim)
v Memiliki pola pikir yang rasional dan ilmiah
v Bangga bertanggung jawab
v Terbiasa bekerja keras
v Mengutamakan kepedulian trhadap sesamanya
v Mengutamakan berdiskusi daripada berdebat (not conflict but consensus)
v Hormat pada aturan
v Menghormati hak-hak orang lain
v Memiliki moral dan etika yang baik
v Mencintai pekerjaan
v Suka menabung
Menghasilkan manusia Indonesia seperti keadaan diatas merupakan keinginan insan pendidikan. Semua pendidik dan tenaga kependidikan di negeri ini harus memahami hal itu sehingga dalam melaksanakan setiap aktifitas belajar mengajar, tidak hanya sekedar mentransfer ilmu kepada warga didik (warga belajar) tetapi kita harus membimbing mereka melalui motifasi dan contoh keteladanan yang bermuara pada pembinaan sikap (behaviour) maupun etika/moral peserta didik ataupun warga belajar.
Pendidikan memegangperan penting dalam Pembangunan Nasional. Melalui pendidikan yang baik akan terlahir manusia Indeonesia yang mampu bersaing di era Globalisasi bercirikan high competition. .
Proses pendidikan tidak hanya berlangsung di dalam kelas dengan tumpukan buku atau juga di rumah dengan multi media, komputer dan koneksi internet. Namun prose pendidikan juga bisa berlangsung di jalan, di lingkungan sehari-hari dan sebagainya yang bertujan untuk memahami bagaimana bertindak dalam aspek sosial, ataupun juga membina hubungan sosial dengan kelompoknya dan sebgainnya.
B. Saran
Kami sangat mengharapkan kepada teman-teman kelompok lain untuk bersama-sama mengkaji hal-hal yang belum sempat dicantumkan dalam makalah ini. Jika ada hal-hal yang ingin didiskusikan, kami siap membuka diskusi kelompok baik itu di kampus atau diluar kampus.
Untuk itu, kepada dosen pembimbing kami mengharapkan tambahan penjelasan. Karena kami menyadari makalah ini masih perlu tambahan berupa masukan ataupun yang sejenisnya.
DAFTAR PUSTAKA
Mudyahardjo Redja, Pengantar Pendidikan, RajaGrafindo Persada, Jakarta 2001.
Tim Dosen FIP-IKIP MALANG, Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya 2003.
Pidarta Made, Landasan Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta 1997.
Dr. H. Sagala Syaiful, Manajemen Strategi Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, Alfabeta, Bandung 2007.
Freire Paulo, Pendidikan Sebagai Proses, Pustaka Belajar, Yogyakarta 2005.
[1] Sidarta Made, Landasan Kependidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, Cetakan Pertama, 1997), Hal. 1.
[2] Mudyahardjo Redja, Pengantar pendidikan, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2001).Hal. 20.
[3] Dr. H. Sagala Syaiful Manajemen Strategi Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan,( Bandung: Alfabeta, , 2007), Hal. 1
[4] Ibid h. 3
[5] Ibid. hal 19.
[6] Mudyahardjo Redja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta : PT. RAJAGRAFINDO PERSADA, 2001 Hal. 302.)
No comments:
Post a Comment