1.1.Pengertian
Istilah “strategi” berasal dari bahasa yunani strategos yang berarti keseluruhan usaha termasuk perencanaan, cara taktik yang digunakan oleh militer untuk mencapai kemenangan dalam peperangan.[1]
Strategi mempunyai pengertian sebagai suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola umum kegiatan guru-murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.[2] Istilah strategi mula-mula dipakai dikalangan militer dan diartikan sebagai seni dalam merancang (operasi) peperangan, terutama yang erat kaitannya dengan gerakan pasukan dan navigasi kedalam posisi kemenangan (Hornby,1973-1997). Pendapat strategi tersebut harus didahului oleh analisis kekuatan musuh yang meliputi jumlah personal, kekuatan persenjataan, kondisi lapangan, posisi musuh dan sebagainya. Dalam perwujudannya, strategi itu akan akan dikembangkan dan dijabarkan lebih lanjut menjadi tindakan-tindakan nyata dalam medan pertempuran.
Dewasa ini istilah strategi banyak dipinjam oleh bidang-bidang ilmu lain, termasuk ilmu pendidikan. Dalam kaitannya dalam belajar mengngajar, pemakaian istilah strategi dimaksudkan sebagai daya upaya guru murid dalam menciptakan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya suatu proses mengajar. dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Maksudnya agar tujuan pengajaran yang telah dirumuskan dapat tercapai secara berdaya guna dan berhasil guna, guru dituntut memiliki kemampuan mengatur secara umum komponen-komponen pengajaran sedemikian rupa sehingga terjalin keterkaitan fungsi antar komponen pengajaran dimaksud. Dengan rumusan lain, dapat juga dikemukakan bahwa strategi berarti pilihan pola kegiatan belajar mengajar yang diambil untuk mencapai tujuan secara efektif. Untuk melaksanakan tugas secara profesional, guru memerlukan wawasasan yang mantap tentang kemungkinan-kemungkinan strategi belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan belajar yang telah dirumuskan, baik dalam arti efek intruksional ( tujuan belajar yang dirumuskan secara eksplisit dalam proses belajar mengajar), maupun dalam arti efek mengiring (hasil ikutan yang didapat dalam proses belajar, misalnya kemampuan berfikir kritis, kreatif, sikap terbuka setelah siswa mengikuti diskusi kelompok kecil dalam proses belajarnya).[3]
Menurut Nawman dan Logam, strategi dasar dari setiap usaha meliputi empat masalah yaitu :
1. Mendefinisikan dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian yang diharapkan dari siswa.
2. Memilih cara pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat yang dianggap paling efektif dan tetap untuk mencapai sasaran.
3. Memilih atau menentukan prosedur metode dan tehnik belajar mengajar yang dianggap paling efektif dan efisien sehingga dapat dijadikan pegangan oleh para guru dalam melaksanakan kegiatan mengajarnya.
4. Menetapkan norma-norma batas minimal keberhasilan kriteria atau standar keberhasilan sehingga guru mempunyai pegangan yang dijadikan ukuran untuk memilih sejauh mana keberhasilan tugas yang telah dilaksanakan.[4]
Dalam melaksanakan /menerapkan strategi belajar mengajar ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan oleh guru yaitu :
1. Tahap mengajar.
2. Menggunakan model atau pendekatan mengajar.
3. Penggunaan prinsip mengajar.[5]
Untuk selanjutnya tahapan mengajar dapat dilakukan melalui 3 tahapan terdiri atas pra intruksional, intruksional, dan penilaian dan tindak lanjut[6] Tahap intruksional, pada hakekatnya adalah menggunakan kembali tanggapan siswa terhadap bahan yang telah diterimanya dan menumbuhkan kondisi belajar dalam hubungannya dengan hari ini. Tahap intruksional, secara umum kegiatan yang dilakukan pada tahap ini sebagai berikut :
1. Menjelaskan kepada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai.
2. Menuliskan pokok-pokok materi yang akan dibahas.
3. Membahas pokok materi yang telah ditulis
4. Setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan contoh-contoh kongkrit.
5. Penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas pembahasan setiap materi pokok yang sangat diperlukan.
6. Mengumpulkan hasil pembahasan dari semua pokok materi.[7]
Adapun tahap evaluasi dan tindak lanjut dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan intruksional. Dalam tahapan ini Richard Aderson mengajukan dua pendekatan yaitu pendekatan yang berorientasi pada guru dan pendekatan yang berorientasi pada siswa.[8]
Sementara itu, Bruce Joyle mengemukakan empat kategori pendekatan yaitu :
1. Pendekatan ekspositeri atau model informasi.
2. Pendekatan inquiry / discovery, dalam menggunakan pendekatan ini metode yang biasa digunakan adalah komunikasi banyak arah. Pendekatan ini cocok digunakan untuk materi yang bersifat kongnitif.
3. Pendekatan interaksi sosial.
4. Pendekatan tingkah laku.[9]
Dari uraian diatas, tergambar bahwa ada empat masalah pokok yang sangat penting yang dapat menjadikan pedoman dalam keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
Pertama, spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku yang begaimana yang hendak dicapai dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukan itu. Dengan kata lain, menentukan sasaran dari kegiatan belajar mengajar tersebut. Sasaran ini harus dirumuskan secara jelas dan kongkret sehingga mudah dipahami oleh peserta didik. Perubahan prilaku dan kepribadian yang diharapkan setelah siswa setelah mengikuti suatu kegiatan belajar mengajar itu harus jelas, misalnya, dari tidak bisa membaca jadi bisa membaca. Kalau sebelum mengikuti belajar mengajar para siswa tidak mampu membaca atau menulis huruf al-qur’an, maka setelah mengikuti kegiatan belajar mereka menjadi mempu membaca atau menulis huruf al-qur’an, dan seterusnya, suatu belajar mengajar tanpa sasaran yang jelas, berarti kegiatan tersebut dilakukan tanpa arah atau tujuan yang pasti. Suatu kegiatan atau usaha yang tidak mempunyai arah atau tujuan yang pasti, dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan-penyimpangan dan tidak tercapainya hasil yang diharapkan.
Kedua, memilih cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran. Bagaimana kita memandang suatu persoalan, konsep, pengertian dan teori apa yang kita gunakan dalam memecahkan suatu kasus akan mempengaruhi hasil yang akan dicapai. Suatu masalah yang dipelajari oleh dua orang dengan pendekatan berbeda akan menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang tidak sama. Juga akan tidak sama bila kita menggunakan pendekatan agama karena pengertian, konsep, dan teori agama mengenai baik, benar atau adil akan berbeda artinya tentang pendekatannya menggunakan berbagai disiplin ilmu.
Ketiga, memilih dan dan menetapkan prosedur, metode dan tehnik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif. Metode atau tehnik penyajian untuk memotifasi siswa agar mampu menerapkan pengetahuan dan pengalamannyauntuk memecahkan masalah, berbeda dengan cara atau metode untuk mendorong para siswa mampu berfikir dan memiliki cukup keberanian untuk mengemukakan pendapatnya sendiri.perlu dipahami bahwa suatu metode mungkin hanya cocok dipakai untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Keempat, menetapkan norma-norma atau kriteria keberhasilan sehingga guru mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh mana keberhasilan tugas-tugas yang dilakukannya. Suatu program baru bisa diketahui keberhasilannya, setelah dilakukan evaluasi. Sistem penilaian dalam kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu strategi yang tidak bisa dipisahkan dengan strategi dasar yang lain. Bisa dilihat dari berbagai segi kerajinannya melalui tatap muka dengan guru, prilaku sehari-hari disekolah, hasil ulangan, hubungan sosial, dan sebagainya, atau dilihat dari berbagai aspek.[10]
1.2.Tujuan dan Fungsi Strategi pembelajaran
Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh para ahli bahwa pengertian pembelajaran secara garis besarnya adalah suatu proses belajar mengajar antar guru dan anak didik atau pun ada sangkut pautnya dengan manusia.
Dalam proses belajar mengajar, strategi pembelajaran sangat dibutuhkan. Hal ini bertujuan untuk lebih mengikatkan kualitas anak didik menuju terbinanya insan yang handal dan mampu. Tentunya untuk tujuan ini maka strategi pembelajaran termasuk didalamnya mengidentifikasi segala bentuk dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.
Muhaimin, mengemukakan bahwa paling tidak strategi pembelajaran tersebut sangat bermanfaat pada setiap tahapan dan proses belajar mengajar, baik pada tahap kesiapan (Readiness), pemberian motovasi, perhatian, memberikan persepsi, retensi maupun dalam melakukan transfer ilmu pengetahuan kepada siswa.[11]
Dapat di jelaskan bahwa strategi yang dibutuhkan adalah persiapan proses belajar mengajar dan yang harus diperhatikan adalah kesiapan belajar siswa baik fisik maupun psikis (Jasmani-Rohani) yang memungkinkan siswa atau subjek untuk melakukan proses belajar. Selanjutnya, pada aspek pemberian motivasi, strategi sangat memberikan pengaruh karena motivasi ini mengharuskan adanya tenaga pendorong (motivator) atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu dalam hal ini adalah pada pencapaian tujuan proses belajar mengajar. Adapaun target ideal dari strategi dalam proses pembelajaran adalah kemampuan siswa memahami apa yang telah dipelajari baik kemampuan kognitif, afektif maupun psikomotorik. Atas dasar ini maka perhatian atau dapat dikatakan kesungguhan dan keseriusan siswa dalam proses belajar mengajar menjadi sangat urgen. Pada prinsip ini menyangkut suatu proses yang bersifat kompleks yang menyebabkan orang dapat menerima atau meringkas informasi yang diperioleh dari lingkungannya.
Untuk menjelaskan tentang fungsi strategi pendidikan alangkah pentingnya untuk menjelaskan terlebih dahulu tentang fungsi pendidikan Nasional sebagai tujuan nasional dari suatu pendidikan di Indonesia. Perlunya hal ini mengingat bahwa seluruh proses pendidikan yang di selenggarakan bermuara pada fungsi pendidikan nasional itu sendiri.
Adapun fungsi pendidikan Nasional, sebagai berikut:
a. Alat membangun pribadi, pengembangan warga Negara, pengembangan kebudayaan, dan mengembangkan bangsa Indonesia.
b. Menurut Undang-Undang RI No. 2 tahun 2003 Bab II pasal 3 pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat bangsa Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional.[12]
Oleh sebab itu fungsi strategi pandidikan dalam arti mikro (sempit) adalah suatu cara atau teknik yang dapat membantu (secara sadar) pelaksanaan pendidikan dalam mengembangkan aspek jasmani dan rohani peserta didik.
Dengan demikian maka akan nampak bahwa strategi pendidikan ikut memberikan tuntunan, bantuan, pertolongan kepada guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar dan peserta didik.. Untuk menjamin berkembangnya potensi-potensi agar menjadi lancar dan terarah, diperlukan pertolongan, tuntunan dari luar. Jika unsur pertolongan tidak ada, maka potensi tersebut tetap tinggal potensi belaka yang tidak sempat diaktualisasikan.
Berkenaan dengan pencapaian tujuan pembelajaran, strategi pendidikan merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan termasuk dalam dalam merencanakan pembelajaran hingga pada pelaksaan pembelajaran. Sebab segala kegiatan pembelajar muaranya pada tercapainya tujuan tersebut.
[1] I.L. Pasaribu dan Drs. B. Simandjuntak, Proses Belajar Mengajar, edisi II ( Bandung ; Tarsito Bandung, 1983)., h. 76
[2] Abu Ahmadi strategi Belajar Mengajar Untuk Fakultas Tarbiyah ( Bandung : Pustaka Setia, 2005). h. 11
[3] Suharyono dkk, Strategi Belajar mengajar I (Semarang : Press 1991).h. 6
[4] Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Belajar Mengajar, (Bandung PT. Remaja Rosdakarya, 2001)., h. 4
[5] I.L. Pasaribu dan B. Simandjuntak, op.cit., h. 79
[6] Ibid, h. 6
[7] Indrawan, Analisa Pendidikan di Indonesia: Suatu tinjauan atas kebijakan pemerintah terhadap pendidikan, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 165.
[8] lihat Richard Aderson dalam Natawijaya Kusuma, Strategi Belajar Mengajar; Membangun Rangka Pikir Anak Didik, (Bandung : Padjajaran Press, 1995), h. 54.
[9] Ibid, h. 55.
[10] Mansyur, Strategi Belajar Mangajar,Universitas terbuka. Jakarta : Balai Pustaka 1991).h. 6
[11] Lihat Lihat Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan Pendidikan Islam di Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), h. 137-144.
[12] Fuad Hasan, Dasar-Dasar Kependidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996), h. 127
makasih
ReplyDelete