Welcome to www.jamal.com
go to my homepage
Go to homepage
WELLCOME TO SITUS LO HULONDHALO

Thursday, October 20, 2011

Tekhnik Pengujian Validitas Tes Hasil Belajar Dan Tekhnik Pengujian Validitas Item Tes Hasil Belajar


A.    Pengertian Validitas
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa Validitas adalah suatu konsep yang berkaitan dengan sejauhmana tes telah mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas sebuah tes selalu dibedakan menjadi dua macam yaitu validitas logis dan validitas empiris. Validitas logis sama dengan analisis kualitatif terhadap sebuah soal, yaitu untuk menentukan berfungsi tidaknya suatu soal berdasarkan kriteria yang tela ditentukan, yang dalam hal ini adalah kriteria materi, konstruksi, dan bahasa.
Validitas tes perlu ditentukan untuk mengetahui kualitas tes dalam kaitannya dengan mengukur hal yang seharusnya diukur. Nunnaly (1972) menyatakan bahwa pengertian validitas senantiasa dikaitkan dengan penelitian empiris dan pembuktian-pembuktiannya bergantung kepada macam validitas yang digunakan. Validitas tes perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas tes dalam kaitannya mengukur hal yang seharusnya diukur. Menurut Anastasi (1988) validitas adalah suatu tingkatan yang menyatakan bahwa suatu alat ukur telah sesuai dengan apa yang diukur. Sedangkan Gronlund (1985) menyatakan bahwa validitas berkaitan dengan hasil suatu alat ukur, menunjukan tingkatan, dan bersifat khusus sesuai dengan tujuan pengukuran yang akan dilakukan. Para pengembang tes memiliki tanggung jawab dalam membuat tes yang benar-benar reliabel dan valid. Oleh karena itu variabel dapat digunakanuntuk memerikasa secara langsung seberapa jauh suatu alat telah berfungsi.
B.     Bentuk-Bentuk Validitas
Pengkajian yang dilakukan oleh para ahli terhadap bagaimana menentukan dan menilai validitas, maka dapat diambil empat bentuk validitas yang digunakan dalam menentukan validitas yaitu :
1.      Validitas Isi (content validity)
Validitas isi (content validity) sering dinamakan Validitas kurikulum yang mengandung arti bahwa suatu alat ukur dipandang valid apabila sesuai dengan isi kurikulum yang hendak diukur. Salah satu cara untuk memperoleh validitas isi adalah dengan melihat soal-soal yang membentuk tes itu. Jika keseluruhan soal nampak mengukur apa yang seharusnya tes itu digunakan, tidak diragukan lagi bahwa validitas isi sudah terpenuhi. Dalam melakukan validitas isi ini dapat melalui prosedur ; a) mendefinisikan domain yang hendak diukur, b) menentukan domain yang akan diukur oleh masing-masing soal, c) membandingkan masing-masing soal dengan domain yang sudah ditetapkan.
2.      Validitas Konstruk (construct validity)
Konstruk (construct) adalah sesuatu yang berkaitan dengan fenomena dan objek yang abstrak, tetapi gejalanya dapat diamati dan diukur. Gravitasi, massa, kemampuan matematika, kemampuan bahasa Inggris, kebahagiaan, dan kesedihan antara lain walaupun termasuk konstruk. Gravitasi misalnya dapat dijadikan sebagai contoh bagaimana memehami konstruk. Ketika buah apel jatuh ketanah, konstruk tentang gravitasi dapat digunakan untuk menjelaskan dan memperkirakan perilaku (jatuhnya buah apel misalnya) yang diamati. Validitas konstruk mengandung arti bahwa suatu alat ukur dikatakan valid apabila telah cocok dengan konstruk teoritik di mana tes itu dibuat. Konstruksi yang dimaksud pada validitas ini bukanlah merupakan konstruksi seperti bangunan atau susunan, tetapi merupakan rekaan psikologis yang berkaitan dengan aspek-aspek ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
3.      Validitas prediktif (predictive validity)
Predictive validity menunjukan kepada hubungan antara tes skor yang diperoleh peserta tes dengan keadaan yang akan terjadi diwaktu yang akan datang. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi apabila mempunyai kemampuan untuk memprediksikan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.
4.      Validitas konkuren (concurent validity)
Validitas concurent atau validity ada sekarang menunjuk pada hubungan antara tes skor dengan yang dicapai dengan keadaan sekarang. Validitas ini dikenal dengan validitas empiris. Sebuah tes dikatakan memiliki concurent validity apabila hasilnya sesuai dengan pengalaman.
C.    Mengukur Validitas
Untuk menentukan apakah tes yang digunakan untuk mengukur introvert, intelegensi, kemampuan membaca, kemampuan matematika, atau kemampuan fisika misalnya, tidak ada satupun lembaga standarisasi tes yang dapat membandingkan tes yang dibuat tersebut. Para ahli pengukuran pendidikan lebih menyarankan untuk menggunakan beberapa metode yang berasal dari fakta yang terdapat dari tes itu sendiri digunakan.
Salah satu cara untuk menentukan validitas alat ukur adalah dengan menggunakan korelasi product moment dengan simpangan yang dikemukakan oleh Person seperti berikut :
rxy           = koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y, dan variabel lain yang
  dikorelasikan  dan
  = jumlah perkalian antara x dan y
x2         = kuadrat dari x
y2         = kuadrat dari y

D.    Validitas Soal
Validitas soal adalah indeks diskriminasi dalam membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan rendah. Validitas soal adalah indeks diskriminasi soal-soal yang ditetapkan dari selisih proporsi yang menjawab dari masing-masing kelompok. Adapun tujuan validitas soal adalah untuk menentukan dapat tidaknya soal tersebut membedakan kelompok dalam aspek yang diukur sesuai dengan perbedaan yang ada dalam kelompok itu.
Terdapat berbagai cara yang digunakan untuk menentukan validitas, diantaranya dengan menggunakan ; 1) indeks diskriminasi, 2) indeks korelasi, 3) indeks keselarasan. Tekhnik korelasi terdiri atas, 1) tekhnik point biserial, 2) tekhnik  phi, 3) tekhnik biserial, 4) tekhnik tetrachoric.  Sebagaimana alat ukur lainnya, korelasi dalam validitas soal memiliki prediktor dan kriterium. Prediktor dalam validitas soal adalah skor  soal sedangkan kriteriumnya adalah skor total tes.
Korelasi biserial maupun korelasi point biserial adalah korelasi product moment yang diterapkan pada data, dimana variabel-variabel yang dikorelasikan sifatnya masing-masing berbeda satu sama lain. Variabel butir soal bersifat dikotomi sedangkan variabel skor total atau sub skor total bersifat kontinum. Korelasi biserial ditentukan dengan menggunakan persamaan :
rbis          =  Koefesien korelasi biserial
      =  Rerata skor pada tes dari peserta tes yang memiliki jawaban benar
Mt        =  Rerata skor total
St         =  Standar deviasi skor total
P          = Proporsi peserta tes yang jawabanya benar pada soal (tingkat   kesukaran)
q          = 1 - p

E. Validitas Item Tes Hasil Belajar
Salah satu cara untuk memperbaiki proses belajar-mengajar yang paling efektif ialah dengan jalan mengevaluasi tes hasil belajar yang diperoleh dari proses belajar-mengajar itu sendiri. Dengan kata lain, hasil tes itu kita olah sedemikian rupa sehingga dari hasil pengolahan itu dapat diketahui komponen-komponen manakah dari proses belajar-mengajar itu yang masih lemah.
Pengolahan tes hasil belajar dalam rangka memperbaiki proses belajar-mengajar dapat  dilakukan dengan berbagai cara, antara lain : a) dengan membuat analisis soal (item analysis); b) dengan menghitung validitas dan keandalan tes.
Dalam pasal ini khusus akan dibicarakan cara yang pertama, yaitu teknik analisis soal atau yang biasa disebut item analisis. Analisis terhadap soal-soal (items) tes yang telah dijawab oleh murid-murid mempunyai dua tujuan penting.
Pertama, jawaban-jawaban soal itu merupakan informasi diagnostik untuk meneliti pelajaran dari kelas itu dan kegagalaan-kegagalan belajarnya, serta selanjutnya untuk membimbing kearah cara belajar yang lebih baik. Kedua, jawaban-jawaban terhadap soal-soal yang terpisah dan perbaikan (review) soal-soal yang didasarkan atas jawaban-jawaban itu merupakan basis bagi penyiapan tes-tes yang lebih baik untuk tahun berikutnya.
Jadi, tujuan khusus dari item analysis ialah mencari soal tes mana yang baik dan mana yang tidak baik, dan mengapa item atau soal itu dikatakan baik atau tidak baik. Dengan mengetahui soal-soal yang tidak baik itu selanjutnya kita dapat mencari kemungkinan sebab-sebab mengapa item itu tidak baik. Dengan membuat analisis soal, sedikitnya kita dapat mengetahui tiga hal penting yang dapat diperoleh dari tiap soal, yaitu:
a.       Sampai di mana tingkat atau taraf kesulitan soal itu (difficulty level of an item). Untuk menghitung taraf kesukaran soal suatu tes dipergunakan rumus sebagai berikut :
TK =indeks TK atau taraf/tingkat kesukaran yang dicari
U   = jumlah siswa yang termasuk dalam kelompok pandai yang menjawab benar
          Untuk tiap soal
L    = jumlah siswa yang termasuk kelompok kurang yang menjawab benar
          Untuk tiap soal
T    = jumlah siswa dari kelompok pandai dan kurang.

b.      Apakah soal itu mempunyai daya pembeda (discriminating power) sehingga dapat membedakan kelompok siswa yang pandai dengan kelompok siswa yang bodoh. Daya pembeda dari suatu tes dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

DP             = daya pembeda yang dicari
U, L dan T            = taraf kesukaran

c.       Apakah semua alternatif jawaban (options) menarik jawaban-jawaban, ataukah ada yang demikian tidak menarik sehingga tidak perlu dimasukan kedalam soal.

DAFTAR PUSTAKA
Purwanto, M. Ngalim., 2006. Prinsip-prinsip dan Tekhnik Evaluasi Pengajaran, cet. Ke-12, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Surapranata, Sumarna., 2004. Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes; Implementasi Kurikulum 2004, cet. Ke-1, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

_________., 2004. Panduan Penulisan Tes Tertulis; Implementasi Kurikulum 2004, cet. Ke-1, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

No comments:

Post a Comment