BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pemikiran
Menurut Sunaryo (1989), pembelajaran adalah suatu kegiatan dengan maksud agar proses belajar seseorang atau kelompok orang dapat berlangsung. Dalam melaksanakan pembelajaran, guru merupakan ujung tombak untuk menciptakan sistem lingkungan atau kondisi yang kondusif agar kegiatan pembelajaran dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Di dalam kegiatan pembelajaran terdapat dua kegiatan yang saling mempengaruhi yaitu belajar dan mengajar. Belajar adalah sebuah proses perubahan, yakni perubahan tingkah laku seseorang atau subyek belajar.
Model pembelajaran ini akan dapat terlaksana dengan baik jika dapat ditumbuhkan suasana belajar yang memungkinkan diantara siswa serta antara siswa dan guru merasa bebas mengeluarkan pendapat dan idenya, serta bebas dalam mengkaji serta mengeksplorasi topik-topik penting dalam kurikulum. Guru dapat mengajukan berbagai pertanyaan atau permasalahan yang harus dipecahkan di dalam kelompok. Siswa berupaya untuk berpikir keras dan saling mendiskusikan di dalam kelompok.
Kemudian guru serta siswa lain dapat mengejar pendapat mereka tentang ide-idenya dari berbagai perspektif. Guru juga mendorong siswa untuk mampu mendemonstrasikan pemahamannya tentang pokok-pokok permasalahan yang dikaji menurut cara kelompok. Kenyataannya, dalam proses belajar mengajar tradisional, guru mendominasi kegiatan siswa selalu pasif dan tidak aktif bertanya, sedangkan guru aktif bahkan segala inisiatif datang dari guru. Aktivitas anak terbatas pada mendengar, mencatat dan menjawab bila guru memeberika pertanyaan tetapi siswa tidak bertanya meskipun belum mengerti terhadap materi yang telah diajarkan. Proses belajar mengajar seperti ini jelas tidak mendorong siswa untuk beraktivitas dalam mengajukan pertanyaan.
Dari pengertian tersebut di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran adalah proses intraksi antara siswa dengan guru, sumber belajar, lingkungan, sarana pendidikan untuk mencapai suatu tujuan secara efisien dan efektif. Dengan demikian, maka dapatlah dikatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses untuk menguasai suatu kemampuan melalui pengalaman belajar.
Berpijak pada karakteristik pembelajaran di atas, diasumsikan model pembelajaran mampu memotivasi siswa dalam melaksanakan berbagai kegiatan, sehingga mereka merasa tertantang untuk menyelesaikan tugas-tugas bersama secara kreatif. Model pembelajaran ini dapat diterapkan dalam pembelajaran di berbagai bidang studi baik untuk topik-topik yang bersifat abstrak maupun yang bersifat konkrit.
B. Permasalahan
Berangkat dari konteks berpikir di atas, maka permasalahan pokok yang akan dibahas dalam makalah ini adalah ”Ranah Model Orientasi Kelas”.
BAB II
PEMBAHASAN
Model pembelajaran yang dilaksanakan saat ini mengacu pada prinsip-prinsip yang dikemukakan Bruner (Munandar, 2001) yaitu memberikan pengalaman khusus yang dapat dipahami peserta didik; pengajaran diberikan sesuai dengan struktur pengetahuan/keilmuan sehingga peserta didik lebih siap menyerapnya; susunan penyajian pengajaran yang lebih efektif dan dipertimbangkan ganjaran yang sesuai. Dalam pelaksanaan pembelajaran tidak hanya ditekankan pada pencapaian aspek intelektual saja, melainkan dalam pembelajaran perlu diciptakan kegiatan dan suasana belajar yang memungkinkan berkembangnya semua dimensi dalam pendidikan, seperti: watak, kepribadian, intelektual, emosional dan sosial. Sehingga diharapkan tercapai kemajuan dan perkembangan yang seimbang antara semua dimensi tersebut.
Pendekatan orientasi kelas dalam model pembelajaran dapat mendorong siswa untuk mampu membangun pengetahuannya secara bersama-sama di dalam kelompok. Mereka didorong untuk menemukan dan mengkonstruksi materi yang sedang dipelajari melalui diskusi, observasi atau percobaan. Siswa menafsirkan bersama-sama apa yang mereka temukan atau mereka bahas. Dengan cara demikian, materi pelajaran dapat dibangun bersama dan bukan sebagai transfer dari guru. Pengetahuan dibentuk bersama berdasarkan pengalaman serta interaksinya dengan lingkungan di dalam kelompok belajar, sehingga terjadi saling memperkaya diantara anggota kelompok.
Ini berarti, siswa didorong untuk membangun makna dari pengalamannya, sehingga pemahaman terhadap fenomena yang sedang dipelajari meningkat. Mereka didorong untuk memunculkan berbagai sudut pandang terhadap materi atau masalah yang sama, untuk kemudian membangun sudut pandang atau mengkonstruksi pengetahuannya secara bersama pula. Hal ini merupakan realisasi dari hakikat orientasi kelas dalam pembelajaran.
Model disnal berorientasi kelas perhatian utamanya ditujukan untuk pengajar professional yang menerima sebagai pemberian bahwa kebiasaan pengajar tersebut adalah mengajar/mentransfer ilmu dan peserta didik membutuhkan beberapa bentuk dari instruksi.
Pengajar yang menggunakan model disnal berorientasi eklas biasanya melihat dari model disnal sebagai peta untuk diikuti. Secara tipikal hanya sedikit fungsi model yang di luar batas dan secara sederhana menyediakan panduan untuk pengajar. Disnal berorientasi kelas sebenarnya memandu seorang pengajar untuk mengelola, menciptakan interaksi belajar mengajar bahkan memotivasi peserta didik dengan tepat. Jika ditinjau dari peserta didikm model ini merancang satu periode belajar tertentu.
Ciri-ciri model disnal berorientasi kelas yaitu :
1. Lebih banyak komponennya dibanding model materi ajar, komponen tersebut meliputi analisis peserta didik, rumusan tujuan pembelajaran, strategi pembelajaran, sistem penyampaian, penilaian proses belajar dan penialaian pembelajaran.
2. Model ini sangat memperhatikan peserta didik. Ditinjau dari proses belajar, tipe belajar atau kemampuan prasyarat. Sehingga perbaikan sering dicantumkan pada model ini.
3. Mengisyaratkan adanya pengelolaan kelas seperti belajar mandiri/tim dan sebagainya.
4. Pengajar sangat berperan dalam proses penyampaian materi atau pengelolaan kelas.
5. Diterapkan oleh pengajar sendiri tanpa tim khusus.
Kelemahan model berorientasi kelas :
a. Tidak semua komponen disain pembelajaran termasuk ke dalamnya.
b. Menitikberatkan pengajar sebagai penyampai materi/pengelola kelas.
c. Aspek lain yang berdampak terhadap proses belajar tidak terdeteksi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pendekatan orientasi kelas dalam model pembelajaran dapat mendorong siswa untuk mampu membangun pengetahuannya secara bersama-sama di dalam kelompok.
2. Ciri-ciri model pembelajaran berorientasi kelas yaitu a) Lebih banyak komponennya dibanding model materi ajar, komponen tersebut meliputi analisis peserta didik, rumusan tujuan pembelajaran, strategi pembelajaran, sistem penyampaian, penilaian proses belajar dan penialaian pembelajaran. b) Model ini sangat memperhatikan peserta didik. Ditinjau dari proses belajar, tipe belajar atau kemampuan prasyarat. Sehingga perbaikan sering dicantumkan pada model ini. c) Mengisyaratkan adanya pengelolaan kelas seperti belajar mandiri/tim dan sebagainya. d) Pengajar sangat berperan dalam proses penyampaian materi atau pengelolaan kelas. e) Diterapkan oleh pengajar sendiri tanpa tim khusus.
3. Kelemahannya adalah ; a) Tidak semua komponen disain pembelajaran termasuk ke dalamnya, b) Menitikberatkan pengajar sebagai penyampai materi/pengelola kelas, c) Aspek lain yang berdampak terhadap proses belajar tidak terdeteksi
B. Saran
Diakui bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, olehnya kontribusi pemikiran baik berupa saran maupun kritik konstruktif sangat diharapkan guna penyempurnaan makalah ini.
Gak ada referensinya mas..
ReplyDelete