Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan
perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata
pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja
operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. [1]
Dalam mengembangkan indikator perlu mempertimbangkan:
1.
tuntutan
kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakan dalam KD;
2.
karakteristik
mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah;
3.
potensi
dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan/ daerah.
Dalam mengembangkan pembelajaran dan penilaian, terdapat dua rumusan
indikator, yaitu:
1. Indikator pencapaian kompetensi yang dikenal sebagai
indikator;
2. Indikator penilaian yang digunakan dalam menyusun
kisi-kisi dan menulis soal yang di kenal sebagai indikoator soal.
Indikator
dirumuskan dalam bentuk kalimat dengan menggunakan kata kerja operasional.
Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua hal yaitu tingkat kompetensi
dan materi yang menjadi media pencapaian kompetensi.
Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua
hal, yaitu tingkat kompetensi dan materi yang menjadi media pencapaian
kompetensi, unsur-unsur secara lengkap dikenal dengan ABCD (Audience,
Behavior, Condition, dan Degree)(Suparman, 1995).
1. AudienceAudienceadalah
pebelajar yang akan belajar.
2. BehaviorBehavior
adalah
perilaku yang spesifik yang akan dimunculkan oleh pebelajar setelah selesai
proses pembelajarannya.
3. ConditionCondition
adalah
batasan yang dikenakan kepada pebelajar atau alat yang digunakan pebelajar saat
mereka dites, bukan pada saat mereka belajar.
4. DegreeDegree
adalah
tingkat keberhasilan pebelajar dalam mencapai perilaku tersebut.
Contoh Perumusan Indikator
Merumuskan indikator dalam sebuah pembelajaran
merupakan hal yang sangat penting. Demikian pula dalam proses pembelajaran
mengartikan Al-Qur’an dan Hadits ini perlu dirumuskan indikatornya. Indikator
yang dirumuskan ini menjadi acuan dalam melihat keberhasilan proses pembelajaran
dan proses penilaian.
Secara garis besar indikator pembelajaran
mengartikan Al-Qur’an dan Hadits adalah diupayakan agar murid mampu:
a.
Mengartikan ayat-ayat Al-Qur’an dengan
lancar dan benar
b.
Mengartikan hadits dengan lancar dan
benar
Secara lebih rinci penjabaran dan perumusan
indikator yang disebutkan di atas adalah sebagai berikut:
1. Mengartikan ayat-ayat Al-Qur’an dengan lancar dan benar
Dalam proses pembelajaran mengartikan ayat-ayat
Al-Qur’an ini dilakukan secara bertahap. Langkah awal yang dilakukan adalah
murid diajarkan cara mengartikan kosa kata yang terdapat dalam ayat-ayat yang
sedang dipelajari. Setelah seluruh kosa kata dari ayat-ayat ini dikuasi
artinya, murid diajarkan untuk mengartikan ayat demi ayat. Kondisi ini pada
gilirannya akan menjadikan siswa mampu untuk mengartikan keseluruhan ayat dari
surat yang sedang dipelajari. Dengan demikian indikator ketercapaian
pembelajaran mengartikan ini, diusahakan murid mampu mengartikan ayat-ayat
Al-Qur’an dengan lancar dan benar.
2. Mengartikan hadits dengan lancar dan benar
Proses yang sama juga
terjadi dalam pembelajaran mengartikan hadits. Pada awalnya murid diajarkan
untuk mengartikan kosa kata yang terdapat dalam suatu hadits. Setelah semua
kosa kata yang terdapat dalam hadits yang dipelajari ini diketahui artinya,
murid diajarkan untuk mengartikan hadits secara utuh. Dengan demikian indikator
ketercapaian pembelajaran mengartikan ini, diusahakan murid mampu mengartikan
hadits dengan lancar dan benar.
No comments:
Post a Comment