(sebuah Refleksi)
oleh: Abd. Rauf Mayang
Pendidikan dalam Islam menempati posisi sentral dalam upaya mensosialisasikan ajaran-ajaran Islam. Baik secara individu maupun social diberbagai aspek kehidupan manusia. Pendidikan Islam berkepentingan untuk menginternalisasikan nilai-nilai iman dan taqwa serta moral kepada anak didik agar memiliki komitmen religius dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya untuk beramal dan berkarya yang pada gilirannya melahirkan budaya yang agamis. Cita-cita pendidikan Islam yang berasaskan pada al-Qur’an dan Hadits memandang manusia terdiri atas jasmani, rohani dan intelektual. Oleh karenanya, pendidikan dalam Islam berorientasi kepada bagaimana menciptakan manusia seutuhnya yang sehat jasmaninya, bersih rohaninya dan kapabel intelektualnya sehingga memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi, mampu menanamkan iman, taqwa dan moral yang luhur serta mengembangkan keterampilannya.
Untuk mewujudkan cita-cita pendidikan Islam tersebut tampaknya masih jauh dari harapan, karena pendidikan Islam dihadapkan kepada permasalahan yang kompleks. Pertama, pendidikan Islam diposisikan sebagai subsistem pendidikan nasional yang terkesan hanya pelengkap bagi penyelenggaraan pendidikan nasional. Fungsinya hanya menanamkan nilai-nilai spiritual bagi anak didik di sekolah umum melalui bidang studi Pendidikan Agama Islam. Lembaga pendidikan umum menjanjikan masa depan yang lebih baik bagi lulusannya, sehingga lembaga pendidikan Islam yang disebut madarasah dan pesantren kalah bersaing. Kedua, bagi lembaga pendidikan Islam seolah telah terjadi stereotifisasi dimana yang namanya pesantren terkesan lebih dominan mengajarkan ilmu-ilmu agama, sementara pelajaran umum hanya pelengkap, sehingga lulusannya hanya sebagai “pekerja agama” –walalupun tidak mutlak –. Ketiga, masih sangat kurangnya lembaga pendidikan Islam yang integral; mampu mengkolaborasikan nuansa sains dan agama. Keempat, Subsidi biaya dari pemerintah dan kelengkapan sarana prasarana masih untuk tujuan pengembangan masih jauh dari memadai. Kelima, tenaga ahli sebgai pelaku Inovasi pendidikan Islam masih sedikit jumlahnya.
Selama permasalahan tersebut melilit tubuh pendidikan Islam, sulit baginya untuk mengadakan pembaharuan. Bahkan tidak akan mampu menyiasati perkembangan jaman yang begitu cepat serta memberikan solusi pemikiran untuk ikut mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi masyarakat dan bangsa sebagai dampak dari pembangunan dan modernisasi diberbagai sektor kehidupan. Kemudian, apabila pendidikan agama Islam di lembaga pendidikan umum hanya sebagai pelengkap untuk menanamkan nilai-nilai spiritual bagi anak didiknya dan ilmu-ilmu umum hanya sebagai ilmu bantu di lembaga lembaga pendidikan Islam maka dualitas pendidikan tetap berlangsung. Kondisi ini mengakibatkan kehilangan identitas budaya Islam karena kalah bersaing dengan budaya yang dikembangkan di bawah nilai-nilai system pendidikan modern Barat dengan pesan dan orientasinya yang liberalistic dan tidak ada hamparan agama. Karena pendidikan merupakan sarana yang efektif untuk mengubah sikap dan pandangan generasi muda yang sedang mencari identitas diri dan menuntun mereka menerima perubahan social dengan segala aspek budayanya.
oleh: Abd. Rauf Mayang
Pendidikan dalam Islam menempati posisi sentral dalam upaya mensosialisasikan ajaran-ajaran Islam. Baik secara individu maupun social diberbagai aspek kehidupan manusia. Pendidikan Islam berkepentingan untuk menginternalisasikan nilai-nilai iman dan taqwa serta moral kepada anak didik agar memiliki komitmen religius dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya untuk beramal dan berkarya yang pada gilirannya melahirkan budaya yang agamis. Cita-cita pendidikan Islam yang berasaskan pada al-Qur’an dan Hadits memandang manusia terdiri atas jasmani, rohani dan intelektual. Oleh karenanya, pendidikan dalam Islam berorientasi kepada bagaimana menciptakan manusia seutuhnya yang sehat jasmaninya, bersih rohaninya dan kapabel intelektualnya sehingga memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi, mampu menanamkan iman, taqwa dan moral yang luhur serta mengembangkan keterampilannya.
Untuk mewujudkan cita-cita pendidikan Islam tersebut tampaknya masih jauh dari harapan, karena pendidikan Islam dihadapkan kepada permasalahan yang kompleks. Pertama, pendidikan Islam diposisikan sebagai subsistem pendidikan nasional yang terkesan hanya pelengkap bagi penyelenggaraan pendidikan nasional. Fungsinya hanya menanamkan nilai-nilai spiritual bagi anak didik di sekolah umum melalui bidang studi Pendidikan Agama Islam. Lembaga pendidikan umum menjanjikan masa depan yang lebih baik bagi lulusannya, sehingga lembaga pendidikan Islam yang disebut madarasah dan pesantren kalah bersaing. Kedua, bagi lembaga pendidikan Islam seolah telah terjadi stereotifisasi dimana yang namanya pesantren terkesan lebih dominan mengajarkan ilmu-ilmu agama, sementara pelajaran umum hanya pelengkap, sehingga lulusannya hanya sebagai “pekerja agama” –walalupun tidak mutlak –. Ketiga, masih sangat kurangnya lembaga pendidikan Islam yang integral; mampu mengkolaborasikan nuansa sains dan agama. Keempat, Subsidi biaya dari pemerintah dan kelengkapan sarana prasarana masih untuk tujuan pengembangan masih jauh dari memadai. Kelima, tenaga ahli sebgai pelaku Inovasi pendidikan Islam masih sedikit jumlahnya.
Selama permasalahan tersebut melilit tubuh pendidikan Islam, sulit baginya untuk mengadakan pembaharuan. Bahkan tidak akan mampu menyiasati perkembangan jaman yang begitu cepat serta memberikan solusi pemikiran untuk ikut mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi masyarakat dan bangsa sebagai dampak dari pembangunan dan modernisasi diberbagai sektor kehidupan. Kemudian, apabila pendidikan agama Islam di lembaga pendidikan umum hanya sebagai pelengkap untuk menanamkan nilai-nilai spiritual bagi anak didiknya dan ilmu-ilmu umum hanya sebagai ilmu bantu di lembaga lembaga pendidikan Islam maka dualitas pendidikan tetap berlangsung. Kondisi ini mengakibatkan kehilangan identitas budaya Islam karena kalah bersaing dengan budaya yang dikembangkan di bawah nilai-nilai system pendidikan modern Barat dengan pesan dan orientasinya yang liberalistic dan tidak ada hamparan agama. Karena pendidikan merupakan sarana yang efektif untuk mengubah sikap dan pandangan generasi muda yang sedang mencari identitas diri dan menuntun mereka menerima perubahan social dengan segala aspek budayanya.
No comments:
Post a Comment