A. Pengertian
dan Ruang Lingkup Strategi Pembelajaran
Istilah “strategi” berasal
dari bahasa yunani strategos yang
berarti keseluruhan usaha termasuk perencanaan, cara taktik yang digunakan oleh
militer untuk mencapai kemenangan dalam peperangan.
Secara umum strategi dapat
diartikan sebagai garis besar haluan bertindak untuk mencapai sasaran yang
telah ditetapkan. Jika dihubungkan dengan kegiatan belajar mengajar dapat
berarti pola-pola umum kegiatan guru dan siswa dalam mewujudkan kegiatan
belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Menurut Nawman dan Logam,
strategi dasar dari setiap usaha meliputi empat masalah yaitu :
1.
Mendefinisikan dan
menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian
yang diharapkan dari siswa.
2.
Memilih cara pendekatan
belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat yang
dianggap paling efektif dan tetap untuk mencapai sasaran.
3.
Memilih atau menentukan
prosedur metode dan tehnik belajar mengajar yang dianggap paling efektif dan
efisien sehingga dapat dijadikan pegangan oleh para guru dalam melaksanakan
kegiatan mengajarnya.
4.
Menetapkan norma-norma
batas minimal keberhasilan kriteria atau standar keberhasilan sehingga guru
mempunyai pegangan yang dijadikan ukuran untuk memilih sejauh mana keberhasilan
tugas yang telah dilaksanakan.
Dalam melaksanakan
/menerapkan strategi belajar mengajar ada tiga hal pokok yang harus
diperhatikan oleh guru yaitu :
1. Tahap
mengajar.
2.
Menggunakan model atau
pendekatan mengajar.
3. Penggunaan
prinsip mengajar.
Untuk
selanjutnya tahapan mengajar dapat dilakukan melalui 3 tahapan terdiri atas
praintruksional, intruksional, dan penilaian dan tindak lanjut
Tahap intruksional, pada hakekatnya adalah menggunakan kembali tanggapan siswa
terhadap bahan yang telah diterimanya dan menumbuhkan kondisi belajar dalam
hubungannya dengan hari ini. Tahap intruksional, secara
umum kegiatan yang dilakukan pada tahap ini sebagai berikut :
- Menjelaskan kepada siswa tujuan
pengajaran yang harus dicapai.
- Menuliskan pokok-pokok materi yang akan
dibahas.
- Membahas pokok materi yang telah ditulis tadi.
- Setiap pokok materi yang dibahas
sebaiknya diberikan contoh-contoh kongkrit.
- Penggunaan alat bantu pengajaran untuk
memperjelas pembahasan setiap materi pokok yang sangat diperlukan.
- Mengumpulkan hasil pembahasan dari semua
pokok materi.
Adapun tahap evaluasi dan tindak lanjut dilakukan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan intruksional. Dalam tahapan ini Richard Aderson mengajukan dua pendekatan yaitu
pendekatan yang berorientasi pada guru dan pendekatan yang berorientasi pada
siswa.
Sementara itu, Bruce Joyle mengemukakan empat kategori
pendekatan yaitu :
- Pendekatan ekspositeri atau model informasi.
- Pendekatan inquiry / discovery, dalam menggunakan
pendekatan ini metode yang biasa digunakan adalah komunikasi banyak arah. Pendekatan ini cocok digunakan untuk materi yang bersifat
kongnitif.
- Pendekatan
interaksi sosial.
- Pendekatan
tingkah laku.[7]
Pada saat ini pendekatan
yang sering digunakan adalah pendekatan ketrampilan proses. Pendekatan ini
memiliki kemiripan dengan pendekatan inquiri. Pendekatan ketrampilan proses
dapat diartikan sebagai titik tolak pandang untuk mencapai tujuan pendidikan dan
pengajaran yang didasarkan pada kenyataan bahwa siswa adalah pribadi yang utuh
yang memiliki kemampuan dasar yang apabila di latih melalui proses yang benar
dan berkesinambungan. Akan menggerakkan ketrampilan lain dalam diri siswa
menjadi ketrampilan yang dapat digunakan untuk mengatasi persoalan hidup dan
kehidupan sehari-hari baik di sekolah maupun di tengah masyarakat lingkungan.
1. Tujuan dan Fungsi Strategi
Pembelajaran
Sebagaimanaa yang telah
dikemukakan oleh para ahli bahwa pengertian pembelajaran secara garis besarnya
adalah suatu proses belajar mengajar antar guru dan anak didik atau pun ada
sangkut pautnya dengan manusia.
Dalam proses belajar
mengajar, strategi pembelajaran sangat dibutuhkan. Hal ini bertujuan untuk
lebih mengikatkan kualitas anak didik menuju terbinanya insan yang handal dan
mampu. Tentunya untuk tujuan ini maka strategi pembelajaran termasuk dalam
mengidentifikasi segala bentuk dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.
Muhaimin, mengemukakan
bahwa strategi pembelajaran tersebut sangat bermanfaat pada setiap tahapan dan
proses belajara mengajar, baik pada tahap kesiapan (Readiness), pemberian
motovasi, perhatian, memberikan persepsi, retensi maupun dalam melakukan
transfer ilmu pengetahuan kepada siswa.
Dapat di jelaskan bahwa
strategi yang dibutuhkan dalam persiapan proses belajar mengajar yang harus
diperhatikan adalah kesiapan belajar siswa baik fisik maupun psikis
(Jasmani-Rohani) yang memungkinkan siswa atau subjek untuk melakukan proses
belajar. Selanjutnya, pada aspek pemberian motivasi, strategi sangat memberikan
pengaruh pada siswa. Strategi motivasi ini mengharuskan adanya tenaga pendorong
(motivasi) atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku kearah suatu
tujuan tertentu dalam hal ini adalah pada pencapaian tujuan proses belajar
mengajar.
Adapaun target ideal dari
strategi dalam proses pembelajaran adalah kemampuan siswa memahami apa yang
telah dipelajari bak kemampuan kognitif, afektif maupun psikomotorik. Atas
dasar ini maka perhatian atau dapat dikatakan kesungguhan dan keseriusan siswa
dalam proses belajar mengajar menjadi sangat urgen (Penting). Pada prinsip ini
menyangkut suatu proses yang bersifat kompleks yang menyebabkan orang dapat
menerima atau meringkas informasi yang diperoleh dari lingkungannya.
Untuk menjelaskan tentang
fungsi strategi pendidikan alangkah pentingnya untuk menjelaskan terlebih
dahulu tentang fungsi pendidikan Nasional sebagai tujuan nasional dari suatu
pendidikan di Indonesia. Perlunya hal ini mengingat bahwa seluruh proses
pendidikan yang di selenggarakan bermuara pada fungsi pendidikan nasional itu
sendiri.
Fungsi strategi pandidikan
dalam arti mikro (sempit) adalah suatu cara atau teknik yang dapat membantu
(secara sadar) pelaksanaan pendidikan dalam mengembangkan aspek jasmani dan
rohani peserta didik.
Berkenaan dengan
pencapaian tujuan pembelajaran, strategi pendidikan merupakan salah satu aspek yang perlu
dipertimbangkan termasuk dalam merencanakan pembelajaran hingga pada pelaksaan
pembelajaran. Sebab segala kegiatan pembelajar muaranya pada tercapainya tujuan
tersebut.
A.
Pembelajaran Agama Islam
1.
Pengertian Belajar Dan
Pembelajaran
Hayadin mengungkapkan
bahwa “Lahir dan meninggal adalah dua ujung dari kutub waktu kehidupan manusia.
Manusia mengisi dua kutub tersebut (lahir dan meninggal) dengan berbagai
aktivitas yang beragam. Dan aktivitas manusia yang paling populer adalah
belajar dan bekerja”.
Belajar sebagai salah satu
aktivitas populer manusia sebagaimana ungkapan Hayadin di atas, merupakan
sebuah aktivitas penentu keberhasilan manusia dalam bekerja. Sehingga kita
perlu memahami dan mengkaji makna tentang belajar itu sendiri sebelum melangkah
lebih jauh.
Dalam dunia pendidikan
pemahaman guru terhadap pengertian belajar dan pembelajaran akan mempengaruhi
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Dari pengertian belajar
mengajar inilah akan lahir beragam kegiatan yang mungkin dapat dilakukan, baik
oleh siswa maupun oleh guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
W.H Burton sebagaimana di kutip oleh Uzer Usman
mengemukakan bahwa: “Learning is a change in the individual due to
intruction of the individual and his enviroment, which fells a need and makes
him more capable of dealing adequately with his enviroment” kalau diartikan
secara bebas adalah: “Belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri individu
berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan
lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya”
Dengan demikian, dari tiga pendapat di atas yang
mengemukakan definisi tentang belajar, dapat ditarik sebuah kesimpulan awal
bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang merubah tingkah laku subyek belajar
dari suatu keadaan tertentu kepada keadaan lain yang lebih baik dari
sebelumnya. Dalam pengertian ini “perubahan” yang berarti bahwa seseorang yang
telah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik
dalam aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun dalam sikapnya. Perubahan
tingkah laku dalam aspek pengetahuan ialah, dari tidak mengerti menjadi
mengerti, dari bodoh menjadi pintar; dalam aspek keterampilan adalah dari tidak
bisa menjadi bisa, dari tidak terampil menjadi terampil; dalam aspek sikap
ialah, dari ragu-ragu menjadi yakin, dari tidak sopan menjadi sopan, dari
kurang ajar menjadi terpelajar. Hal ini merupakan salah satu kriteria keberhasilan
belajar yang diantaranya ditandai oleh terjadinya perubahan tingkah laku pada
diri individu yang belajar. Tanpa adanya perubahan tingkah laku, belajar dapat
dikatakan tidak berhasil atau gagal.
Guru dalam hal ini sebagai figur sentral dalam kegiatan
mengajar perlu sekali menganalisis benar-benar bahan pelajaran yang harus
dipelajari siswa, menentukan tingkat kesukarannya, dan menentukan cara
penyajiannya yang tepat sesuai dengan tingkat perkembangan jiwa anak yang akan
mempelajarinya. Untuk keperluan ini, guru perlu benar-benar memperhatikan
predisposisi siswa dalam belajar dan pengalaman-pengalaman belajar yang pernah
dipelajari atau dialaminya, serta struktur pengetahuan yang harus diajarkan kepada
siswa-siswanya.
Mengingat mengajar merupakan suatu perbuatan yang
memerlukan tanggung jawab moral, maka berhasilnya pendidikan siswa secara
formal terletak pada tanggung jawab guru dalam melaksanakan tugas mengajar.
Mengajar merupakan suatu perbuatan atau pekerjaan yang bersifat unik, tetapi
sederhana. Dikatakan unik, karena berkenaan dengan manusia yang belajar, yakni
siswa dan guru yang mengajar serta bertalian erat dengan manusia di dalam
masyarakat. Dan manusia adalah makhluk Allah yang unik. Dikatakan sederhana
karena mengajar dilaksanakan secara praktis dalam kehidupan sehari-hari dan
mudah dihayati oleh siapa saja.
Mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam
kegiatan belajar mengajar. Atau dapat pula dikatakan merupakan suatu usaha
mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan
pengajaran sehingga menimbulkan terjadinya proses belajar pada diri siswa.
Pengertian ini mengandung makna bahwa guru dituntut untuk dapat berperan sebagai organisator
kegiatan belajar siswa yang mampu memanfaatkan lingkungan, baik yang terdapat
di dalam kelas maupun di luar kelas.
Pemahaman akan pengertian dan pandangan guru terhadap
mengajar akan mempengaruhi peranan dan aktivitasnya dalam mengajar. Sebaliknya
aktivitas guru dalam mengajar serta aktivitas siswa dalam belajar sangat
bergantung pada pemahaman guru terhadap
mengajar. Mengajar bukan sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan, melainkan
mengandung makna yang lebih luas dan kompleks, yaitu terjadinya komunikasi dan
interaksi manusiawi dengan berbagai aspeknya.
B
Materi Pendidikan Agama
Islam
Sebelum penulis menjelaskan materi Pendidikan Agama Islam
terlebih dahulu diungkapkan isi materi Pendidikan Agama Islam secara umum
yaitu:
1. Akidah
Aqidah merupakan pondasi
keyakinan atau kepercayaan seseorang. Secara bahasa akidah berasal dari kata aqd
yang berarti “ikatan”. Secara terminologi, akidah adalah apa yang diyakini
manusia, benar maupun salah. Adapun akidah Islam adalah meyakini seluruh
prinsip-prinsip ajaran Islam, seperti
rukun iman yang enam, rukun Islam dan lain-lain.
Kita mengenal dalam Islam terdapat rukun iman yang enam, yakni: Iman kepada
Allah, Iman kepada malaikat, Iman kepada kitab-kitab, Iman kepada Rasul-Rasul
Allah, Iman kepada adanya akhirat, dan Iman kepada qada dan qadar. Ini adalah
ajaran Allah melalui al-Qur’an. Hal ini adalah pondasi ajaran Islam. Tanpa
keyakinan dan kepercayaan kepada Allah, seluruh aktivitas ibadah akan sia-sia
tanpa makna. Sehingganya dalam terminologi al-Qur’an, selalu di dahulukan iman
dari amal kebaikan. Karena amal kebaikan akan bermakna dan bernilai jika yang
menjadi landasan dasarnya adalah iman.
2)
Ibadah
Secara bahasa, ibadah
berarti taat, tunduk, menurut, mengikuti, dan doa. Menurut ulama tauhid ibadah
adalah mengesakan Allah SWT dengan sungguh-sungguh dan merendahkan diri serta
menundukkan jiwa setunduk-tunduknya kepadaNya.
Ibadah dari segi pelaksanaannya
dapat dibagi dalam tiga betuk. Pertama, ibadah jasmaniah ruhiyah yaitu
perpaduan ibadah jasmani dan rohani, seperti sholat dan puasa. Kedua, ibadah
ruhaniah dan maliyah, yaitu perpaduan antara ibadah rohani dan harta,
seperti zakat. Ketiga, ibadah jasmaniah, ruhiyah, dan maliyah sekaligus,
seperti malk ibadah haji.
3)
Syarti’at
Syari’at secara bahasa berasal
dari bahasa Arab yang berarti: sumber air minum, atau tempat yang dituju
manusia dan hewan untuk minum air.
Sedang menurut istilah secara umum adalah seluruh ketentuan ajaran Islam yang
bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW.
Hal ini berarti, bahwa syari’at mencakup seluruh ajaran agama Islam, baik
menyangkut bidang aqidah, maupun ahkam(hukum-hukum fiqh). Hal ini sejalan
dengan firman Allah dalam QS Al-Jatsiyah: 18
Namun, dalam pengertian yang lebih sempit, syari’at
adalah ketentuan-ketentuan agama Islam yang mencakup bidang hukum-hukum Fiqh,
dan tidak termasuk bidang akidah dan akhlak.
Pada garis besarnya, ketentuan-ketentuan hukum yang tercakup dalam syari'atau
dalam pengertian khusus ini terbagi dalam dua bagian yaitu, pertama: bidang
ibadah, menyangkut perbuatan manusia dalam hubungannya secara langsung dengan
Allah SWT, seperti shalat, puasa, dan ibadah haji. Kedua: bidang muamalah,
menyangkut perbuatan manusia dalam hubungannya dengan sesama manusia serta
makhluk lainnya, seperti perkawinan, jual beli, warisan, wakaf dan sebagainya
C. Strategi Pengembangan Materi
Pendidikan Agama Islam
Materi pendidikan Agama
Islam pada SMP sebagaimana dijelaskan di atas, dalam pengembangannya, haruslah
terlebih dagulu diketahui karakteristik peserta didik yang menerima materi
tersebut.
Peserta didik adalah manusia dengan segala
fitrahnya. Mereka mempunyai perasaan dan pikiran serta keinginan atau aspirasi.
Mereka mempunyai kebutuhan dasar yang perlu dipenuhi (pangan, sandang, dan
papan), kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan, dan
kebutuhan untuk mengaktualisasi dirinya (menjadi dirinya sendiri sesuai dengan
potensinya).